• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Islam Itu Agama Berkesetaraan Bukan Agama Tiran

Laku beragama “sebagian” kelompok Muslim yang meniranisasi minoritas berbeda agama, adalah sikap yang bukan berangkat dari ajaran Islam, melainkan itu berangkat dari ego mayoritanisme dalam diri

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
14/03/2023
in Publik
0
Bukan Agama Tiran

Bukan Agama Tiran

767
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika pihak mayoritas merasa diri sebagai yang paling kuasa, maka selanjutnya muncul kecenderungan untuk meniranisasi pihak minoritas. Suatu ekspresi tirani mayoritanisme yang menjadi penyebab intoleransi, sebab memunculkan  ego beragama yang memandang minoritas secara subordinat. Bagi mereka yang berparadigma mayoritanisme, minoritas tidak boleh mengekspresikan laku beragama yang lebih, atau sekadar menyerupai, bahkan mendekati saja, ekspresi mayoritas tetap tidak boleh.

Dampak Nyata Ekspresi Mayoritanisme

Penolakan pembangunan gereja di Cilegon yang heboh pada September 2022. Persekusi ibadah natal di Tulang Bawang, Lampung, pada 2021. Dan, masih banyak lagi contoh kasus tirani mayoritanisme yang pernah terjadi di negeri “Bhineka Tunggal Ika” ini. Laku intoleransi akibat ekspresi tirani mayoritanisme itu bukan fiksi. Itu nyata. Dan, bukan tidak mungkin bakal berulang, jika laku beragama kita masih terus terjebak dalam paradigma mayoritanisme.

Dalam hal ini, tentu ekspresi mayoritanisme dapat membayangi umat agama mana pun. Tidak hanya umat Muslim. Di Indonesia sendiri, meski secara umum Islam menjadi agama mayoritas, tapi di beberapa daerah non-Muslim Islam menjadi minoritas. Sehingga, melunturkan ego mayoritanisme, dan membangun narasi kesetaraan antar-umat beragama, itu bukan hanya untuk Muslim melainkan untuk seluruh umat beragama.

Namun, dalam tulisan ini, saya hanya akan fokus mengulas dikursus kesetaraan antar-umat beragama dalam konteks keislaman. Karena islam bukan agama tiran.

Jangan Terlena dengan Kemayoritasan

Kemayoritasan kita (baca: umat Muslim), sadar atau tidak, sering kali mengekspresi dalam sikap egois yang berat hati memberi ruang beragama kepada non-Muslim. Padahal, jika benar-benar menghendaki Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, maka seharusnya ekspresi keberislaman tidak boleh tercemari dengan ego mayoritanisme.

Baca Juga:

Membincang Toleransi Muslim dan Kristen di Momen Idulfitri

Idulfitri, Hari Merayakan Toleransi: Sucinya Hati dari Nafsu Menyakiti Umat yang Berbeda Agama

Puasa Sebagai Perisai dari Bencana Kemanusiaan Akibat Perpecahan Antarumat Beragama

Bukan Sekadar Perayaan Hari Raya: Natal untuk Perdamaian Agama dan Sosial

Buya Syafii (Ahmad Syafii Maarif) dalam Titik Kisar di Perjalananku: Otobiografi Ahmad Syafii Maarif, mengingatkan kepada kita bahwa Islam yang menjadi agama mayoritas masyarakat di Indonesia tidak boleh meniranisasi minoritas. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, tetapi berbeda agama, itu harus kita lindungi dan perlakukan dengan baik. Sikap mau menang sendiri sebenarnya berangkat dari ketidak-pahaman atas esensi ajaran Islam yang mengajarkan persaudaraan semesta dengan dasar saling menghormati.

Bagi Buya Syafii, sebagaimana dalam Islam, Humanity, and the Indonesian Identity, kemayoritasan umat Muslim di Indonesia justru memberi kita tanggung jawab lebih untuk menampakkan wajah Islam yang ramah (friendly face). Sehingga, kita akan dapat benar-benar mewujudkan Islam yang rahmat bagi seluruh umat manusia, dan bukan ekspresi beragama yang hanya membawa rahmat bagi sesama, namun menjadi laknat (petaka) bagi umat berbeda agama.

Islam Mengajarkan Kesetaraan

Islam sendiri sejatinya mengajarkan kesetaraan antarsesama manusia, dan tidak menghendaki ekspresi tirani mayoritanisme. Hal ini sejalan dengan pandangan Gus Dur (Abdurrahman Wahid) bahwa Islam sebagai agama yang berkesetaraan. Sebagaimana Greg Barton dalam “Memahami Abdurrahman Wahid,” pengantarnya dalam buku Prisma Pemikiran Gus Dur, menjelaskan bahwa bagi Gus Dur, Islam adalah keyakinan yang secara fundamental menentang perlakuan tidak adil meski itu terhadap non-Muslim sekalipun. Keimanan Islam yang Gus Dur yakini mengakui bahwa dalam pandangan Tuhan semua manusia adalah setara. Bahkan status Muslim dan non-Muslim juga setara.

Oleh karena Islam adalah agama yang berkesetaraan, maka ekspresi tirani mayoritanisme jelas sangat bertentangan dengan esensi Islam. Itu sangat tidak sejalan dengan maksud Islam sebagai agama yang merupakan rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, Tuhan sendiri mengingatkan kepada kita agar: “Tak ada paksaan dalam beragama, (sebab) sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat…. (Q.S. al-Baqarah [2]: 256).” Sebab, keputusan untuk beragama itu berangkat dari kesadaran tiap-tiap manusia, dan bukan atas dasar penindasan.

Jadi, laku beragama “sebagian” kelompok Muslim yang meniranisasi minoritas berbeda agama, adalah sikap yang bukan berangkat dari ajaran Islam, melainkan itu berangkat dari ego mayoritanisme dalam diri. Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk menebar kasih, mengajarkan kesetaraan, dan menghendaki pemeluknya untuk dapat hidup rukun dan damai dengan sesama manusia meski berbeda agama. Islam bukan agama tiran. Sebab, itu merupakan salah satu jalan menuju salaam (kedamaian). []

 

 

Tags: Kerukunan Umat Beragamamenebar kedamaianPrinsip KesetaraanTiraniToleransi beragama
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version