• Login
  • Register
Jumat, 18 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

Seberapa pun laki-laki tertindas di luar rumah, ketika ia kembali ke dalam rumah, ia adalah raja. Oleh karena itu, perspektif perempuan haruslah terus menerus diinsafi bukan hanya menjadi sebuah perspektif atau pendekatan semata

Aida Nuril Aida Nuril
27/03/2023
in Personal
0
Profil Gender

Profil Gender

801
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pagi, 24 Maret 2023, Aliansi PTRG menggelar serial suluh yang sudah masuk diskusi ketiga. Tema yang diangkat menarik “Profil Gender: Data Pembuka Mata Untuk Kebijakan Perguruan Tinggi Responsif Gender”.

Di sesi diskusi, seorang peserta mengirim pesan pertanyaan. Bagaimana caranya membaca profil gender (yang lebih banyak berisi data pilah) dengan perspektif gender? Bagaimana memastikan bahwa regulasi yang dihasilkan dari pembacaan profil gender sudah adil gender?

Pertanyaannya sederhana, tetapi jawabannya sulit. Sungguh. Mengapa? Karena perspektif gender adalah satu pisau hanya bisa kita pakai jika penggunanya benar-benar memiliki sensitivitas. Dan sensitivitas itu haruslah kita uji terus-menerus.

Membaca pertanyaan itu di chatbox zoom, ingatan saya tetiba melayang ke Chimamanda Ngozi Adiche yang menulis sebuah buku kecil berjudul A Feminist Manisfesto. Buku kecil ini yang dengan sangat baik juga sederhana menjelaskan bagaimana pentingnya perspektif gender—yang hasilnya tidak akan pernah dimiliki oleh pendekatan lain.

Menelisik Pemikiran Chimamanda

Chimamanda, kalau tidak salah ingat, menggambarkan dua orang suami istri kelas bawah  yang bersama-sama berjuang mendapatkan haknya  atas upah layak. Mereka berdua berdemonstrasi menuntut hak bersama dengan buruh laki-laki dan perempuan lainnya  yang bernasib serupa. Pada cerita itu kita bisa melihat bahwa di ruang publik (pabrik) laki-laki dan perempuan dari kelas bawah rentan mengalami ketidakadilan.

Baca Juga:

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

Islam dan Persoalan Gender

Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

Namun, Saudara, apa kaya Chimamanda? Ketika sepasang suami istri itu pulang ke rumah, suamilah “atasan” dari istri—yang tadi sama-sama berjuang bersama menuntut keadilan. Pulang dari demonstrasi, si istri memasak, merapikan rumah, mengurus anak, sementara si suami asik sendiri dengan rokok dan pikirannya. Padahal, keduanya sama-sama mencari nafkah sebagai buruh di siang hari.

Tanpa perspektif gender, kata Chimamanda, kita tidak akan pernah tahu ketimpangan yang terjadi pada pasangan buruh tadi. Masyarakat menormalkan beban ganda bagi perempuan. Mencari nafkah sekaligus menjadi penanggung jawab utama dalam urusan rumah tangga. Sementara laki-laki terbebas dari urusan domestik.

Seberapa pun laki-laki tertindas di luar rumah, ketika ia kembali ke dalam rumah, ia adalah raja. Oleh karena itu, perspektif perempuan haruslah terus menerus diinsafi bukan hanya menjadi sebuah perspektif atau pendekatan semata. Ia harus juga menelusup jauh ke dalam relung  kemanusiaan setiap orang.

Memastikan Keadilan Gender

Lalu bagaimana caranya untuk memastikan bahwa perspektif atau cara pandang kita terhadap sesuatu itu sudah adil gender? Caranya mudah. Kita bisa melihat dengan detail, apakah ada salah satu pihak dari dua jenis kelamin, terutama perempuan, mengalami ketidakadilan—yang kalau dalam pandangan Nur Rofiah—dalam pengalaman sosial dan pengalaman biologisnya.

Oleh karenanya, setiap angka (data) tak boleh kita biarkan begitu saja tanpa pemaknaan dengan perspektif gender, termasuk adalah profil gender. Profil gender tidak semata-mata hanya sebatas angka dan data pilah berbasis jenis kelamin dari semua unsur yang ada di perguruan tinggi atau wilayah, tetapi juga harus kita ketahui relasi kuasanya yang ia miliki.

Mengapa? Sebab, hal-hal yang privat memiliki hubungan yang sangat erat dengan ruang publik. Misalnya, dosen-dosen yang mampu memproduksi pengetahuan, seperti melalui buku, jurnal, riset, atau posisi-posisi strategis di perguruan tinggi umumnya adalah laki-laki. Kenapa? Karena selepas mengajar di kampus, laki-laki punya banyak waktu untuk mengembangkan kapasitasnya. Sementara dosen perempuan harus kembali berkutat dengan  tugas-tugas domestik yang tak pernah selesai dikerjakan.

Pun kita juga harus melihat bahwa ruang publik juga memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam pengambilan keputusan privat seseorang. Contohnya apa? Lha, kok bisa? Bisa, bahkan sangat bisa. Pada beberapa kasus, banyak perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak karena regulasi yang tidak adil di ruang kerjanya.

Misalnya, bagaimana tempat kerja yang punya kebijakan memutus kontrak karyawan jika hamil atau memiliki anak karena dianggap mengganggu produktifitas. Bahkan di iklan lowongan kerja, tak jarang kita melihat kriteria yang tercantumkan adalah “single”, padahal status single ini tidak memiliki pengaruh pada kompetensi pekerjaan. []

 

 

Tags: GenderkeadilanKesetaraanPerguruan TinggiProfil GenderPusat Studi Gender dan Anak
Aida Nuril

Aida Nuril

Founder Afkaruna dan Peneliti di Rumah Kitab

Terkait Posts

eldest daughter syndrome

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • eldest daughter syndrome

    Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?
  • Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 
  • Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID