• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bagaimana Menjawab Tanya, Kapan Nikah?

Orang yang secara sembarangan meledek orang lain dengan pertanyaan kapan nikah, adalah orang yang tidak menghormati dirinya sendiri

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
04/05/2023
in Personal
0
Kapan Nikah

Kapan Nikah

725
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pertanyaan yang menjadi judul catatan harian ini merupakan pertanyaan sederhana tetapi nyelekit. Kapan nikah? Apalagi di momen pasca Idulfitri seperti sekarang ini, momen di mana setiap keluarga berkumpul, saling melepas kangen, bersuka ria dan meluapkan ekspresi kebahagiaan lainnya. Momen di mana juga banyak orang yang hajatan pernikahan.

Jangankan orang lain, betapa saya juga mengalaminya sendiri. Pertanyaan itu awalnya pernah membuat saya sakit hati. Namun, seiring berjalan waktu, saya punya cara sendiri meredam dan mengelola emosi, sehingga justru semakin banyak yang menanyakan, bahkan meledek dan membully, saya justru berbahagia.

Loh kok bahagia? Sebab saya mengubah mindset. Setiap orang bertanya, apa pun pertanyaannya, selalu jadikan sarana untuk bersyukur. Betapa masih banyak yang perhatian terhadap saya. Memang benar, entah berapa banyak orang yang menaruh perhatian dan kepedulian, dari yang sekadar mendo’akan sampai yang terang-terangan menawarkan perempuan-perempuan hebat untuk saya jadikan calon istri. Dari sekian banyak perempuan yang mereka tawarkan, hampir tidak ada satu orang pun perempuan yang sembarangan.  Subhanallah.

Fokus

Catatan harian ini saya niatkan untuk membantu para perempuan maupun laki-laki yang telah cukup umur. Tetapi masih belum menikah dan lalu selalu merasa tidak nyaman manakala mendapatkan pertanyaan “kapan nikah?” Tetap fokus pada apa yang sekarang tengah kalian jalani. Apakah itu sedang kuliah, bekerja atau menekuni apa pun. Jaga kesehatan, perkuat terus dengan ibadah dan sedekah, perbanyak silaturahim, dan membaca buku. Yang terakhir ini, membaca buku, betul-betul penawar hati yang paling efektif manakala kita sedang gundah.

Sungguh, pengalaman saya dihujani pertanyaan kapan nikah, akan kita jadikan untuk meluaskan empati. Bahwa tidak semua para pemuda mentalnya sekuat baja. Karena itu, bagi siapa pun yang telah menikah, tidak perlulah kita melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat. Apalagi dengan maksud yang tidak baik. Apakah itu dengan tujuan bercanda atau lainnya. Tidak perlu merecoki kehidupan orang lain, khususnya soal menikah. Sebab menikah butuh persiapan dan kesiapan. Mulai dari usia, biaya, mental, dan spiritual.

Baca Juga:

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Surat yang Kukirim pada Malam

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Orang yang secara sembarangan meledek orang lain dengan pertanyaan kapan nikah adalah orang yang tidak menghormati dirinya sendiri. Lagi pula nikah itu bukan akhir dari hidup ini. Menikah justru tidak boleh kita lakukan dengan sembarangan, apalagi hanya karena karena ikut-ikutan orang atau termakan gengsi. Yang jelas jodoh kita telah Allah persiapkan. Tugas kita adalah menjemputnya. Jemputlah jodoh yang baik dengan cara terus memperbaiki diri.

Menjemput Jodoh

Harus kita akui bagi sebagian kecil orang, menjemput jodoh itu sebuah pilihan yang sulit sekaligus berat. Motifnya beragam, ada yang memang sulit menaruh hati, ada yang pernah mengalami trauma, lebih mementingkan pekerjaan dan lain sebagainya. Bahkan bisa jadi ada orang yang sengaja tidak ingin menikah. Lalu bagaimana bagi orang yang dari dirinya sendiri tidak ada keinginan menikah? Saya dan siapa pun tentu tidak ada hak untuk menghakimi dan memaksa orang lain untuk menikah.

Bagi yang telah menikah, tidak perlu kita mengganggu orang lain hanya karena orang tersebut belum menikah. Siapa yang pandai menjaga perasaan orang lain, maka perasaannya akan dijaga oleh Allah. Lebih dari itu, bahwa menikah itu tidak enak atau tepatnya berat. Segala sesuatu yang diniatkan ibadah memang berat.

Contoh salat lima waktu berjamaah dengan tepat waktu bagi yang tidak terbiasa pasti akan terasa berat. Jangankan lima waktu, bangun shalat shubuh saja beratnya luar biasa. Contoh lagi salat Tajahud, di kala orang lain nyenyak tidur, ada orang yang justru bangun untuk beribadah.

Nah bagi yang belum menikah, yang telah cukup maupun belum cukup usia, tetap tenang, fokus pada ibadah dan kebaikan. Bila perlu, kalau menurut saya sangat perlu, bersedekahlah karena Allah, do’anya agar dimudahkan dalam menjemput jodoh. Mulailah berlatih untuk memperkuat mental agar tidak sakit hati manakala dihujani pertanyaan kapan nikah. Siap? Wallahu a’lam. []

Tags: Kapan NikahkeluargaKesalinganlaki-lakiperempuanpernikahanRelasi
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID