Mubadalah.id – Tulisan ini secara spesifik bukan sebuah resensi, namun mirip dengan resensi. Lebih utamanya akan mengarah pada refleksi penulis pasca membaca buku ini. Judul buku ini secara lengkap adalah Daughter of Abraham: Feminist Thought in Judaism, Christianity, and Islam. Buku ini merupakan sebuah karya luar biasa yang diterbitkan oleh University Press of Florida, dan diedit oleh Yvonne Yazbeck Haddad serta John L. Esposito.
Tokoh feminis dari tiga kalangan agama keturunan Ibrahim atau Abraham. Penyebutan dalam tradisi Nasrani dan Yahudi, menuangkan pemikirannya dalam sebuah artikel yang tersusun dalam buku ini. Bagi penulis, buku ini adalah rujukan tentang spirit feminisme berbahasa Inggris yang cukup asik dan menantang untuk kita pahami.
Buku ini secara garis besar ingin mencari urat nadi spirit feminisme dalam tiga tradisi agama keturunan Ibrahim. Yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. Terdapat enam artikel yang berisikan pemikiran dari para feminis tiga agama, mereka menuliskan pemikirannya yang berkaitan dengan relasi antara “perempuan dan agama”.
Pada bagian introduction yang editor tulis, cukup menjelaskan pertanyaan “mengapa buku ini perlu saya ciptakan?” atau “mengapa kerja-kerja demikian perlu kita lakukan?
Perempuan dan Agama
Persoalan tentang perempuan dan agama sering kali terjadi dan seolah-olah apa yang disampaikan oleh Ilahi adalah “opresi terhadap perempuan”. Padahal para feminis ini meyakini bahwa tidak mungkin agama menempatkan perempuan pada posisi yang marginal. Sehingga, kerja-kerja yang para feminis lakukan ini meliputi peninjauan ulang terhadap kondisi perempuan pada masa lampau, revisi, dan rekonstruksi.
Tentu, kerja yang telah para feminis Yahudi, feminis Kristen, dan feminis Muslim lakukan tidak lain adalah usaha luar biasa untuk merebut kembali kemanusiaan perempuan. Sekaligus mengembalikan pada posisi yang menempatkan perempuan sebagai manusia seutuhnya.
Feminis agama yang menuangkan pemikirannya dalam buku ini di antaranya adalah Amy-Jill Levine, Leila Gal Berner, Alice L. Laffey, Rosemary Radford Ruether, Hubba Abugideiri, Amira El Azhary Sonbol. Tokoh-tokoh tersebut merupakan kontributor dari buku ini. Setiap agama ada dua kontributor. Tertulis sesuai dengan sejarah lahirnya agama, yakni; Yahudi, Kristen dan Islam.
Kisah Sarah dan Hajar
Buku ini banyak menampilkan cerita Sarah dan Hajar sebagai istri Nabi Ibrahim dalam tiga tradisi agama. Hal tersebut juga yang melandasi buku ini berjudul “Daughter of Abraham”. Sebab perbincangan tentang perempuan Nabi Ibrahim, tidak lepas dari relasi yang mereka miliki dengan Nabi Ibrahim.
Artinya, kondisi yang terjadi dan tergambarkan mengenai sosok Sarah dan Hajar dalam buku ini tidak pernah lepas dari relasi yang dimiliki dengan sang suami. Dan, tiga agama ini merupakan anak keturunan dari hubungan ketiganya.
Hal tersebut juga yang akhirnya melahirkan banyak kesamaan. Walaupun juga memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang signifikan misalnya mengenai kisah Hajar dan Sarah sebagai sosok istri Nabi Ibrahim. Dalam tiga tradisi, kisah Hajar dan Sarah memiliki warna dan karakter penggambaran yang berbeda.
Misalnya, perdebatan antara Sarah dan Hajar dalam tradisi Yahudi dan Nasrani adalah kisah pelik yang tergambarkan oleh para teolog mengarah pada polarisasi. Artinya, bahwa penggambaran yang dilakukan seolah-olah satu karakter berposisi sebagai “tertindas” dan karakter yang lain sebagai “penindas”.
Namun, tentu sangat berbeda dengan Islam yang tidak masuk dalam perdebatan yang ada dalam kisah pelik tersebut. Sebab bagi muslim keduanya adalah sosok perempuan teladan yang memiliki spirit perjuangan. Kondisi-kondisi penggambaran perempuan yang sedemikian rupa menjadi pusat “persoalan” berusaha direkonstruksi oleh kalangan feminis, sebagai upaya untuk merebut kembali posisi perempuan.
Membantu Memahami Cara Kerja Feminis
Selain kisah Hajar dan Sarah. Banyak juga kisah lain yang tersampaikan dan direinterpretasi oleh para feminis untuk mendapatkan makna baru yang lebih positif. Misalnya; kisah Hannah dalam tradisi Yahudi dan Kisah Vasthi dalam tradisi Kristen yang selama ini selalu tergambarkan dengan negatif.
Kisah yang buku hadirkan ini, bagi penulis sangat membatu memahami sebuah cara kerja feminis pada saat melakukan rekonstruksi maupun reinterpretasi terhadap suatu teks dan tradisi.
Secara keseluruhan, buku ini juga memberikan kesan “keberadaan dialog antar-agama”. Selanjutnya memberikan wawasan yang luas untuk mencintai semua kalangan, atas dasar pengetahuan yang kita dapatkan mengenai apa yang ada dalam tradisi agama lain.
Buku ini tentu sangat saya rekomendasikan untuk kita yang memiliki fokus terhadap kerja-kerja yang berkaitan dengan perempuan dan agama. Yakni sebagai upaya untuk mendapatkan terobosan wawasan untuk melakukan banyak hal yang berkaitan dengan kerja-kerja tersebut. Sekian. []