• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Hari Raya Idulfitri Kembali Tiba, Mari Membaca Kisah Mereka yang Enggan Pulang

Bakal kita temukan pula kisah pilu tentang semangat perubahan yang padam karena kemiskinan nan mengakar

Aisyah Nursyamsi Aisyah Nursyamsi
06/04/2024
in Buku
0
Enggan Pulang

Enggan Pulang

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hari Raya Idulfitri kembali tiba. Hanya menghitung hari, umat muslim bakal bergembira menyambut hari kemenangan. Sebagian besar di antara mereka pun memutuskan untuk mudik, pulang bertemu dengan keluarga. Cerita soal perantau yang mudik, nyatanya ada pula orang-orang yang tidak memutuskan untuk tidak pulang.

Menjadi seorang perantau adalah pilihan hidup yang tidak mudah. Ada beragam alasan di setiap kepala orang-orang kenapa memutuskan untuk terpisah dari keluarga dan rumah. Pergi jauh tanpa tahu kapan pastinya bisa kembali pulang.

Kadang kala, orang-orang ini, perantau dari daerah keluar tanpa membawa perbekalan yang mapan. Semisal harta yang cukup untuk bertahan hidup dengan nyaman selama jauh dari rumah.  Atau mental  sekuat baja agar tidak kelimpanan saat diuleni oleh masalah.

Berjuang Mengubah Nasib

Perantau di tanah air sejauh ini masih seputar orang-orang yang berjuang mengubah nasib, membahagiakan orang tercinta, atau lari dari ‘sesuatu’ yang tidak dapat kita hindari.

Walau telah pergi menjauh dari rumah, menyeberang lautan dan melangkahi berapa puluh kota. Sehingga tidak heran jika ada orang yang enggan pulang dan memutuskan untuk bertahan di perantauan. Lagi-lagi alasannya beragam. Pada orang yang memperjuangkan nasib keluarga, maka ia tidak akan balik badan untuk pulang, sampai mimpinya terwujud.

Baca Juga:

Menilik Masjid Ramah Musafir: Buka 24 Jam!

Tradisi Syawalan di Pekalongan, Meningkatkan Ukhuwah dan Perekonomian Masyarakat

Hari Kemenangan dan 11 Bulan Kemudian

Refleksi Setelah Idulfitri: Mari Merawat Spirit Ramadan Sepanjang Tahun

Atau, masalah yang terlalu berat bak batu menimpa ‘hati’ membuatnya tidak ingin pulang. Batinnya mungkin bakal bergerak sampai masalah tersebut enyah. Tapi sulit juga. Karena ada masalah yang tidak bisa tuntas, walau sudah bertahun-tahun lamanya.

Bahkan tidak sedikit orang yang terbentur dan tidak menemukan jalan pada masalah tersebut, lalu mengambil jalan pintas. Tidak pulang ke kampung halaman dan pada kasus lebih ekstrim pulang ke pangkuan Tuhan.

Alasan-alasan tak Ingin Pulang

Alasan-alasan enggan pulang atau ingin pulang tapi tidak punya kuasa ini bisa pembaca temukan pada buku kumpulan cerita ‘Mereka yang (Enggan) Pulang. Buku ini mengisahkan perihal kumpulan perantau yang ingin pulang tapi tidak bisa. Atau enggan kembali, tapi terpaksa pulang karena keadaan.

Ada seorang laki-laki yang menahan gunungan rindu pada keluarga di rumah, namun rasa benci dan traumatis menahan langkahnya untuk kembali. Sebuah keputusan yang tanpa sadar bakal ia sesali. Di dalam buku ini, pembaca juga bisa menemukan rasa lelah dari seorang perempuan yang merasa, jerih payah yang ia lakukan tidak pernah bernilai.

Menjadi seorang perempuan mandiri dan membantu finansial keluarga tidak bakal dipandang selagi masih melajang. Kaumnya, masyarakatnya masih memandang ‘kesempurnaan’ seorang perempuan adalah ketika ia menjadi seorang istri dan ibu.

Kemiskinan yang mengikat, mendorong seorang pemuda untuk ‘mambangkik batang tarandam’  dan merantau. Di tengah perjuangan ia pun terpaksa untuk memilih, bertahan atau mati. Dan masih banyak lagi. Pembaca yang sedang tidak ingin pulang atau tidak bisa mudik mungkin saja punya alasan serupa dengan orang-orang di dalam buku ‘Mereka yang (Enggan) Pulang?

Seorang kawan yang telah membaca seluruh isinya mengatakan jika buku ini bukan hanya tentang ‘pulang’. Tapi sebuah suara para perempuan yang tiada pernah sampai ke permukaan. Menjadi lemah oleh budaya patriaki hingga tenggelam dan tidak dapat mengenal dirinya sampai akhir.

Bakal kita temukan pula kisah pilu tentang semangat perubahan yang padam karena kemiskinan nan mengakar. Keluh generasi sandwich yang acap kali kita sebut tidak pandai bersyukur, hingga traumatis yang mengendap di dalam relung hati hingga memengaruhi keputusan hidup. []

 

Tags: Enggan PulangHari Raya IdulfitrilebaranMudikRantau
Aisyah Nursyamsi

Aisyah Nursyamsi

Melayu Udik yang Ingin Abadi

Terkait Posts

Herland

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

16 Mei 2025
Neng Dara Affiah

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

10 Mei 2025
Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Falsafah Hidup Penyandang Disabilitas dalam “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”

25 April 2025
Buku Sarinah

Perempuan dan Akar Peradaban; Membaca Ulang Hari Kartini Melalui Buku Sarinah

23 April 2025
Toleransi

Toleransi: Menyelami Relasi Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Keberagaman

23 Maret 2025
Buku Syiar Ramadan Menebar Cinta untuk Indonesia

Kemenag RI Resmi Terbitkan Buku Syiar Ramadan, Menebar Cinta untuk Indonesia

20 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version