Mubadalah.id – Sepulang berkunjung dari rumah kakek-neneknya, Reza gembiranya bukan main. Anak usia 4 tahun itu mengeluarkan beberapa amplop warna-warni yang ia dapatkan di sana. “Sangu Lebaran” kalau orang Jawa menyebutnya.
Dari balik amplop dengan gambar yang lucu-lucu itu, Reza mengeluarkan lembaran-lembaran uang berwarna merah. Belum lagi beberapa amplop lain yang ia dapatkan sebelumnya. Kalau ditotal, mungkin sangu lebaran yang Reza dapatkan hampir setara dengan UMR Jogja.
Momen lebaran memang menjadi hari yang menggembirakan. Termasuk Reza dan anak-anak pada umumnya. Tak hanya baju baru dan aneka jajan yang berjejer rapi menghiasi ruang tamu. Anak-anak juga mendapat tambahan uang saku baik dari tetangga atau kerabat.
Tradisi Berbagi Uang Saat Lebaran
Di setiap daerah, sepertinya tradisi berbagi uang kepada anak-anak telah menjadi bagian dari euforia lebaran. Bahkan, di media sosial kemarin saya sempat melihat sebuah guyonan yang menunjukkan perbedaan tarif “sangu” anak berdasarkan tingkat kedekatan dengan keluarga.
Secara de facto memang tradisi sangu lebaran ini telah menjamur. Setiap berkunjung ke rumah kerabat, adegan “salam tempel” ini menjadi momen yang anak-anak nanti-nantikan.
Pun bagi tuan rumah, memberikan salam tempel ini seolah-olah menjadi hal yang wajib ia lakukan. Meski harus dengan nominal yang alakadarnya. “Wong momen setahun sekali moso yo ora?” Kira-kira begitu pikirnya.
Menurut dosen Ilmu Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Didi Purnomo, tradisi berbagi uang saat lebaran merupakan hasil akulturasi antara budaya Arab dan Tionghoa. Tradisi berbagai angpao saat Hari Raya Imlek kemudian menginspirasi Umat Islam untuk melakukan hal yang sama saat Lebaran.
Sementara itu, melansir dari getradius.id, tradisi ini telah berkembang sejak zaman kekhalifahan Dinasti Fatimiyyah di Afrika Utara. Pada abad pertengahan itu, anak-anak mendapat bingkisan berupa pakaian, uang, ataupun pernak-pernik lainnya saat hari pertama lebaran.
Terlepas dari keterangan tersebut, berbagi rezeki saat lebaran menjadi praktik baik yang patut untuk kita lestarikan. Selain berbagi kebahagiaan dengan anak-anak di hari yang bahagia, hal itu juga menjadi momentum untuk meningkatkan semangat berbagi kepada sesama. Tentu sesuai dengan kemampuan dan tak perlu kita paksakan.
Literasi Finansial Sejak Dini
Pada saat lebaran, anak-anak mendapat pemasukan yang cukup lumayan. Ada anekdot yang mengatakan bahwa saat lebaran anak adalah “The real investasi orang tua”. Bagi anak yang belum cukup umur, sangu lebaran tersebut cenderung dipegang oleh orang tua. Baik untuk keperluan anak maupun kebutuhan sehari-hari.
Namun bagi anak yang sudah mengenal uang, tentu beda lagi. Si anak kemungkinan besar sudah berpikir bahwa dirinya merasa “punya” sehingga bebas untuk membeli hal-hal yang ia suka. Ketika orang tua tidak menuruti, maka anak akan rewel dan mudah emosi. Di sinilah orang tua perlu mengajarkan literasi finansial sejak dini kepada anak-anaknya.
Mengapa?
Mengutip dari sikapiuangmu.ojk.go.id literasi finansial merupakan essential life skill yang perlu anak-anak ketahui sejak dini. Pasalnya, aktivitas transaksi keuangan tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari.
Pengelolaan keuangan yang baik menjadi pembelajaran yang penting supaya si anak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap “sangu lebaran” yang ia miliki.
Sementara itu, fase anak-anak merupakan masa keemasan untuk mengenalkan hal-hal yang baru. Pada fase ini, si anak mudah sekali menirukan apa yang ia lihat dari sekitarnya. Tentu ketika lingkungan si anak mengajarkan hal-hal yang baik, anak akan tumbuh dengan karakter yang baik pula. Begitu juga sebaliknya.
Selain hal demikian, kemampuan anak dalam menirukan apa yang ia amati juga didukung oleh kemudahan otak dalam mencerna dan menyerap informasi. Seperti halnya pepatah mengatakan “Belajar di waktu kecil ibarat mengukir di atas batu, belajar di waktu besar ibarat mengukir di atas air”.
Artinya, apa yang orang tua ajarkan kepada anak di waktu kecil akan menentukan kepribadian mereka di waktu besar. Karena hal demikian akan tersimpan rapi pada memori anak sehingga akan terbawa hingga dewasa. Termasuk dalam urusan literasi finansial.
Literasi Finansial Anak ala Najeela Shihab
Pendiri Sekolah Cikal (Cinta Keluarga) ini memiliki ide yang menarik dalam mengajarkan literasi finansial kepada anak saat lebaran. Putri sulung Abi Quraish Shihab melalui akun instagramnya @najeelashihab, menuturkan bahwa tradisi uang lebaran adalah kesempatan untuk mengajarkan kepada anak soal uang.
Jika anak membelanjakan uang lebaran yang ia miliki untuk hal-hal yang ia mau tanpa perencanaan yang bagus, menurut Mbak Najeela kita akan kehilangan “teacheable moment”, Momen mengajarkan anak soal literasi finansial. Kapan lagi si kecil dapat memegang uang yang cukup lumayan kalau bukan di waktu lebaran? Iya, kan?
Ada tiga hal menarik yang saya garis bawahi dari penjelasan Mbak Najeela. Tiga poin ini dapat menjadi referensi ide yang dapat orang tua ajarkan kepada anak dalam mengelola “sangu lebaran”.
Pertama, bersedekah. Orang tua dapat mengajarkan kepada anak untuk menyedekahkan sebagian sangu lebarannya kepada orang lain atau yang membutuhkan. Di era digital ini, aktivitas sedekah atau donasi dapat kita salurkan melalui lembaga fundraising yang amanah. Hal ini dapat mengajarkan kepada anak supaya memiliki jiwa yang murah hati dan suka menolong terhadap orang lain.
Kedua, membelanjakan sesuai kebutuhan. Orang tua dapat membantu anak untuk merencanakan hal-hal penting yang ia butuhkan. Misalnya peralatan sekolah, biaya kursus, ataupun kebutuhan penting lainnya. Selain itu orang tua dapat membantu anak dalam menyusun skala prioritas untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Ketiga, menabung atau berinvestasi. Ketika masih ada sisa, orang tua dapat mengajarkan kepada anak untuk menabung sebagian uang lebaran yang ia miliki. Jika memungkinkan, mengajarkan anak untuk berinvestasi juga menjadi ide yang tidak kalah menarik. Ada banyak cara untuk berinvestasi. Misalnya menjadikan uang lebaran untuk menambah modal usaha, membeli emas, atau membeli hewan ternak. Tentu dalam hal ini menyesuaikan dengan preferensi keluarga Anda.
Selain menjadi hari yang istimewa bagi anak-anak, lebaran juga menjadi “teacheable moment” untuk mengajarkan anak dalam mengelola keuangan. Kemampuan literasi finansial yang orang tua ajarkan kepada anak sejak dini akan menjadi modal penting saat dewasa nanti. Hal ini mengingat bahwa saat ini keterampilan tersebut menjadi soft skill yang harus individu miliki untuk meraih kesuksesan finansial. Jadi orang tua yang bijak, yuk! []