• Login
  • Register
Minggu, 27 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Faktanya Indonesia Tidak Gagap Gender Sejak Awal

Pada masa sekarang ini, kita tidak boleh mengalami kemunduran dengan membatasi ruang gerak dan kemampuan perempuan

Indah Fatmawati Indah Fatmawati
25/04/2024
in Publik
0
Gagap Gender

Gagap Gender

569
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Padahal jika kita membaca sejarah, faktanya Indonesia tidaklah segagap itu terhadap konsepsi kesetaraan gender.

Mubadalah.id –  Beberapa waktu yang lalu saya sempat menonton salah satu channel Youtube dari salah satu brand kecantikan yang terkenal di Indonesia. Dalam acara tersebut menampilkan dialog antara Menteri luar negeri Retno Marsudi dengan seorang perempuan sebagai pembawa acara.

Tema tentang gender juga menjadi bahasan mendalam pada obrolan tersebut. Termasuk saat Bu Retno sapaan hangat Menteri luar negeri tersebut menyampaikan bahwa beliau adalah perempuan pertama yang menjabat sebagai menlu di Indonesia.

Pikiran saya lantas mempertanyakan betapa banyak perempuan di negara ini, namun hanya satu dan bahkan Bu Retno saja yang pertama menjadi menteri luar negeri? Padahal jika kita membaca sejarah, faktanya Indonesia tidaklah segagap itu terhadap konsepsi kesetaraan gender.

Kesetaraan Gender Pada Masa Raja-raja

Sangat mengherankan ketika mengetahui bahwa fakta sejarah menuliskan sejak masa klasik hingga kontemporer terdapat perempuan yang bertahta. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak gagap gender, dan eksistensi perempuan sebenarnya telah diakui sejak lama.

Mengutip detik.com, pada era klasik terdapat beberapa kerajaan di Indonesia atau yang dulu bernama nusantara ini dipimpin ialah seorang perempuan. Perempuan Tangguh tersebut antara lain:

Baca Juga:

Mengapa PRT Selalu Diidentikkan dengan Perempuan?

Tubuh, Cinta, dan Kebebasan: Membaca Simone de Beauvoir Bersama Rumi dan al-Hallaj

Tangan Kuat Perempuan dalam Dunia Kerja

Suluk Damai di Negeri Bhineka melalui Peran LKLB dalam Merawat Toleransi

Pertama, Ratu Shima pada Kerajaan Kalingga yang terkenal dengan gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara. Beliau adalah pemimpin perempuan yang tegas, adil dan bijaksana. Tak segan menghukum potong tangan bagi siapa saja yang mencuri. Ratu Shima juga menerapkan hukuman kepada putranya sendiri yang melangar aturan kerajaan. Beliau memerintah sejak tahun 674 M.

Kedua, Ratu Pramodawardhani pada Kerajaan Mataram Kuno, memiliki gelar Sri Kahulunan. Terkenal sebagai pemimpin yang adil dan toleran. Dalam kerajaannya berdiri dua candi besar, yakni Candi Prambanan yang beraliran Hindu dan Candi Sewu yang beraliran Buddha. Gambaran dua agama yang hidup berdampingan.

Ketiga, Ratu Tribhuwana Tunggadewi pada Kerajaan Majapahit. Tribhuwana Tunggadewi atau Gayatri adalah ibu dari Hayam Wuruk. Memiliki gelar Tribhuwana Tunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani. Pada masa kepemimpinannya, Majapahit mengalami kejayaan dengan adanya Sumpah Palapa, sehingga berhasil menaklukan Pulau Sumatera dan Bali.

Keempat, Ratu Suhita atau atau Ratu Kencanawungu pada Kerajaan Majapahit. Beliau gigih menumpas pemberontakan sebelum Majapahit mengalami keruntuhan. Pada masa kepemimpinannya, Kerajaan Majapahit berhasil menaklukkan banyak daerah.

Emansipasi Perempuan Tidak Boleh Mengalami Kemunduran

Melihat kenyataan demikian, menghantarkan pada pemahaman bahwa di negara Republik Indonesia ini tidak gagap gender. Artinya sudah mengakui adanya kesetaraan gender sejak awal. Perempuan juga mendapatkan posisi yang bermartabat.

Berbagai sorotan dan penilaian dari lini dan tingkatan pejabat kerajaan hingga masyarakat awam pada masa itu tentu juga penuh dengan pergulatan. Namun perlu sebuah apresiasi besar bagi mereka para pendahulu yang telah mengakui eksistensi seorang perempuan dari kemampuan, meskipun tahta yang menjadi garis keturunan raja sudah tergariskan.

Mengingat tidak hanya satu perempuan saja yang pernah menjadi pemimpin, hal ini semakin menunjukkan jika power seorang perempuan dari masa ke masa memang tidak bisa diremehkan. Hal ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita untuk tidak boleh mengerdilkan keinginan untuk memperjuangkan kesetaraan perempuan.

Jika pada masa klasik saja masyarakat sudah begitu terbuka paradigmanya untuk mau mengakui kepemimpinan seorang perempuan, maka pada masa sekarang yang modern ini kita tidak boleh mengalami kemunduran paradigma dengan membatasi ruang gerak dan kemampuan perempuan.

Para perempuan harus saling bergandengan tangan. Saling tolong-menolong dan memberikan akses pada satu sama lain, membangun agar bisa sama-sama merasakan nilai-nilai kesetaraan dalam kehidupan. []

 

 

Tags: Gagap GenderIndonesiaKesetaraanNusantaraperempuan
Indah Fatmawati

Indah Fatmawati

Sebagai pembelajar, tertarik dengan isu-isu gender dan Hukum Keluarga Islam

Terkait Posts

Ruang Publik

Disabilitas Netra dan Ironi Aksesibilitas Ruang Publik

26 Juli 2025
Suluk Damai

Suluk Damai di Negeri Bhineka melalui Peran LKLB dalam Merawat Toleransi

24 Juli 2025
Perlindungan Anak

Mengapa Perlindungan Anak Harus Dimulai dari Kesadaran Gender?

23 Juli 2025
Pesantren Inklusif

Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik

22 Juli 2025
Perselingkuhan

Perselingkuhan, Nikah Siri dan Sexually Discipline

22 Juli 2025
Mazmur

Mazmur dan Suara Alam: Ketika Bumi Menjadi Mitra dalam Memuji Tuhan

21 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ikrar Kesetiaan KUPI

    Ketika Wisudawan Ma’had Aly Kebon Jambu Membaca Ikrar Kesetiaan KUPI, Bikin Merinding!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menikmati Proses, Karena yang Instan Sering Mengecewakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PRT Juga Manusia, Layak Diperlakukan dengan Baik dan Bermartabat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PRT Bukan Budak: Hentikan Perlakuan yang Merendahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Disabilitas Netra dan Ironi Aksesibilitas Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Upah: Hak Pekerja, Kewajiban Majikan
  • Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line
  • Mengapa PRT Selalu Diidentikkan dengan Perempuan?
  • Disabilitas Netra dan Ironi Aksesibilitas Ruang Publik
  • PRT Bukan Budak: Hentikan Perlakuan yang Merendahkan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID