• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

PRT Banyak Mendomestikasi Perempuan

Perempuan merupakan makhluk yang lemah dan bodoh. Untuk manusia seperti ini sangatlah masuk akal dan adil jika diberi pekerjaan yang ringan dan tidak memerlukan kecerdasan otak

Redaksi Redaksi
16/08/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
PRT

PRT

547
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Meskipun PRT bisa laki-laki dan bisa perempuan, akan tetapi fakta-fakta yang ditemukan menunjukkan bahwa mayoritas PRT adalah perempuan dan bukan laki-laki.

Sebutan PRT lalu hampir selalu identik dengan kelompok perempuan. Mengapa? Jawabannya bisa amat kompleks. Tetapi jawaban paling umum adalah bahwa perempuan merupakan entitas yang paling layak atau seharusnya bekerja pada ruang domestik.

Sementara laki-laki merupakan entitas sosial yang paling layak dan seharusnya bekerja pada kehidupan luar rumah, ruang publik dan politik. Pandangan umum ini mengakar dalam berbagai tradisi masyarakat di dunia, sejak ribuan tahun. Pembagian kerja seperti ini terkait dengan sejumlah asumsi, tetapi mereka konstruksi sebagai norma yang baku.

Pertama, bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah dan bodoh. Untuk manusia seperti ini sangatlah masuk akal dan adil jika diberi pekerjaan yang ringan dan tidak memerlukan kecerdasan otak. Pekerjaan domestik dianggap merupakan pekerjaan yang relatif lebih ringan dibanding kerja publik dan politik. Memasak, mencuci, membersihkan kamar dan mengasuh anak adalah pekerjaan yang tidak memerlukan pikiran dan intelektualitas yang tinggi.

Sementara mencangkul, memikul dan mengurus masyarakat adalah pekerjaan berat dan perlu pikiran yang cerdas. Karena itulah maka, menurut pandangan itu PRT memang sudah menjadi kodrat bagi ruang kerja perempuan dan tidak bagi laki-laki.

Baca Juga:

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Konteks Budaya

Dalam konteks agama dan budaya, keberadaan perempuan di ruang domestik dipandang sebagai norma agama dan budaya. Ini terkait dengan fungsinya sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus anak-anak dan melayani suami.

Kodrat perempuan dalam budaya patriakhi adalah kasur, sumur dan dapur, atau masak, macak (berdandan) dan manak (melahirkan). Keberadaan perempuan bekerja di ruang domestik dengan begitu terkait erat dengan fungsi reproduksinya.

Pada sisi lain dalam pandangan keagamaan kehadirannya di ruang publik dapat menimbulkan masalah sosial yang serius. “Pekerjaan perempuan di luar rumah lebih banyak menimbulkan “fitnah”.

Al-Qur’an menurut pandangan ini telah menegaskan: “dan hendaklah kalian (perempuan) tetap tinggal di rumah, dan janganlah berperilaku seperti perempuan-perempuan jahiliyah dahulu”. (QS. al-Ahzab ayat 33).

Wacana keagamaan dan budaya ini dihadirkan dan dibakukan dalam masyarakat melalui berbagai media dan sarana budaya, politik dan agama, sekali lagi, selama berabad-abad. []

Tags: MendomestifikasiperempuanPRT
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Aurat dalam Fiqh

Aurat Menurut Pandangan Ahli Fiqh

3 Juni 2025
Aurat

Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

3 Juni 2025
Jilbab dan Hijab

Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

2 Juni 2025
Perempuan Memakai Jilbab

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

2 Juni 2025
Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Jilbab Menurut Ahli Tafsir

2 Juni 2025
Makna Hijab dalam

Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tubuh yang Terlupakan

    Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Aurat Menurut Pandangan Ahli Fiqh
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an
  • Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID