• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Kesabaran dan Keikhlasan Seorang Guru di Sekolah Santitham Thailand

Di balik suksesnya pendidikan yang berkualitas ada seorang guru yang mau berjuang. Bagimana sebenarnya para guru di Sekolah Santitham? 

Rifa Anis Fauziah Rifa Anis Fauziah
21/08/2024
in Pernak-pernik
0
Sekolah Santitham

Sekolah Santitham

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sekolah Santitham adalah adalah lokasi KKN penulis di Thailand. Walau di berada di tengah kondisi yang menantang, sekolah Santitham ini telah membuktikan bahwa pendidikan berkualitas dapat berkembang di sana. Tentu di balik suksesnya pendidikan yang berkualitas ada seorang guru yang mau berjuang setiap harinya. Bagimana sebenarnya para guru di Sekolah Santitham? 

Kegiatan siswa siswi santitham sangat padat, dimulai dari upacara tiap pagi, dilanjut melakukan pembelajaran sampai siang hari. Lalu istirahat dan makan siang, bahkan di lanjut lagi sesi pembelajaran pada siang hari sampai sore hari. Sekolah Santitham ini tidak hanya mengajarkan pelajaran akademik saja, namun ada beberapa kegiatan  ekstrakulikuler seperti berenang, pramuka, latihan nasyid, olahraga bahkan rebana.

Guru dan Tugasnya

Menjadi seorang guru di Sekolah Santitham tentu tidak mudah, karena jadwalnya yang sangat padat. Setiap pukul 06 pagi, dia memulai harinya dengan bersiap-siap untuk menjemput murid-muridnya menggunakan bis sekolah.

Setelah itu, dia mengajar di kelasnya masing-masing. Selain itu, dia juga memiliki jadwal mengajar tambahan di kelas lain. Kak Sumayah sebagai wali kelas 1 dan memiliki amanah mengajar di kelas3, 4, 5, 6, bahkan sampai tingkat SMP. 

Saat jam istirahat dan makan siang tiba, guru di Sekolah Shantitham menyiapkan makanan untuk murid-muridnya di kelas. Setelah itu, Jika kita lihat sangat sibuk dan apakah ada waktu untuk istirahat? Pasti capek! Itu tentu, tapi guru di Sekolah Santitham ini terbukti memiliki kesabaran dan keikhlasan yang seluas samudera. 

Baca Juga:

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Mungkin pembaca menduga “pasti gajinya tinggi!” Tidak juga, Sekolah Santitham adalah sekolah swasta bukan sekolah kerjaan atau di Indonesia setara sekolah negeri. Dan sekolah swasta di Thailand itu gajinya tidak sebanyak dengan sekolah yang di bawah kerajaan. 

Bangunan yang ada di Sekolah Santitham pun terlihat sederhana dan sudah berumur tua, ada yang sudah berumur 40 tahun. Setelah berbincang dengan manajer sekolah beliau berkata,

“Ada harapan dari kami ingin memperbaiki bangunan-bangunan yang sudah lama itu, tapi kami harus pintar memutarkan uang nya. Karena sekolah kita adalah sekolah swasta yang tidak menerima bantuan langsung dari pemerintah, gaji guru di sini lebih rendah dibandingkan dengan guru di sekolah Kerajaan.” Ucap Apierat sebagai Manajer Sekolah Santitham

Kisah Inspirasi

Para guru di Sekolah Shantitham kebanyakan berusia di atas 45 tahun dan telah mengajar di sana sejak lama. Ada yang sudah 10 tahun,  15 tahun, bahkan ada yang sampai 20 tahun. Memang Kesabaran dan keikhlasan yang dimiliki para guru Sekolah Santitham.       

Salah satu guru yang paling mengagumkan yakni Kak Samairiyah atau yang akrab dengan panggilan Kak Yah, kesabarannya dalam menghadapi siswa-siswi yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada siswa yang cepat memahami, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menyerap materi pelajaran.

Kak Yah selalu memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa, tanpa membeda-bedakan. Beliau ditunjuk menjadi wali kelas 1. Meski seringkali harus menghadapi siswa yang masih buang air kecil di kelas, beliau tetap sabar dan bahkan rela mencuci baju mereka.  Kak Yah sudah mengajar di Sekolah Santitham ini kurang lebih 15 tahun. 

Keikhlasan Kak Yah dalam menjalankan tugasnya juga sangat menginspirasi. Kak Yah mengeluh tentang kesulitan yang dihadapinya, justru ia selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi siswa-siswanya. Baginya, mengajar bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga panggilan jiwa sebagai manusia. []

                                                                                                                                   

Tags: KKNpendidikanSekolah SantithamThailandUIN Semarang
Rifa Anis Fauziah

Rifa Anis Fauziah

Mahasiswi ilmu al Qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID