• Login
  • Register
Minggu, 27 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pola Pikir Egois dan Patriarkis

Dengan pola pikir islami yang tepat dan manusiawi, suami-istri akan bahagia dalam perkawinan. Saling mengerti, saling bantu, saling menghargai, saling setia, saling mendukung langkah menuju surga

Redaksi Redaksi
01/10/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Pola Pikir Egois

Pola Pikir Egois

647
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pola pikir “perempuan boleh maju, asalkan bukan istri saya”, adalah pola pikir egois yang bertentangan dengan kemutlakan pemberian Allah. Istri adalah manusia. Ia berhak untuk berkembang dan mengembangkan potensi yang dianugerahkan-Nya kepada siapa pun hamba yang dikehendaki-Nya.

Allah sebagai Tuhan dari hamba laki-laki dan perempuan memberikan anugerah-Nya kepada siapapun hamba yang Ia kehendaki. Allah tak pernah menghalangi perempuan untuk maju, sukses, dan bahagia.

Bahkan Allah berfirman agar suami-istri jangan saling iri atas apa yang diberikan Allah kepada pasangannya. Jika ingin mendapatkan anugerah, mintalah kepada Allah. (QS. an-Nisa ayat 32).

Kalau Allah saja tidak pernah membatasi anugrah-Nya, maka bagaimana mungkin seorang suami yang mengaku taat kepada Allah membatasi istrinya untuk meju meraih anugrah Allah yang tak terbatas itu?

Suami harus di atas dan menang, dan istri harus selalu di bawah, kalah dan mengalah, adalah juga pola pikir egois patriarkis yang salah dan tidak manusiawi. Penyebabnya antara lain pemaknaan yang tidak pas dari ayat 228 surat al-Baqarah yang artinya, “Dan bagi para suami, mereka mempunyai kelebihan atas istri.”

Baca Juga:

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Al-Qur’an Membebaskan Perempuan dari Sistem Sosial Patriakis

Pola Relasi Suami Istri

Pola Pendidikan yang Adil Bagi Anak

Ayat ini sama sekali bukan dalil bagi suami untuk menang sendiri dan sewenang-wenang, melainkan menjelaskan bahwa dengan kewajiban dan tanggung jawab menafkahi dan menyejahterakan keluarga lahir batin, suami memiliki kelebihan.

Ini logis semata. Di mana pun, orang yang memberi kecukupan finansial dan pengayoman selalu menempati posisi yang lebih tinggi. Derajat itu dengan sendirinya tidak ada jika suami tidak bertanggung jawab. Kelebihan bagi suami yang bertanggung jawab sama sekali bukan pembenar ketidakadilan, kekerasaan, dan kesewenang-wenangan.

Teladan Nabi

Jika kita menyimak apa yang dilakuan Rasulullah, akan kita dapati hal sebaliknya. Beliau justru sering mengalah saat ummahatul mukminin merasa cemburu. Saat situasi tidak menentu, beliau memilih diam menunggu Wahyu Allah. Itu yang beliau lakukan saat Aisyah dituduh berselingkuh dengan Shafwan bin Mu’attal.

Setelah Allah menurunkan wahyu tentang bebasnya Aisyah dari segala tuduhan (lihat QS. an-Nur ayat 11-20), beliau kembali menjalani hidup dengan Aisyah seperti sediakala.

Beliau juga bersedia mendengarkan saran istri yang solutif. Rasulullah mengikuti saran Ummu Salamah ra. Agar mencukur rambut dan menyembelih binatang (hadyu) tanpa bicara apapun saat terjadi ketegangan dalam peristiwa Hudaibiyah.

Saat itu para sahabat dari Madinah menuju Makkah untuk umrah, namun terhalang oleh kuffar Mekah di Hudaibiyah. Nabi memerintahkan sahabat untuk mencukur rambut dan memotong hadyu. Namun para sahabat yang sedih dan masih berharap sampai ke Mekah tidak melakukannya. Setelah Nabi mengikuti saran istrinya, para sahabat langsung saling mencukur satu sama lain.

Pola-pola pikir egois dan partiarkis yang sudah barang tentu tidak sesuai dengan ajaran Islam memang tak boleh lagi ada jika kita ingin mewujudkan samara (sakinah, mawaddah wa rahmah) yang sejati. Memperbaharui pola pikir adalah langkah awal menuju ke sana.

Dengan pola pikir islami yang tepat dan manusiawi, suami-istri akan bahagia dalam perkawinan. Saling mengerti, saling bantu, saling menghargai, saling setia, saling mendukung langkah menuju surga. Bukankah itu perekat sejati sakinah mawaddah wa rahmah? []

Tags: egoisPatriakisPikirPola
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Fitnah Perempuan

Reinterpretasi Hadis Fitnah Perempuan dalam Perspektif Mubadalah

27 Juli 2025
Upah

Upah: Hak Pekerja, Kewajiban Majikan

26 Juli 2025
PRT

Mengapa PRT Selalu Diidentikkan dengan Perempuan?

26 Juli 2025
PRT yang

PRT Bukan Budak: Hentikan Perlakuan yang Merendahkan

26 Juli 2025
PRT

PRT Juga Manusia, Layak Diperlakukan dengan Baik dan Bermartabat

26 Juli 2025
Ikrar Kesetiaan KUPI

Ketika Wisudawan Ma’had Aly Kebon Jambu Membaca Ikrar Kesetiaan KUPI, Bikin Merinding!

26 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tren S-Line

    Refleksi Tren S-Line: Bagaimana Jika Dosa Kita Terlihat Jelas Atas Kepala?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beruntungnya Menjadi Anak Sulung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Reinterpretasi Hadis Fitnah Perempuan dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Suluk Damai di Negeri Bhineka melalui Peran LKLB dalam Merawat Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Reinterpretasi Hadis Fitnah Perempuan dalam Perspektif Mubadalah
  • Beruntungnya Menjadi Anak Sulung
  • Refleksi Tren S-Line: Bagaimana Jika Dosa Kita Terlihat Jelas Atas Kepala?
  • Upah: Hak Pekerja, Kewajiban Majikan
  • Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID