• Login
  • Register
Kamis, 17 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Belajar Pengasuhan Ala Denmark Sebagai Negara Paling Bahagia Part I

“The Danish Way of Parenting” merupakan buku parenting yang mencoba melihat bagaimana pola pengasuhan ala Denmark, karya Jessica Joelle Alexander

Alfiyah Alfiyah
29/10/2024
in Keluarga
0
Pengasuhan Ala Denmark

Pengasuhan Ala Denmark

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Denmark secara konsisten mendapatkan penghargaan sebagai negara paling bahagia. Penghargaan itu terhitung sejak tahun 1973. Artinya, sampai saat ini secara dramatis 40 tahun berturut-turut Denmark telah memperoleh gelar teratas itu.

“The Danish Way of Parenting” merupakan buku parenting yang mencoba melihat bagaimana pola pengasuhan ala Denmark, karya Jessica Joelle Alexander. Dia adalah seorang penulis, kolumnis dan peneliti bidang budaya berkebangsaan Amerika bersama dengan rekannya Iben Dissing Sandahl.

Adapun Iben, dia seorang pelatih, penulis, psikoterapis, yang membuka praktik luar Kopenhagen, Denmark. Lalu apa yang menjadi temuan mereka terhadap pola asuh keluarga Denmark? Mari kita simak.

“Happy kids grow up to be happy adults who raise happy kids, and soon” Jessica Joelle Alexander. Begitulah awal mula keyakinan yang Jessica pegang, bahwa ia percaya anak-anak yang bahagia tumbuh menjadi orang dewasa yang bahagia, lalu membesarkan anak-anak yang bahagia juga, dan seterusnya.

Keyakinan ini tumbuh ketika ia yang merupakan warga kebangsaan Amerika menikah selama 8 tahun dengan orang Denmark. Lalu, memulai banyak riset yang kemudian hari ia bersama rekannya meyakini bahwa terdapat filosofi pengasuhan ala orang Denmark.

Pada umumnya pola pengasuhan yang para orang tua meniru dari bagaimana mereka terima dari tua mereka dahulu. Pola itu terus berulang seperti motherboard pada komputer. Karena itulah, bagi siapapun yang ingin mempraktikkan pola pengasuhan yang lebih baik tidak ada salahnya untuk mengganti lensa pada kacamata pengasuhan mereka.

Baca Juga:

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

Kala Kesalingan Mulai Memudar

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Untuk memudahkan proses secara praktis maka Jessica dan Iben memberikan singkatan PARENT (Play atau bermain, authenticity atau kejujuran, reframing atau memaknai ulang, emphaty atau empati, no ultimatum atau tanpa ultimatum, dan togetherness atau kebersamaan).

Play

Bermain pada banyak orang tua anggapannya sebagai kegiatan membuang-buang waktu dan tidak menunjukkan perkembangan pribadi seorang anak secara nyata. Akibatnya, banyak orang tua yang lebih memilih untuk memberikan les tambahan seperti ballet, sepak bola dll.

Namun, bermain di sini adalah membiarkan para anak memilih permainan dan teman mereka sendiri selama yang mereka inginkan tanpa intervensi dari orang tua. Bermain mengajari mereka ketangguhan. Dan ketangguhan sudah menjadi satu dari faktor paling penting dalam memprediksi kesuksesan pada orang dewasa.

Kegiatan bermain inilah yang diterapkan di Denmark dengan menempatkan pentingnya bermain. Tidak berhenti di sana, tetapi juga didukung oleh kebijakan bahwa anak-anak Denmark tidak mereka biarkan memulai sekolah sebelum berusia 7 tahun.

Temuan lain mereka pada kegiatan bermain ini, bahwa ketangguhan tidak diperoleh dengan menghindar dari stress, melainkan belajar menjinakkan dan menguasainya dan bermain mempunyai dampak langsung pada semua kemampuan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan.

Mainan Paling Populer

Fakta bahwa Lego menjadi permainan, Fortune sebut sebagai mainan paling populer abad ini ternyata berasal dari Denmark. Pada mulanya, Lego dari kayu oleh tukang kayu pada 1932. Singkatan dari leg godt, yang berarti bermainlah dengan baik.

Sampai saat ini Lego tidak pernah kehilangan konsep dasar blok bangunan. Ketika anak siap untuk mengambil keputusan selanjutnya pada kontruksi yang lebih menantang serta permainan untuk menguasai level baru.

Hal lain yang mungkin mucul pada permainan anak yang menantang adalah ketika mereka berayun dari dahan, melompat dari karang dll. Untuk menghindari intervensi orang tua yang gelisah memperhatikan ini, maka ingatlah bahwa permainan tersebut merupakan cara mereka untuk mempelajari berapa banyak stress yang bisa mereka tanggung.

Intinya, semakin banyak mereka bermain, mereka akan semakin tangguh dan mahir dalam pergaulan dan pahamilah bahwa ini merupakan proses alami dari seorang anak. (Bersambung)

Tags: keluargaNegara Paling BahagiaparentingPengasuhan Ala DenmarkRelasiThe Danish Way of Parenting
Alfiyah

Alfiyah

Alumni FKD IPMAFA 2022 | Mari saling sapa di instagram @imalfi__

Terkait Posts

Menikah

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

15 Juli 2025
Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Representasi Difabel

    Dari Layar Kaca ke Layar Sentuh: Representasi Difabel dalam Pergeseran Teknologi Media

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit
  • Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?
  • Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan
  • Trafficking adalah Wajah Baru dari Perbudakan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID