• Login
  • Register
Selasa, 22 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Bulan Sya’ban, Selawat, dan Di Balik Turunnya Syariat Itu

Dalam hadis, dikatakan bahwa Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulan Rasulullah, dan Ramadan adalah bulan umat Islam

Rasyida Rifa'ati Husna Rasyida Rifa'ati Husna
11/02/2025
in Hikmah
0
Bulan Sya'ban

Bulan Sya'ban

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan mulia yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadan. Dalam hadis, dikatakan bahwa Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulan Rasulullah, dan Ramadan adalah bulan umat Islam. Karena itu, ulama menganjurkan untuk kita memperbanyak selawat di bulan ini.

Sya’ban: Turunnya Ayat Selawat

Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki bahkan dalam kitabnya, Ma Dza fi Sya’ban memberikan penjelasan dalam bab tersendiri, bahwa Sya’ban merupakan bulan berselawat kepada Nabi (Syahr as-Shalat ‘ala an-Nabi). Hal tersebut karena, Sya’ban ialah bulan turunnya ayat selawat.

Beliau dalam hal ini, menyebut tiga riwayat yang menjadi argumen dasar pendapatnya. Antara lain adalah riwayat Ibnu Abi Ashaif Al-Yamani, Imam Shibabbudin al-Qashtalani, dan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Haitami.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawat lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)

Baca Juga:

Dilema Kepemimpinan Perempuan di Tengah Budaya Patriarki, Masihkah Keniscayaan?

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

Keutamaan Selawat

Ulama juga menafsirkan ayat di atas bahwa selawat merupakan ibadah yang paling utama. Sebab, Allah memerintahkan kita semua untuk melakukan ibadah lain, seperti shalat, zakat, puasa, hingga haji, Dia sendiri tidak melakukannya.

Namun, dalam hal ini, sebelum Allah memerintahkan kita yang beriman untuk berselawat kepada makhluk yang paling mulia tersebut, Dia menyatakan bahwa Allah dan malaikat-Nya sudah berselawat untuk Rasulullah saw.

Dalam berbagai riwayat hadis sahih, Rasulullah sendiri juga sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak membaca selawat. Sebagaimana salah satunya termaktub dalam kitab Kasyf al-Ghummah, Imam al-Sya’rani meriwayatkan:

  قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ عَلَيَّ زَكَاةٌ لَكُمْ وَإِنَّهَا أَضْعَافٌ مُضَاعَفَةٌ

“Berselawatlah kalian semua kepadaku, karena sesungguhnya selawat kalian kepadaku menjadi zakat bagi kalian semua, dan pahalanya berlipat ganda.”

Di Balik Turunnya Syariat

Turunnya syariat Islam, termasuk kewajiban salat, puasa, zakat, dan haji, memiliki hikmah dan tujuan. Demikian pula perintah untuk menghaturkan selawat. Selain merupakan doa dan pujian untuk Rasulullah yang manfaat dan pahalanya akan kembali kepada kita, selawat juga merupakan benteng tauhid untuk umat.

Sebagaimana Sayyid Murtadha al-Zabidi al-Syafi’i al-Asy’ari dalam Kitab Ithaf al-Sadah al-Muttaqin syarah Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa dengan merutinkan berselawat, status keimanan umat Islam kepada Allah akan senantiasa terjaga. Selain itu terhindar dari berbagai bentuk penyimpangan hingga hari kiamat.

Dalam kitabnya, beliau menuliskan, “Wannabiyyu shallāhu ‘alaihi wasallam wa in jalla qadruhu muḫtājun ilā rahmatihī ta’ālā wa fadhlih.” Artinya betapapun tingginya kedudukan Rasulullah, beliau saw. membutuhkan kasih sayang dan kemurahan Allah.

Maknanya dengan selawat ini, kita sebagai umat Islam tidak akan terjatuh pada bentuk penyimpangan tauhid, sebab akan senantiasa terpatri dalam iman bahwa Allah berposisi sebagai “Dzat Pemberi” Rahmat dan Keselamatan. Sedang Rasulullah sebagai Kekasih-Nya berposisi sebagai “Penerima”, tanpa sedikitpun mengurangi derajat kemuliaan Baginda saw. di sisi Allah.

Menukil keterangan dari Gus Baha, dalam sebuah kesempatan beliau pernah menerangkan bahwa ada hikmah di balik turunnya syariat selawat khusus bagi umat Islam. Yaitu, sebab diangkatnya Rasulullah saw. sebagai utusan pembawa risalah Allah adalah setelah Nabi Isa as., yang sebelumnya juga telah didahului Nabi Musa as.

Sya’ban Moment Memperbanyak Ibadah

Umat dari kedua Nabi tersebut pada waktu itu sudah melakukan kesalahan fatal, Kaum Nasrani terlalu mengagung-agungkan nabinya yaitu menganggap Nabi Isa as. sebagai tuhan. Sedangkan orang Yahudi merendahkan Nabinya, seperti menuduh Nabi Isa sebagai anak hasil zina. Bahkan juga membunuh nabi-nabinya dari kalangan Bani Israil.

Sehingga turunnya syariat selawat kepada umat Nabi Muhammad saw, adalah tetap untuk mengagungkan Nabi Muhammad saw. Bahwa beliau sebagai makhluk terbaik yang paling layak mendapat azkash selawat dari Allah, yang juga memiliki status sebagai hamba Allah.

Maksudnya tidak mendudukkan beliau saw setingkat dengan Allah, sebagaimana kaum Nasrani telah menuhankan nabi mereka. Atau sebaliknya jauh dari perilaku tidak menghormati nabi sebagaimana kaum Yahudi yang menghinakan para utusan-Nya.

Selawat kepada Rasulullah saw adalah bentuk ikrar bahwa Allah sebagai Dzat yang Maha Pemberi dan mengakui bahwa Rasulullah saw. sebagai kekasih Allah yang bagaimanapun sangat tinggi kemuliannya, akan tetapi kedudukannya tetap sebagai hamba Allah.

Di mana redaksi selawat sebagaimana dalam salah satu riwayat, yaitu Allāhumma shalli ‘alā sayyidinā Muhammad. Artinya, “Saya memohon ya Allah, Engkau adalah pemberi, anugerahkanlah selawat-Mu kepada Nabi saw.”

Walhasil, Bulan Sya’ban, dengan segala keistimewaannya, adalah momen yang tepat untuk memperbanyak ibadah, terutama dengan memperbanyak selawat dan amalan-amalan baik. Bulan ini juga merupakan momen yang baik untuk persiapan menyambut Ramadan dengan lebih siap secara spiritual.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهيمَ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهيمَ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهيمَ، فِى العَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 Wallah a’lam.[]

Tags: Bulan HaramBulan Sya'banibadahislamsejarahSelawat
Rasyida Rifa'ati Husna

Rasyida Rifa'ati Husna

Terkait Posts

Saling Mengenal

Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

22 Juli 2025
sharing properti keluarga

Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

22 Juli 2025
properti keluarga

Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

22 Juli 2025
Konflik Keluarga

Manajemen Konflik Keluarga

21 Juli 2025
Ekonomi

Mengapa Istri Paling Rentan secara Ekonomi dalam Keluarga?

21 Juli 2025
Lingkungan Sosial

Membentuk Karakter Anak Lewat Lingkungan Sosial

19 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • properti keluarga

    Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perselingkuhan, Nikah Siri dan Sexually Discipline

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik
  • Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID