• Login
  • Register
Selasa, 22 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Syahadat Tauhid dalam Dimensi Individual

Di sinilah, kita dapat mengatakan bahwa dalam sistem Syahadat Tauhid, semua manusia adalah makhluk yang setara di hadapan Tuhan. Yaitu sama-sama harus merendahkan diri di hadapan-Nya dan bukan kepada selain-Nya.

Redaksi Redaksi
25/02/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Syahadat Tauhid

Syahadat Tauhid

622
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada dimensi individual, Syahadat Tauhid berarti doktrin pembebasan manusia dari segala bentuk belenggu perbudakan dalam artinya yang luas, perbudakan manusia atas manusia, perbudakan diri atas benda-benda dan atas segala bentuk kesenangan-kesenangan diri, kebanggaan diri, kebesaran diri, kebenaran diri, dan kesombongan diri. Sikap-sikap dan tindakan tersebut sama dengan menyaingi, menyekutukan dan menantang Tuhan.

Kalimat “Ia illaha” (tidak ada tuhan) merupakan pernyataan penolakan atau penegasian terhadap segala hal yang diagungkan, dipuja atau disembah.

Semua bentuk pengagungan terhadap diri sendiri atau terhadap benda-benda dan yang lain sama artinya dengan menuhankan diri sendiri atau benda-benda atau yang lain itu. Cara-cara seperti ini oleh al-Qur’an sebagai kesesatan dan menyesatkan. Ia juga sebagai bentuk penyekutuan terhadap Tuhan.

Dalam waktu yang sama kesaksian Tauhid: “illa Allah” (kecuali Allah) berarti mengukuhkan bahwa hanya Allah sendiri dan satu-satunya yang memiliki kebesaran, kekuasaan, dan kebenaran itu.

Sebuah hadits qudsi menyebutkan: “al-‘Izz izari wa al-kibriya ridaiy fa man naza’ani minhuma syai’an ‘adzdzabtuhu” (Kebesaran dan kekuatan adalah pakaian-Ku dan kesombongan adalah selendang-Ku. Siapa yang menantang-Ku, Aku akan menghukumnya).

Di sinilah, kita dapat mengatakan bahwa dalam sistem Syahadat Tauhid, semua manusia adalah makhluk yang setara di hadapan Tuhan. Yaitu sama-sama harus merendahkan diri di hadapan-Nya dan bukan kepada selain-Nya. Karena hanya Tuhan lah yang Maha Absolut.

Dalam sejarah peradaban Islam, syari’ah kemudian mengalami pemaknaan yang beragam yang pada intinya adalah hukum-hukum atau aturan-aturan yang kita ambil, gali, dan inspirasi dari teks-teks keagamaan. Terutama al-Qur’an dan Hadits (Sunnah) Nabi SAW.

Baca Juga:

Berbagai Dimensi Relasi Mubadalah

Berbagai Dimensi dalam Relasi Mubadalah

Multi Dimensi Persoalan Kawin Anak

Karena itu, Fakultas Hukum sering kita sebut Kulliyyat al-Syari’ah. Sebagian ulama mengkatagorisasikan hukum-hukum ini dalam dua katagori, syari’ah sendiri dan fiqh.

Ketika hukum diputuskan oleh Nabi, ia bermakna syari’ah, dan ketika ia diinterpretasikan oleh orang-orang sesudahnya ia disebut fiqh. Fiqh sendiri secara literal bermakna paham atau pemahaman atas sesuatu. Secara terminologis, fiqh adalah hukum-hukum yang diambil (digali) dari dalil-dalil agama. []

Tags: DimensiIndividualSyahadat Tauhid
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Konflik Keluarga

Manajemen Konflik Keluarga

21 Juli 2025
Ekonomi

Mengapa Istri Paling Rentan secara Ekonomi dalam Keluarga?

21 Juli 2025
Lingkungan Sosial

Membentuk Karakter Anak Lewat Lingkungan Sosial

19 Juli 2025
Nabi Muhammad Saw dalam Mendidik

Meneladani Nabi Muhammad Saw dalam Mendidik Anak Perempuan

19 Juli 2025
Fondasi Mental Anak

Jangan Biarkan Fondasi Mental Anak Jadi Rapuh

19 Juli 2025
Karakter Anak yang

Pentingnya Membentuk Karakter Anak Sejak Dini: IQ, EQ, dan SQ

19 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • low maintenance friendship

    Low Maintenance Friendship: Seni Bersahabat dengan Sehat, Bahagia, dan Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mazmur dan Suara Alam: Ketika Bumi Menjadi Mitra dalam Memuji Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren S-Line: Ketika Aib Bukan Lagi Aib

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Soroti Fiqh al-Usrah dan SPS sebagai Distingsi Wisuda ke-5

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Manajemen Konflik Keluarga
  • Mazmur dan Suara Alam: Ketika Bumi Menjadi Mitra dalam Memuji Tuhan
  • Mengapa Istri Paling Rentan secara Ekonomi dalam Keluarga?
  • Dari Erika Carlina Kita Belajar Mendengarkan Tanpa Menghakimi
  • S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID