• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Insider VS Outsider : Pemberdayaan Penyandang Disabilitas

Model pemberdayaan terbaik adalah kolaborasi setara antara insider dan outsider, di mana kedua pihak saling menghormati keahlian masing-masing.

Kamil Akhmad Kamil Akhmad
27/03/2025
in Publik
0
Pemberdayaan Penyandang Disabilitas

Pemberdayaan Penyandang Disabilitas

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Nothing about us without us” – Tidak ada kebijakan tentang kami tanpa melibatkan kami.

Mubadalah.id – Slogan ini menjadi pegangan kuat komunitas disabilitas di seluruh dunia. Tapi sebenarnya, siapa yang paling tepat memperjuangkan hak dan pemberdayaan penyandang disabilitas? Apakah harus dari “Insider/orang dalam” atau justru butuh dukungan “Outsider/orang luar”?

Ketika Pengalaman Pribadi Bicara

Bayangkan Anda mencoba menjelaskan rasa asin dalam garam kepada seseorang yang belum pernah merasakannya. Sulit, bukan? Begitu pula dengan pengalaman disabilitas. Seorang tuna netra sejak lahir memiliki pengalaman berbeda dengan seseorang yang kehilangan penglihatan di usia dewasa, dan keduanya punya realitas berbeda dengan penyandang disabilitas fisik.

Peran insider – penyandang disabilitas sendiri – menjadi sangat berharga karena mereka yang benar-benar “hidup” dalam realitas tersebut. Mereka paham tantangan sehari-hari, dari hal sederhana seperti menggunakan transportasi umum hingga kompleksitas menghadapi diskriminasi sistemik dalam pendidikan atau pekerjaan.

Penyandang disabilitas bukan sekadar subjek, tetapi mereka adalah orang-orang yang merasakan langsung apa yang tidak banyak dirasakan oleh banyak orang di luar sana—mulai dari tantangan fisik hingga hambatan sosial. Seringkali, riset atau teori hanya melihat aspek umum atau statistik besar, namun tidak bisa menyelami secara mendalam pengalaman personal yang mereka alami setiap harinya.

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh informasi seperti sekarang, riset dan teori sering kali menjadi rujukan utama dalam pengambilan keputusan. Namun, ada satu hal yang tak bisa tergantikan oleh sekadar data dan teori—yaitu pengalaman langsung. Pengalaman langsung tidak bisa tergantikan oleh riset atau teori. Insider memiliki pengetahuan berharga yang tak tergantikan tentang apa yang benar-benar dibutuhkan.

Baca Juga:

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

Kekuatan Aliansi dan Dukungan

Di sisi lain, outsider – mereka yang tidak memiliki disabilitas namun peduli dan mendukung – juga memainkan peran penting dalam ekosistem pemberdayaan. Kadang kita butuh jembatan. Outsider sering memiliki akses ke jaringan, sumber daya, dan platform yang belum tentu dimiliki komunitas disabilitas.

Ini bukan tentang “pahlawan tanpa disabilitas yang menyelamatkan”, melainkan tentang kemitraan strategis. Outsider yang efektif tidak berbicara “untuk” komunitas disabilitas, melainkan bekerja bersama mereka, memperkuat suara mereka, dan kadang mundur agar insider bisa tampil di garis depan.

Misalnya, ketika sebuah universitas ingin membuat kebijakan inklusif, keterlibatan dosen atau staf non-disabilitas yang memahami sistem birokrasi kampus dapat mempercepat proses, sementara masukan substansial tetap datang dari mahasiswa dan dosen penyandang disabilitas.

Masa Depan Pemberdayaan

Pemberdayaan penyandang disabilitas modern membutuhkan kolaborasi multi-level. Insider membawa pengalaman otentik dan visi tentang dunia inklusif, sementara outsider dapat menyumbangkan keahlian spesifik, jaringan, dan dukungan untuk mencapai visi tersebut.

Model pemberdayaan terbaik adalah kolaborasi setara antara insider dan outsider, di mana kedua pihak saling menghormati keahlian masing-masing. Yang terpenting, baik insider maupun outsider perlu terus belajar dan beradaptasi. Pengetahuan dan pendekatan terhadap disabilitas terus berkembang, dan kemitraan yang fleksibel antara kedua kelompok inilah yang akan membawa perubahan berkelanjutan.

Dalam perjuangan kesetaraan, semua orang punya peran. Bukan siapa yang lebih berhak bersuara, tapi bagaimana suara-suara berbeda itu bisa bersinergi mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan inklusif bagi semua.

Karena kesetaraan bukan hanya soal memberikan hak yang sama, tetapi juga tentang mendengarkan, memahami, dan merangkul perbedaan yang ada. Setiap orang memiliki pengalaman dan perspektif yang unik. Inilah yang akan membawa kita pada sebuah masyarakat yang benar-benar setara. []

Tags: DifabelInsiderOutsiderPemberdayaan Penyandang DisabilitasRuang Inklusi
Kamil Akhmad

Kamil Akhmad

Terkait Posts

Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Wahabi Lingkungan

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID