Mubadalah.id – Di lapangan kehidupan, perempuan sungguh berkecimpung dalam segala peran. Kenyataan tersebut semakin saya saksikan sendiri ketika saya sedang pengabdian di salah satu puskesmas yang bisa kita bilang termasuk terpencil. Lalu saya ikut aktif pula dalam kegiatan posyandu.
Barangkali tulisan Bu Neneng Rosdiana di platform facebook nya benar, bahwa ketika beberapa orang sibuk beretorika, para ibu-ibu sedang menimbang bayi di posyandu. Sebagai sesama perempuan, saya melihat sendiri kenyataan ini.
Perempuan menjadi kader posyandu, perempuan menjadi bidan dan tenaga kesehatan, maupun perempuan-perempuan sebagai ibu yang membawa anaknya. Di lingkungan kecil bernama posyandu tersebut, bukan hanya menimbang bayi, perempuan sungguh membawa banyak peran.
Posyandu atau yang merupakan kependekan dari Pos Pelayanan Terpadu, seringkali kita anggap sebelah mata. Padahal jika kita sadari lebih jauh, dari posyandu-posyandu inilah kesehatan generasi bangsa terpantau sedemikian rupa. Saat ini posyandu bahkan tidak hanya untuk bayi dan balita, tapi juga mencakup lansia, ibu hamil, dan calon pengantin.
Dengan kata lain, posyandu menjadi salah satu garda terdepan dalam upaya meningkatkan kesehatan berbagai lapisan usia Masyarakat Indonesia. Kegiatan posyandu erat hubungannya dengan kader posyandu yang terisi oleh ibu-ibu lingkungan setempat.
Pemberdayaan perempuan sebagai kader posyandu ini bukan tanpa maksud. Perempuan cenderung memiliki keterampilan komunikasi dan empati yang baik, di mana hal ini merupakan modal penting dalam pekerjaan kesehatan masyarakat seperti posyandu.
Naluri Keibuan
Mereka dapat lebih efektif berinteraksi dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak. Perempuan juga dibekali naluri keibuan yang membuatnya lebih pandai dalam mengurus anak. Dengan adanya kader posyandu ini kita harapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan bangsa.
Di lingkungan desa utamanya, kita dapati pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih cenderung terbilang rendah. Apalagi bagi perempuan yang seringkali menjadi juru kunci dalam merawat keluarga di rumahnya.
Perempuan menjadi istri dan ibu yang pertama tahu tentang kondisi kesehatan suami dan anak-anaknya di rumah. Tentu harus kita bekali dengan cukup ilmu pengetahuan untuk mengenali kondisi kesehatan keluarganya. Setidaknya mereka perlu tahu tentang tanda dan gejala penyakit yang sering terjadi, serta penanganan awal yang tepat untuk diberikan.
Perempuan juga perlu ilmu untuk merawat dirinya sendiri terutama ketika hamil, menjelang persalinanan, selepas persalinan. Selain itu ilmu dalam mengurus bayi dan balita, Dengan adanya kegiatan posyandu, Kader Posyandu membantu memberikan informasi tentang hal-hal tersebut.
Dalam lingkungan kecil bernama posyandu itu, saya melihat betapa perempuan mampu menjalankan berbagai peran sekaligus. Mereka yang masih berpikir sempit bahwa perempuan tak bisa berkontribusi apa-apa, barangkali perlu sesekali kita ajak berkunjung ke posyandu supaya melihat sendiri bagaimana perempuan sungguh berdaya.
Peran Kader Posyandu
Mereka para ibu-ibu yang tergabung menjadi kader posyandu tak hanya menimbang bayi. Mereka juga menyiapkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang enak dan bergizi, menyiapkan tempat posyandu yang nyaman dengan menata meja, kursi, serta menata alur berjalannya posyandu agar tertib dan lancar sedemikian rupa.
Senyum mereka tulus menyapa tiap ibu yang membawa anaknya datang sekaligus saling bertanya kabar sebagai sesama tetangga. Bidan dari puskesmas yang bertugas tak kalah telaten mendengarkan cerita ibu-ibu tentang anaknya yang tak mau makan, menjawab satu persatu keluhan kesehatan anak-anaknya.
Tak hanya itu, pada sesi lansia, bidan bidan puskesmas juga begitu sabar mendengarkan cerita para lansia yang lebih banyak berisi curhatan keseharian mereka daripada keluhan kesehatan.
Lansia yang didominasi oleh nenek-nenek terlihat bahagia karena di posyandu mereka bertemu teman-teman masa kecilnya yang sama-sama sudah menua. Lalu saling menceritakan tentang sakit di lutut mereka, dan berakhir dengan tertawa bersama.
Cinta Perempuan
Di lingkungan kecil bernama posyandu itu, saya melihat begitu banyak cinta perempuan yang tertumpah dalam beragam warna. Cinta seorang ibu kepada anaknya yang terbalut hangat di gendongan. Cinta para kader posyandu terhadap tanggung jawab tugas mereka meski dengan imbalan tak seberapa. Cinta dari para tenaga kesehatan yang berwujud keramahan, dan telinga yang berhias kesabaran menanggapi cerita-cerita lansia yang barangkali itu-itu saja.
Saya yakin, perempuan-perempuan yang terlibat di kegiatan ini, baik para kader posyandu, bidan, maupun ibu yang membawa anaknya datang jugalah mengemban banyak peran di rumahnya masing-masing. Sebelum berangkat mereka sudah memastikan rumah ditringgal dalam keadaan bersih dan rapi, makanan untuk keluarga di rumah sudah siap diatas meja, baju-baju sudah dicuci dan dijemur.
Bagi saya, posyandu bukan sekadar momen periksa kesehatan bulanan, namun juga wadah eksistensi untuk para perempuan bahwa mereka berdaya dalam segala peran. Semoga semakin banyak yang menyadari dan menghargai kontribusi nyata mereka. []