• Login
  • Register
Senin, 27 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Apakah Berhijab Tanda Mendapat Hidayah?

Nisa Alwis Nisa Alwis
29/06/2021
in Featured, Pernak-pernik, Personal
0
Berhijab tanda mendapat hidayah

Berhijab tanda mendapat hidayah

52
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pernah seseorang bertanya, apakah Allah SWT memberikan hidayah lebih melimpah kepada orang-orang sekarang. Karena pakai berhijab itu tanda mendapat hidayah. Sedangkan generasi para embah, nenek, dan buyut-buyut sepuh kita dahulu tidak ada yang berhijab. Mengapa hidayah Allah sepi di masa itu? Mungkin itu persoalan rasa ge er saja, jawab saya.

Ulama pendahulu bukannya tidak tahu, mereka justru hidup lebih dekat dengan sumber sejarah. Mereka menimbang maslahat dan mursalat. Mengerti hakikat. Meletakkan konsep aurat pada proporsinya sesuai konteks budaya. Maka dahulu keluarga kiai, santrinya, kerabatnya, tidak disuruh melilitkan kain menutup seluruh tubuh. Baju harian dan tradisional yang ada tak kurang-kurang menghantar muslimat dalam kesejatian dirinya.

Dan Ayahanda, termasuk tak mengusik soal ini. Ia tentu menganjurkan santrinya jemaahnya jaga aurat dan kesopanan. Budaya kita sebetulnya sudah membentuk itu semua. Suatu hari sekeluarga ke pantai, anak gadisnya pakai kulot dan kaos pendek saja, jilbabnya dilepas.

Tak ada komentar atau peringatan. Beliau lebur saja menikmati kebersamaan. Saat akad nikah saya rapih berjilbab. Tetapi petangnya berganti gaun tanpa jilbab. Saat itu masyarakat datang cukup banyak ke pesantren, diundang menyimak penceramah kondang. All were just fine.

Seorang teman mengirimi saya foto ibundanya pergi haji tahun 70an. Nampak beliau di Masjidil Harom pakai kebaya dan selendang sederhana. Itu exotic, tanpa mengurangi khusyu ibadahnya. Teman lain, mengirimkan foto sang ibu mertua yang istri Kiai, sedang mengajar ngaji santri putra. Berkebaya saja, bahkan tanpa tutup kepala. Tulus dan syahdu di mataku. Di sanalah hakikat amal. Pada hatinya, sikapnya, karakternya, bukan sekedar ribut soal kemasan saja.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik
  • Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama
  • Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?

Baca Juga:

Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama

Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?

Sebuah hadist mutawattir: “innallah la yandzuru ila ajsamikum wala ila shuwarikum walakin yandzhuru ila qulubikum”. Allah tidak melihat pada tubuhmu atau tampilanmu. Tetapi Ia melihat hati-hatimu. Maka tak perlu rasa lebih tinggi dan mulia sekedar dengan berbaju ala muslim Arabia. Kaffah dan sempurna tidak di sana tapi di sini, sesuai karakter diri.

Apalagi bila menganggap orang tua dahulu keliru dan kurang ilmu. Harusnya justru malu, betapa besar jasa mereka. Luhur budi pekertinya. Jika tetap merasa begitulah kaffah, masih memandang orang yang tidak ‘hijrah’ rendah, coba telusuri bahan bajumu yang lebar itu made in mana. Jangan tanggung-tanggung kaffahnya. Hati-hati jika buatan China atau India, bisa jadi bahan pakaiannya mengandung pewarna buatan ada ekstrak babinya.

Semoga kita lebih fair mendudukkan jilbab/hijab, dan lain sebagainya pada porsinya sebagai produk budaya. Termotivasi untuk meningkatkan takwa tentu sangat baik. Tetapi luruskan dulu dasar pikirannya. Model pakaian tertentu tak perlu dipuja sampai fanatik bagai berhala. Fleksibel saja. Ingat juga, sebutan “busana muslim” “hijab syar’i” itu bukan dari Quran. Itu bahasa marketing. Ting![]

Nisa Alwis

Nisa Alwis

Terkait Posts

Prinsip Hidup Bersama

Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

27 Maret 2023
kehidupan bersama

Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama

27 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Profil Gender

Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

27 Maret 2023
Kesehatan Gigi dan Mulut

Ramadan Tiba, Kesehatan Gigi dan Mulut Harus Tetap Terjaga

26 Maret 2023
Target Ibadah Ramadan

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

25 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Akhlak dan perilaku yang baik

    Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik
  • Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama
  • Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist