• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bagaimana Cara Menghadapi Quarter Life Crisis?

Kita harus belajar mengenali diri kita agar kita juga bisa bermanfaat untuk diri dan orang lain

Bunga Bunga
19/07/2024
in Personal
0
Cara Menghadapi Quarter Life Crisis

Cara Menghadapi Quarter Life Crisis

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kondisi galau, harap-harap cemas kerap singgah dalam hidup kita. Hal ini seringkali terjadi, biasanya dalam fase-fase Quarter Life Crisis ini kita merasa tidak tahu arah. Tidak tahu tujuan hidupnya mau kemana. Merasa hidup ini berat sekali dan tidak adil. Bahkan merasa dirinya tidak mampu dan tidak pantas untuk melakukan hal-hal yang positif. Merasa insecure dengan hidup orang lain.

Fase ini biasa terjadi pada umur 20 tahun ke atas, tetapi bisa juga di waktu-waktu tertentu. Banyak sekali yang masih bisa melakukan aktivitasnya dengan langkah gontai, pun dengan senyum terbaiknya untuk keluarga dan orang-orang terdekat.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat kita berada dalam fase tersebut. Tentunya yang pertama dan yang paling penting, kita harus mengingat kembali siapa yang menciptakan kita. Kenapa kita diciptakan dan untuk apa kita hidup. Hal yang paling mendasar bagaimana cara menghadapi Quarter Life Crisis ini.

Kedua, jangan selalu membandingkan dirimu dengan orang lain, apalagi membandingkan kehidupanmu dengan orang lain. Bersyukurlah karena kita sudah sampai di titik ini walaupun dengan tertatih, tetapi Allah selalu merahmati setiap langkah kita. Tentunya dengan cara menghargai dan mensyukuri setiap hal hal kecil yang kita punya dan yang kita temui.

Ketiga, kita harus sangat menyadari jika masing masing dari kita pasti punya passion yang bisa kita kembangkan. Punya kemampuan jika kita berani untuk memulainya. Karena kita harus menyadari jika kita itu berharga dan bisa memberikan manfaat untuk banyak orang.

Baca Juga:

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Keempat, pentingnya untuk mengingat bahwa hidup di dunia ini memang tempatnya untuk diuji. Tapi Allah menciptakan semua itu berdampingan. Menciptakan masalah dengan jalan keluarnya. Dengan itu kesabaran dan ketabahan adalah jembatan untuk melewati semua ini.

Terjebak dalam Fase “Stuck”

Kebanyakan dari kita saat mengalami hal tersebut enggan untuk berpikir siapa kita sebenarnya dan untuk apa kita hidup. Kemudian kita hanya stuck meratapi hal tersebut dengan segala kesedihan dan kebingungan. Yang kemudian hal tersebut akan berdampak tidak baik pada diri kita.

Kenyataannya, masih banyak orang-orang yang terjebak dalam fase ini, dan banyak pula orang-orang yang kemudian terlalu takut untuk melangkah ke depan. Takut untuk mengembangkan dirinya, yang sebenarnya mereka sangat mampu untuk melakukannya. Banyak dari mereka tidak memikirkan bagaimana caranya keluar dari fase tersebut, tetapi justru sangat meratapinya sampai mereka tidak menemukan celah untuk berpikir bahwa mereka sebenarnya mampu melewatinya.

Yang perlu kita tanamkan saat ini adalah bagaimana kita bisa melawan rasa khawatir yang selalu memenuhi pikiran dan perasaan dalam fase ini. Di mana sebenarnya kita belum mencoba tetapi kita sudah terburu-buru mengkhawatirkan hal-hal yang akan terjadi nantinya.

Kemudian dalam fase ini juga memperlukan keyakinan yang penuh dengan diri sendiri agar mengurangi pikiran-pikiran negatif yang memenuhi otak. Sehingga menghasilkan berbagai asumsi yang menjadikan diri kita tidak percaya diri untuk bisa melangkah menjadi lebih baik. Bahkan bisa menjadikan diri kita sangat kurang bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki.

Belajar Ambil Keputusan Sendiri

Orang-orang yang sedang mengalami fase ini juga banyak dari mereka yang menjadi takut untuk mengambil sebuah keputusan dalam hidupnya. Mereka takut apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan apa yang mereka mimpikan. Bahkan tidak sesuai dengan ekspektasi orangtuanya.

Tetapi, justru dengan kita belajar mengambil keputusan sendiri dan memilih jalan mana yang harus kita lewati itu kita bisa banyak belajar dan mendapatkan banyak sekali pengalaman hidup yang akan kita dapat. Tidak mengapa jika satu atau dua kali gagal, bahkan memang kita harus merasakan kegagalan atau setidaknya merasakan ternyata sebuah keputusan yang kita pilih kurang tepat.

Dalam kehidupan, kita memang akan berhadapan dengan banyak hal yang akan memberikan banyak tantangan juga banyak hikmah di dalamnya. Kemudian menjadikan diri kita ke depannya bisa lebih selektif lagi dalam mengambil keputusan dalam hidup. Menjadikan diri kita tahu harus melakukan apa dalam kondisi-kondisi tertentu karena kita sudah pernah mengalami sebelumnya.

Jika dalam hidup ini kita dipenuhi dengan keragu-raguan, kita tidak akan pernah bisa berkembang. Hidup kita ini harus senantiasa terpenuhi dengan pikiran-pikiran yang positif, dengan berusaha selalu husnudzan dengan segala hal yang menimpa kita, yang baik ataupun buruk. Jika sudah begitu, kita akan selalu merasa bahwa segala sesuatu yang terjadi itu semua pasti ada sebab musababnya, dan kita pasti selalu bisa melewatinya.

Mungkin tidak semua itu mudah kita lakukan, jika kita memang sedang dalam fase yang sangat berat. Tetapi, minimal kita selalu ingat pada poin pertama di atas. Kita ini tercipta untuk apa dan siapa yang menciptakan kita. Kita harus belajar mengenali diri kita agar kita juga bisa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. []

 

Tags: Anak MudaKesehatan MentalQuarter Life CrisisremajaSelf Love
Bunga

Bunga

Bunga Solikhah biasa disapa Bunga. Sekarang sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Indonesia dan di Pondok pesantren Al Hidayat Magelang, Jawa Tengah

Terkait Posts

Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Negara Inklusi

    Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID