• Login
  • Register
Jumat, 16 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Banting Setir; Alih Profesi di Musim Pandemi

Zahra Amin Zahra Amin
21/04/2020
in Personal
0
34
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Istilah banting setir lazim dipakai ketika sedang mengendalikan kendaraan yang tetiba oleng, menghindari jalan berlubang, benturan atau tabrakan. Maka dalam hidup perlu juga kita banting setir, beralih profesi agar tak jatuh dan terjadi hal yang lebih membahayakan lagi, mempertaruhkan nyawa diri sendiri dan kehidupan orang-orang kesayangan.

Di tengah pandemi covid 19, banyak orang yang akhirnya memilih banting setir profesi, memutar otak, mengatur strategi agar dapur tetap mengepul. Kebutuhan keluarga tetap terpenuhi, terutama mereka kelompok rentan dan paling terdampak. Rasa malu dan gengsi sementara diabaikan dulu, demi agar bisa bertahan di tengah ketidakpastian hidup.

Ada banyak cerita dari orang-orang yang saya kenal. Mereka berkendara Terios, tapi tetap pede jualan ikan asin dan telor mentah. Ada wiraswasta sukses yang banting setir menjadi peternak, petani dan berniaga. Ada pengusaha biro jasa travel wisata, wedding organizer, pekerja kantoran yang berubah haluan menjadi pedagang makanan dan minuman.

Semua upaya itu tak lepas dari peran istri yang turut pula berjibaku, menyingsingkan lengan baju, mengusap peluh, tanpa harus banyak mengeluh. Ia istri, bukan hanya sosok yang pasrah dan sabar menerima, namun ia juga harus kuat bermental baja. Agar sampan yang terkayuh, tak salah tuju dan segera berlabuh. Artinya, kerja sama suami istri menjadi sangat penting untuk bisa berbagi dan berganti peran menjadi kepala serta ibu rumah tangga.

Lamat-lamat penggalan surah Arra’d ayat 11 terngiang dalam ingatan.

Baca Juga:

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

Ya, kita manusia harus berubah, bagaimana menjaga perjalanan hidup di tengah pandemi covid 19 ini agar tak gelap mata menghalalkan segala cara. Meski memang yang paling miris plus ironis di antara semua cerita pengalaman bagaimana agar mampu bertahan itu, yakni permainan anggaran milyaran rupiah dari kartu pra kerja yang baru saja dirilis oleh pemerintah.

Konon, dari rumor yang beredar, program itu hanya dinikmati oleh segelintir orang di tingkat elite kekuasaan, melalui aplikasi pelatihan kerja online, yang sebenarnya tersedia banyak di belantara dunia maya tanpa biaya. Sementara di sudut lain negeri ini, bahkan untuk sekedar kebutuhan dasar manusia, yakni sandang, pangan dan papan masih banyak yang kekurangan. 

Sungguh, ketika mereka pun, para elite yang berjuluk stafsus milenial ini, tengah banting setir dengan mengambil keuntungan dari derita masyarakat yang mengalami PHK, dan belum mendapatkan pekerjaan layak, itu menurut saya sungguh sangat terlalu.

Dan perlu dicatat pula mereka, para stafsus milneial itu tak terdengar sedikitpun berkekurangan secara ekonomi. Dengan gaji per bulan 50 juta-an, beragam tunjangan, dan fasilitas negara serta aset plus kekayaan lain dari perusahaan yang mereka pimpin. Sampai hari ini, terus terang saya belum mendengar ada informasi, berapa banyak yang telah mereka sumbangkan untuk solidaritas pandemi covid 19.

Tampaknya memang, hari-hari ke depan beralih profesi karena musim pandemi ini akan semakin lumrah terjadi. Yang terpenting kita sebagai manusia tetap berusaha melakukan hal yang terbaik. Telah berjuang, melakukan sebaik-baik perjuangan, hingga nanti di detik akhir kehidupan.

Harus diakui pula, di hari-hari mendatang kita masih diliputi oleh banyak kecemasan, kegelisahan, dan awan gelap yang masih menyelimuti. Di antara kita sudah banyak yang mulai banting setir untuk dapat terus melanjutkan perjalanan, atau ada juga yang menyerah pada nasib, cukup berhenti sampai di sini.

Namun ada sebagian orang yang tak punya etika, mau tabrak sana sini, dan tak perduli pada kondisi yang lain. Silahkan ambil pilihan, tetapi yang perlu diingat, jadilah manusia yang tetap memanusiakan manusia. Silahkan memilih banting setir, beralih profesi menjadi apa saja dengan perilaku terhormat, mengabaikan rasa malu dan gengsi, tapi juga tak curang dengan melanggar hak milik orang lain. []

Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Laki-laki tidak bercerita

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

13 Mei 2025
Tonic Immobility

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

13 Mei 2025
Kemanusiaan

Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

13 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nakba Day

    Nakba Day; Kiamat di Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami
  • Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!
  • Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban
  • 5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version