• Login
  • Register
Rabu, 28 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Being Independent Woman is Not Always About Money, Bro!

Menjadi perempuan mandiri adalah tentang menjadi manusia utuh, bukan sempurna, tapi sadar akan arah hidupnya.

Nadhira Yahya Nadhira Yahya
27/05/2025
in Personal
0
Independent Woman

Independent Woman

982
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kalau mendengar istilah “perempuan mandiri,” apa yang langsung terlintas di pikiran kamu? Kebanyakan orang mungkin akan menjawab: perempuan yang punya penghasilan sendiri, kerja di kantor keren, atau punya usaha yang sukses. Semua itu sah-sah saja, bahkan membanggakan. Tapi, tunggu dulu. Menjadi perempuan mandiri itu nggak selalu soal angka di rekening, bro!

Beberapa waktu belakangan, konsep independent woman seolah-olah direduksi menjadi satu hal: duit. Kalau kamu punya uang sendiri, bisa beli apa aja tanpa minta siapa-siapa, baru deh kamu bisa menyandang label “perempuan mandiri.” Tapi kalau belum punya penghasilan tetap atau masih tinggal bareng orang tua? Hmm, siap-siap dikomentarin: “Katanya mau jadi perempuan mandiri, kok masih numpang?”

Lebih parahnya lagi, muncul narasi-narasi aneh yang menyederhanakan hidup perempuan. Misalnya, “Kamu mau kerja banting tulang atau cari laki-laki mapan aja, biar bisa hidup enak?”

Pertanyaan ini terdengar seperti pilihan, tapi kenyataannya itu jebakan. Kenapa perempuan cuma kita berikan dua opsi? Padahal, bukan itu poin dari menjadi perempuan mandiri. Dan jujur aja, kalimat seperti itu bukan hanya menyederhanakan realitas perempuan, tapi juga merendahkan mereka. Seolah perempuan cuma punya dua jalan: jadi mesin uang atau objek pemberian.

Kemandirian perempuan bukan hanya tentang uang

Ia juga tentang akal, prinsip, dan keberanian. Perempuan mandiri bisa jadi belum punya penghasilan besar, tapi dia tahu apa yang dia perjuangkan. Dia bisa mengambil keputusan sendiri, punya suara, dan berdiri di atas pilihan yang ia yakini benar. Tanpa perlu menunggu izin siapa pun.

Dalam Islam sendiri, kemandirian perempuan terakui dan dihargai, bahkan sejak masa awal kenabian. Kita bisa menengok sosok Khadijah binti Khuwailid: istri pertama Nabi Muhammad SAW, yang merupakan saudagar kaya, cerdas, dan berintegritas. Ia bukan hanya mandiri secara ekonomi, tapi juga spiritual dan emosional. Dia memilih Nabi bukan karena materi, tapi karena karakter dan misi hidupnya.

Baca Juga:

Sharing Properti: Gagasan yang Berikan Pemihakan Kepada Perempuan

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

Allah SWT pun menegaskan nilai kemandirian dalam ayat:

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik…”
(QS. An-Nahl: 97)

Perhatikan: tidak disebut bahwa kehidupan baik datang hanya melalui kekayaan, melainkan dari amal saleh dan iman, yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Baik laki-laki maupun perempuan.

Jadi, Independent Woman bukan hanya mereka yang punya pekerjaan bagus atau saldo rekening yang tinggi. Tapi mereka yang bisa berpikir sendiri, mengambil keputusan berdasarkan nilai, dan menjalani hidup dengan integritas.

Dia bisa memilih menjadi ibu rumah tangga dan tetap mandiri, jika itu adalah pilihannya sendiri. Atau bekerja penuh waktu, bukan karena ingin membuktikan apa-apa ke dunia, tapi karena tahu dirinya punya potensi yang ingin ia hidupkan.

Sayangnya, banyak perempuan yang dilemahkan oleh standar sosial sempit yang mengukur segalanya dari status ekonomi atau siapa pasangannya. Padahal, seperti yang dikatakan Eleanor Roosevelt:

“No one can make you feel inferior without your consent.”

Kemandirian sejati bukan soal bagaimana dunia memandangmu, tapi bagaimana kamu memandang dirimu sendiri.

Menjadi Manusia Utuh

Kita juga bisa belajar dari kata-kata Chimamanda Ngozi Adichie, penulis dan feminis asal Nigeria, yang berkata:

“We teach girls to shrink themselves, to make themselves smaller. We say to girls: ‘You can have ambition, but not too much…’ Why should a woman’s success be a threat to a man?”

Pernyataan ini menyentil banyak realitas kita hari ini. Perempuan sering disuruh menyesuaikan diri agar tidak membuat laki-laki merasa kecil. Padahal Independent Woman tidak sedang bersaing dengan siapa-siapa. Dia hanya ingin menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.

Dan mari kita ingat: menjadi mandiri bukan berarti anti-romansa, anti-menikah, atau anti-bergantung pada siapa pun. Justru, perempuan mandiri tahu kapan harus minta bantuan, kapan harus bicara, dan kapan harus berdiri sendiri. Dia bisa berkata “gue butuh kamu” tanpa kehilangan jati diri. Tapi dia juga bisa berkata “gue baik-baik aja sendiri” tanpa rasa takut.

Jadi, kalau kamu masih mengira kemandirian perempuan cuma bisa terukur dari slip gaji atau barang branded yang dia punya, mungkin sudah waktunya kamu duduk, diam sebentar, dan mendengarkan kisah mereka. Kamu akan kaget betapa banyak perempuan luar biasa yang tak terlihat oleh dunia, tapi sedang menenun kekuatan mereka dalam diam.

Karena pada akhirnya, menjadi perempuan mandiri adalah tentang menjadi manusia utuh, bukan sempurna, tapi sadar akan arah hidupnya. Bukan paling kuat, tapi tahu kapan rapuh, dan memilih untuk tetap berdiri. Bukan paling kaya, tapi paling tahu apa makna hidup baginya.

Dan itu, bro, tidak bisa diukur oleh saldo, status, atau pasangan. Catet! []

Tags: Independent WomanKebebasan FinansialKemandirianperempuanperempuan bekerja
Nadhira Yahya

Nadhira Yahya

Terkait Posts

Fatwa Vasektomi

Membaca Fatwa Vasektomi MUI dengan Perspektif Mubadalah

26 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah (Part 2)

26 Mei 2025
Laku Tasawuf

Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

24 Mei 2025
Narasi Gender dalam Islam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

22 Mei 2025
Jalan Mandiri Pernikahan

Jalan Mandiri Pernikahan

22 Mei 2025
Age Gap

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

22 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kafa'ah yang Mubadalah

    Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Being Independent Woman is Not Always About Money, Bro!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sharing Properti: Gagasan yang Berikan Pemihakan Kepada Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menstrual Hygiene Day: Menstruasi Bukan Hal Tabu !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar dari Malaysia Soal Akses Difabel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ulasan Daughters of Abraham: Ketika Para Putri Ibrahim Menggugat Tafsir
  • Menstrual Hygiene Day: Menstruasi Bukan Hal Tabu !!!
  • Belajar dari Malaysia Soal Akses Difabel
  • Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version