• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Berani Speak Up Ala Najwa Shihab

Wanda Roxanne Ratu Pricillia Wanda Roxanne Ratu Pricillia
04/09/2020
in Figur, Pernak-pernik, Personal
0
pahala mengasuh dan mendidik anak perempuan

Keluarga

509
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Saat saya menyuarakan keberpihakan saya atau opini saya tentang sesuatu melalui tulisan dan media sosial, ada beberapa teman yang mengatakan bahwa saya cukup berani bersuara dan ada juga yang berterima kasih karena suaranya terwakilkan oleh suara saya. Terutama pada isu-isu perempuan dan isu-isu sensitif lainnya. Tapi tidak jarang juga saya mendapatkan komentar yang menjatuhkan.

Dalam obrolan Najwa Shihab pada acara Ngobrol Sore Semaunya bersama Putri Tanjung, saya belajar lebih banyak mengenai keberanian untuk bersuara. Selama ini opini yang saya sampaikan kepada orang lain tidak selalu dibarengi dengan kepercayaan diri. Kadang disertai dengan kekhawatiran, ragu-ragu bahkan juga penyesalan.

Lalu, bagaimana Mbak Nana bisa berani dan tegas dalam bersuara? Mbak Nana mengatakan bahwa dia terinspirasi oleh kalimat Oprah Winfrey yaitu “What you get in life is what you have the courage to ask for”. Keberanian kita untuk menyampaikan apa yang kita anggap penting itu yang akan kita dapatkan dalam hidup. Jika kita ingin dapat sesuatu, mau dimengerti dan ingin dapat kesempatan, apapun itu.

Mbak Nana mengerti mengapa banyak perempuan yang tak berani speak up, yaitu karena budaya patriarki. Perempuan yang banyak bicara biasanya disebut cerewet dan ribet. Kalau perempuan banyak tanya dianggap banyak maunya, bitchy atau ambisius. Dari sini kita tahu bahwa lingkungan membatasi ruang gerak dan membungkam suara perempuan.

Itu mengapa para aktivis atau biasa disebut Social Justice Warrior (SJW) stereotipnya adalah perempuan-perempuan yang pemarah, cerewet dan ribet. Para SJW juga sering mendapatkan intimidasi dan pelecehan hanya karena mereka berani bersuara.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

Baca Juga:

Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

Selain itu, Mbak Nana mengatakan bahwa secara internal perempuan kadang muncul rasa ragu-ragu seperti ketakutan dianggap bodoh, takut tidak disukai dan takut salah saat bersuara. Biasanya orang juga tidak berani berbicara karena menghindari konflik. Jika kita bersuara, takut dibantah.

Saya merasa sangat dipahami mendengar penjelasan Mbak Nana. Kadang saya juga memutuska tidak bersuara untuk menghindari konflik, karena saya tahu ada orang-orang di sekitar saya yang tidak akan sependapat dengan saya bahkan lebih jauh dapat menimbulkan konflik.

Saya pernah berkonflik dengan teman saya saat membahas RUU PKS di Instagram secara terbuka. Saya, tentu saja berada pada pihak pro dan teman saya berada pada pihak kontra. Kami berusaha menjelaskan alasan-alasan masing-masing namun berakhir dengan tidak nyaman. Yang juga berimbas pada hubungan secara langsung.

Kita tahu seberapa lantang seorang Najwa Shihab dalam bersuara, dalam buku-bukunya dan saat menyampaikan berita dalam Mata Najwa. Karena itu Mbak Nana memiliki pengaruh yang besar dalam menyampaikan informasi dan keberpihakan. Power Mbak Nana ini membuat orang-orang yang berkepentingan berusaha membujuk rayu, melakukan serangan, tawaran, fitnah, kritik cyberbullying dan doxxing, untuk memengaruhi tindakannya atau agar dia bertindak sesuai yang mereka mau.

Meski risikonya besar sebagai perempuan yang berani bersuara dan memihak yang benar, tapi itu tidak membuat Mbak Nana menjadi bungkam dan berhenti bersuara. Saat salah dalam bersuara, itu adalah peluang untuk terus berlatih karena kita dapat belajar dari kesalahan-kesalahan kita, dan perbedaan pendapat dan pandangan dengan orang lain adalah keniscayaan.

Kita tidak harus sependapat dengan orang lain. Saat kita melakukan kesalahan maka harus mengakuinya, minta maaf dan mencoba lagi. Jangan berhenti karena kita pernah salah.

Dalam konsep limitasi, saya belajar dari Stephen R. Covey, yaitu tentang lingkar pengaruh (circle of influence) dan lingkar perhatian (circle of concern). Saat saya bersuara melalui media sosial, tulisan ataupun oral, saya sedang belajar sekaligus mengedukasi orang lain. Jadi setidaknya saya bisa menjangkau mereka yang masuk dalam lingkar perhatian saya.

Tiga cara yang bisa diadopsi dari Najwa Shihab agar kita, terutama perempuan agar berani menyuarakan kebenaran, ketidakadilan dan berpihak pada yang dilemahkan:

Pertama, ketahui bahwa kita tidak akan pernah menyenangkan semua orang. Dalam hal ini Mbak Nana terinspirasi dari Maulana Jalaluddin Rumi, “The art of knowing is knowing what to ignore”. Jadi kita harus tahu apa yang harus kita perhatikan dan apa yang harus kita abaikan.

Kedua, yang perlu dilakukan adalah cek orang-orang di sekitar kita. Siapa yang mendukung kita dan siapa yang menjatuhkan kita. Sehingga kita dapat membedakan kritik dan yang memicu intrik, juga mana yang merupakan masukan dan mana yang untuk menjatuhkan. Kita harus berkontemplasi tentang hal itu.

Ketiga, jangan menyia-nyiakan kegagalan. Kegagalan dapat membantu kita untuk merefleksikan diri apa yang kurang dan kemudian mencoba lagi. Kita harus tahu kekurangan kita, potensi, dan melihat dalam diri. Kalau gagal harus tahu apa yang harus dilakukan. Skill untuk reflektif dan memandang ke dalam sangat diperlukan.

Keempat, kita harus tahu core value kita apa, yaitu apa yang dirasa benar. Itu harus diasah terus. Penting untuk dikelilingi oleh barisan yang tepat yang dapat membantu dan menuntun kita saat ada di persimpangan.

Semoga kita bisa selantang dan se-powerful Najwa Shihab versi masing-masing. Dunia butuh perempuan-perempuan yang terus berpihak pada keadilan dan kedamaian. “Be brave but don’t be stupid” – Najwa Shihab []

Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Jumlah mahar

Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw

2 April 2023
Mahar adalah Simbol

Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

2 April 2023
Tujuan menikah

Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

1 April 2023
Momen Ramadan

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

1 April 2023
Sarana Menikah

Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

1 April 2023
kerja rumah tangga

Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

1 April 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist