Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

Penulis dapat membantu remaja memiliki persepsi yang lebih sehat tentang hubungan.

Age Gap

Age Gap

Mubadalah.id – Sebagai seorang pembaca Wattpad yang sudah lama bergelut dengan berbagai macam bacaan fiksi, aku banyak menemukan macam-macam genre cerita. Dari mulai romansa, fiksi remaja, horor, misteri, hingga fiksi ilmiah dan fantasi. Ada salah satu genre yang cukup populer saat aku remaja yaitu “age gap” yang tentu saja diromantisasi oleh penulisnya.

“Age gap” adalah istilah yang penulis gunakan untuk menggambarkan perbedaan usia yang signifikan antara dua orang dalam sebuah hubungan. Dalam beberapa kasus, “age gap” dapat menjadi masalah serius, terutama jika salah satu pihak masih di bawah umur. Jika perbedaan usia yang terlalu besar dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam hubungan.

Dalam beberapa cerita di Wattpad, “age gap” seringkali penulis meromantisasi dan tergambarkan sebagai sesuatu yang romantis dan ideal. Aku sendiri pernah membaca beberapa cerita yang menggambarkan hubungan antara seorang remaja putri dengan seorang pria yang jauh lebih tua. Bahkan ada yang memiliki perbedaan usia lebih dari 10 tahun.

Penggambaran hubungan “age gap” yang meskipun hanya tertulis dalam cerita fiksi akan sangat berbahaya. Karena dapat memberikan pengaruh negatif pada remaja yang membaca cerita tersebut. Remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri dan pembentukan identitas dapat terpengaruh oleh gambaran “age gap” yang diromantisasi. Menganggap bahwa hubungan seperti itu adalah sesuatu yang normal dan ideal.

Series yang akhir-akhir ini populer seperti Sugar Daddy dan Duren Jatuh menjadi contoh bahwa trend cerita berpasangan beda usia cukup digandrungi oleh remaja hingga dewasa. Bahkan kerap menjadi bahan candaan, misal “Duh capek kerja, mending nyari sugar daddy aja”. Hal tersebut bukan tidak mungkin bisa menjadi pemicu terjadinya kekerasan seksual.

Dampak Negatif dari Meromantisasi “Age Gap”

Meromantisasi “age gap” dalam cerita dapat memiliki dampak negatif pada remaja yang membacanya. Beberapa dampak negatif tersebut antara lain:

1. Pengaruh pada Persepsi Remaja tentang Hubungan

Meromantisasinya dapat mempengaruhi persepsi remaja tentang hubungan yang sehat dan ideal. Remaja dapat menganggap bahwa hubungan dengan perbedaan usia yang besar adalah sesuatu yang normal dan mereka inginkan.

Penggambaran karakter pasangan yang usianya jauh di atas usia kita, seringkali dibuat menjadi sosok yang mengayomi, ngemong, dan mampu memanjakan pasangannya. Seringnya pemeran perempuan tertulis usianya belasan hingga 20an awal, lalu laki-lakinya berusia 30-40 tahun.

Hal ini banyak dicita-citakan remaja perempuan, karena berpikir dengan rentang usia tersebut pihak laki-laki akan mampu memenuhi kebutuhan perempuan. Baik dari kasih sayang, hingga keuangan.

2. Ketidakseimbangan dalam Hubungan

Perbedaan usia yang besar dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam hubungan. Pihak yang lebih tua dapat memiliki lebih banyak pengalaman, kekuasaan, dan pengaruh. Sehingga dapat menyebabkan ketidakadilan dalam hubungan.

Seperti kasus yang terjadi pada aktor Korea, meskipun beritanya masih simpang siur. Namun apabila hal tersebut benar, di mana ia yang seorang aktor dengan julukan aktor termahal pernah berkencan dengan aktris saat usianya di bawah umur. Bahkan diduga menjadi penyebab bunuh diri aktris tersebut. Hal ini menjadi bukti betapa mengerikannya efek “age gap” dalam hubungan saat salah satunya masih usia minor.

3. Pengaruh pada Kesehatan Mental

Hal ini berkaitan dengan poin sebelumnya, akibat ketidakseimbangan dalam hubungan dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja. Selain dapat merasa tidak puas dengan hubungan mereka sendiri atau merasa bahwa mereka tidak dapat mencapai hubungan yang ideal seperti yang tergambarkan dalam cerita apabila menjalin hubungan dengan teman sebayanya.

Juga ada kemungkinan menjadi bergantung sepenuhnya kepada pasangan yang memungkinkan perempuan untuk menjadi korban manipulatif pasangannya. Jika sudah dimanipulatif, akan membuka peluang tindakan abusive oleh pasangannya.

Sebetulnya tidak ada masalah menjalin hubungan dengan perbedaan usia yang cukup jauh, dengan catatan bahwa tidak ada sala satu pihak yang usianya masih di bawah umur. Dalam artian keduanya telah mencapai usia sama-sama dewasa, sehingga dapat mengambil keputusan dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan.

Nabi Muhammad SAW dengan istrinya Siti Khadijah adalah contoh pasangan beda usia yang mengagumkan dan menjadi teladan dengan kesalingannya. Nabi Muhammad berusia 25 tahun saat menikahi Siti Khadijah yang saat itu berusia 40 Tahun. Bayangkan 15 tahun perbedaan usianya. Namun itu bukan penghalang bagi keduanya.

Meromantisasi “age gap” dalam cerita dapat memiliki dampak negatif pada remaja yang membacanya. Oleh karena itu, penulis perlu mempertimbangkan dampak dari cerita mereka dan menghindari meromantisasi “age gap”.

Penulis dapat membantu remaja memiliki persepsi yang lebih sehat tentang hubungan. Mengurangi dampak negatif dari meromantisasi “age gap” dengan cara menyajikan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa kita dapat dari sebuah hubungan dengan perbedaan usia.

Selain itu, orang tua menjadi salah satu kunci utama dalam hal ini. Dari banyak kasus entah dunia nyata atau dari serial fiksi, selain faktor usia yang masih remaja, ada peran ayah yang mungkin tidak dia dapat dalam hidupnya. Bisa jadi karena kehilangan figur pria dewasa, banyak anak perempuan justru mencari figur tersebut pada pria lain. Pria yang bahkan seusia ayahnya. []

Exit mobile version