Mubadalah.id – Bagaimana BJ Habibie mendengarkan suara perempuan? Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI), Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie menghembuskan napas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, pada Rabu 11 September 2019 pukul 18.05 WIB.
Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936 ini wafat di usia 83 tahun. Ia meninggalkan dua anak, yakni Ilham Akbar Habibie, Thareq Kemal Habibie
Ucapan belasungkawa datang dari berbagai kalangan, termasuk dari dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (TA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Salah satunya adalah
Ala’i Nadjib, M.A.
Ia mengatakan, atas jasa Pak Habibie Komisi Nasional (Komnas) Perempuan bisa lahir. “Selamat jalan Pak BJ Habibie, terima kasih telah mendengar suara perempuan (Lahirnya Komnas),” tulis Bu Ala’i melalui beranda Facebooknya (Ala’i Nadjib), Rabu, 11 September 2019.
Lahirnya Komnas Perempuan (2014) ini berawal dari beberapa rentetan peristiwa kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998.
Surat pernyatan resmi yang dikeluarkan Presiden BJ Habibie sebagai kepala negara waktu itu sebagai salah satu bentuk untuk mengutuk atas terjadinya kekerasan pada peristiwa kerusuhan pada kala itu, termasuk kekerasan terhadap perempuan.
Ala’i berharap semua yang telah diberikan Pak Habibie menjadi keberkahan dan tauladan untuk bangsa Indonesia. “Engkau akan tetap hidup di hati kami, ilmu, cinta kasih dan tauladanmu. Semoga husnul khotimah, Allah ampuni dosa dosamu dan tinggikan derajatmu,” pungkasnya. (RUL)