• Login
  • Register
Jumat, 13 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

Kisah Siti Hajar mengkritik itu semua. Ia membuktikan bahwa perempuan, dengan segala pengorbanan dan keterbatasannya, ia bisa menjadi bagian penting dari sejarah kemanusiaan.

Sifa Paoziah Sifa Paoziah
08/06/2025
in Publik
0
Kritik Siti Hajar

Kritik Siti Hajar

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Siti Hajar adalah kritik terhadap budaya yang masih meminggirkan perempuan. Sekaligus mengajak kita untuk membangun peradaban yang lebih adil.

Mubadalah.id – Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia merayakan Hari Raya Iduladha. Perayaan ini bertepatan dengan puncak pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah, di mana jutaan jemaah dari berbagai penjuru dunia berkumpul.

Bagi para jemaah haji, Iduladha bukan sekadar hari raya, melainkan puncak kebahagiaan spiritual. Ia menjadi simbol keberhasilan dalam menunaikan ibadah fisik dan mental yang berat serta penuh tantangan.

Salah satu tantangan cukup berat saat melaksanakan ibadah haji adalah Sa’i, yaitu berjalan kaki (kadang berlari kecil) sebanyak tujuh kali antara Bukit Shafa dan Marwah. Di balik ritual ini, tersimpan kisah perjuangan seorang perempuan luar biasa, yaitu Siti Hajar.

Perjuangan Siti Hajar kemudian diabadikan oleh Allah Swt dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 158:

Baca Juga:

Kelompok Waifuna: Perempuan-perempuan Penjaga Laut Raja Ampat, Papua Barat

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah Tokoh Perempuan (Part 3)

Benarkah Ruang Domestik Menjadi Ruang Khusus Bagi Perempuan?

Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji

اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ

Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan Sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 158)

Meskipun ayat ini tidak menyebutkan nama Siti Hajar secara eksplisit, para ahli tafsir sepakat bahwa ritual ini merujuk pada perjuangan beliau.

Siti Hajar: Simbol Perjuangan Perempuan

Kisah Siti Hajar bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga kritik atas sistem sosial yang sering kali menempatkan perempuan di pinggiran. Ia adalah perempuan kulit hitam asal Ethiopia, seorang hamba sahaya, dan ibu tunggal. Di mana status yang di zamannya menjadikan Siti Hajar rentan terhadap diskriminasi.

Namun justru dari ketidakberdayaan itulah, lahir keteguhan, kasih sayang, dan pengorbanan Siti Hajar. Apalagi setelah melahirkan Ismail, Siti Hajar ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim di sebuah lembah tandus dekat Ka’bah.

Di dalam al-Qur’an, hal ini disebut sebagai “biwādin ghairi dzī zar‘in ‘inda baitikal muḥarram” (lembah yang tidak subur di dekat rumah-Mu yang Engkau berkahi).

Perjuangan Siti Hajar begitu terlihat saat Ismail menangis kehausan, Siti Hajar berlari dari Shafa ke Marwah dan kembali, sebanyak tujuh kali, dengan cemas dan penuh harap memohon pertolongan dari Allah.

Atas izin Allah, muncullah air dari dalam tanah yang kemudian dikenal sebagai air Zamzam. Ibnu Katsir menyebut air ini sebagai tha‘ām tha‘ām (makanan bagi yang lapar) dan syifā’ saqam (penyembuh penyakit).

Atas perjuangannya, Siti Hajar kini menjadi simbol keberanian seorang ibu yang berjuang demi kehidupan anaknya. Usahanya mencari air kini menjadi teladan bagi miliaran umat manusia, dan air yang ia perjuangkan kini mengalir sebagai berkah bagi para jemaah haji dan umrah.

Bahkan, air bagi saya, bukan hanya soal fisik, tetapi juga simbol dari kehidupan, harapan, dan cinta. Perjuangan Siti Hajar menjadi semangat bagi para perempuan masa kini dalam menjaga kehidupan dan menyiapkan masa depan.

Kritik Siti Hajar

Pada masa lalu, perempuan terutama dari kalangan budak atau masyarakat bawah sering kali dianggap tidak penting dalam sejarah. Mereka menjadi korban dari sistem kekuasaan yang didominasi laki-laki.

Namun, kisah Siti Hajar mengkritik itu semua. Ia membuktikan bahwa perempuan, dengan segala pengorbanan dan keterbatasannya, ia bisa menjadi bagian penting dari sejarah kemanusiaan. Pengorbanan perempuan seperti Siti Hajar seharusnya tidak hanya untuk kita kenang, tetapi juga menjadi inspirasi untuk kita semua.

Bahkan dari kisah Siti Hajar, mengajak kepada kita untuk lebih menghargai perempuan, apa pun status dan latar belakangnya.

Lebih dari itu, Siti Hajar adalah kritik terhadap budaya yang masih meminggirkan perempuan. Sekaligus mengajak kita untuk membangun peradaban yang lebih adil dan beradab dengan mengakui bahwa perjuangan perempuan adalah fondasi penting dalam kehidupan umat manusia. []

Tags: kritikMeminggirkanperempuansejarahsiti hajar
Sifa Paoziah

Sifa Paoziah

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon

Terkait Posts

Nikel Raja Ampat

Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat

12 Juni 2025
Tanah Papua

Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua

12 Juni 2025
Kak Owen

Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

12 Juni 2025
Sejarah Perempuan

Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

12 Juni 2025
Pancasila

Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

12 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Perempuan

    Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat
  • Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua
  • Tauhid secara Sosial
  • Realita Disabilitas dalam Dunia Kerja
  • Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID