• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bolehkah Kita Semua Memimpikan Bidadari Surga?

Quraish Shihab menggambarkan bidadari surga sebagai makhluk netral gender, baik feminim maupun maskulin (haura) yang bermata indah (‘aina)

Rabiatul Adawiyah Rabiatul Adawiyah
30/05/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Bidadari Surga

Bidadari Surga

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebelum membincang sosok bidadari surga yang kita mimpikan, saya akan mengulas tentang eskalotologi. Eskatologi ini sebagai sebuah diskursus keilmuan maupun sebagai konseptual, diyakini kebenarannya oleh para pengikut agama maupun kepercayaan. Dalam Agama Islam, konsep eskatologis ini kita letakkan ke dalam rukun iman.

Pembahasan eskatologis mengenai hari akhir, proses, balasan, hingga kehidupan pasca hari akhir juga banyak Al Qur’an singgung. Bahkan Al Qur’an menggunakan banyak term untuk mendefinisikannya. Di antaranya adalah qiyamah ,as-sa’ah, yaumul hisab, yaumul ba’ats untuk mendefinisikan mengenai hari akhir.

Sedangkan balasan setelah hari akhir, yakni kehidupan pasca hari akhir atau akhirat, Al Qur’an menyebut beberapa term di antaranya kautsar, hurun ‘in, isyatir rodliyah, narun hamiyah, jannatin naim, dll.

Islam menyebut kehidupan akhirat sebagai balasan atas apa yang manusia perbuat di dunia. Kehidupan akhirat terbagi menjadi dua ‘muara’, yakni surga dan neraka. Surga sebagai balasan atas kebaikan yang manusia lakukan  semasa hidup.

Sedangkan neraka merupakan balasan atas keburukan yang manusia lakukan sewaktu hidup. Surga tergambarkan sebagai kehidupan yang menyenangkan dan memuaskan. Sedangkan neraka digambarkan dengan sebaliknya. Penggambaran surga dan neraka ditujukan sebagai spirit moral kepada manusia agar senantiasa mengingat Tuhannya.

Baca Juga:

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

Perspektif Mubadalah Memastikan Perempuan Terlindungi dari Kemungkaran

Perspektif Mubadalah Meniscayakan Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Hanya Hamba Allah

Membincang Kehidupan Paska Kematian

Kehidupan pasca kematian ini merupakan dimensi ghaib yang jauh melampaui akal dan nalar manusia. Amina Wadud menjelaskan dimensi ghaib ini sebagai perkara yang hanya bisa dibahas menggunakan kata-kata atau bahasa manusia, maka pembahasan mengenai dimensi ghaib, termasuk eskatologis merupakan pembahasan tentang bahasa.

Hal tersebut berlaku pada pembahasan surga dan segala isi di dalamnya yang tidak terlepas dari aspek kebahasaan. Surga dengan segala isi di dalamnya tergambarkan dengan sangat indah oleh bahasa manusia.

Surga ala manusia tergambarkan sebagai kenikmatan tempat peristirahatan dengan banyak buah-buahan segar, susu, dan makanan lezat. Di mana dalam ruangannya dikelilingi oleh air mengalir dengan jernih, dan dapat melihat indahnya ruang bertemankan bidadari indah nan elok.

Penggambaran isi surga oleh konsensus banyak manusia, terutama kalangan agamawan realitanya tetap menimbulkan polemik. Pendapat maupun pandangan mengenai penafsiran teks-teks keagamaan juga berlaku demikian. Tafsir keagamaan memberikan kontribusi yang besar dalam bidang ontologis, sosiologis, teologis, maupun eskatologis.

Penggambaran Surga

Dalam kaitannya dengan penggambaran surga dan isinya, pembahasan mengenai apa yang perempuan peroleh perempuan lebih sedikit terbahas daripada pembahasan mengenai kenikmatan yang laki-laki peroleh. Hal tersebut tidak lepas dari peran dan kepentingan mufasir dalam menafsirkan teks-teks keagamaan.

Pembahasan yang paling sering kita bicarakan ketika membahas surga dan isinya adalah tentang sosok bidadari. Bidadari surga dalam banyak tafsiran arus utama terinterpretasikan sebagai sesosok makhluk cantik jelita, indah, nan elok.

Seperti dalam tafsir Ath Thabari, hurun ‘in terinterpretasikan sebagai bidadari perempuan dengan mata yang indah, bola mata yang sangat hitam, dan berkulit putih bersih. Wahbah az-Zuhaili juga mengatakan hal serupa. Sangat jelas menunjukkan bahwa bidadari adalah seorang perempuan yang peruntukannya hanya bagi laki-laki sebagai balasan amal kebajikannya.

Ulama Progresif Kritisi Eskatologi Islam

Tetapi seiring berkembangnya dunia penafsiran, ulama tafsir progresif mengkritisi banyak hal tentang eskatologi dalam Islam, khususnya tentang bidadari. Quraish Shihab contohnya, ia menggambarkan bidadari surga sebagai makhluk netral gender baik feminim maupun maskulin (haura) yang bermata indah (‘aina).

Selain Quraish, Amina Wadud cenderung banyak mengkritisi konsep hurun ‘in dan zawj. Hurun ‘in adalah susunan idhafah yang secara historisnya turun untuk orang Arab sebagai rangsangan untuk mengejar kebenaran. Menurut analisis Wadud, kata ini sudah tidak pernah al Qur’an gunakan lagi setelah periode Mekkah. Setelah masa periode itu, al Qur’an menggambarkan pendamping surga (bidadari/bidadara) dengan istilah umum (zawj).

Faqihuddin Abdul Kodir sebagai ulama progresif juga menyinggung soal bidadari dan bidadara dalam bukunya: Qira’ah Mubadalah. Beberapa poin pemikirannya tentang hal tersebut diantaranya adalah;

Pertama, perempuan diposisikan sebagai subjek ayat yang mana tidak berhenti pada perintah ‘amar ma’ruf nahi munkar,  tetapi juga sebagai penerima balasan atas kebajikan yang ia lakukan. Surga juga menjadi tempat bagi perempuan memperoleh segala kenikmatan surgawi tak terbatas.

Kedua, kata zawj atau azwaj tidak kita artikan sebagai bidadari-bidadari atau istri-istri. Tetapi kita artikan sebagai pasangan. Perempuan dan laki-laki di surga sama-sama mendapatkan pasangan yang baik, membahagiakan, melayani, dan menyenangkan.

Ketiga, kata muthahharah pada azwaj muthaharah bukan hanya kita artikan sebatas suci atau disucikan. Tetapi juga kebersihan, kejernihan, kesucian hati yang menyatu dalam komitmen cinta yang tunggal.

Konsep Bidadari Surga dalam Perspektif Mubadalah

Kesimpulannya, pembacaan Mubadalah terhadap konsep bidadari surga ini meniscayakan kesederajatan martabat dan kedudukan manusia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa secara primordial. Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki potensi yang sama dan setara dalam bermitra. Baik urusan domestik maupun publik, dan baik dalam mengajak kebaikan ataupun mencegah keburukan.

Terakhir, persoalan bidadari adalah satu dari sekian banyak contoh spirit moralitas untuk selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang terpenting adalah tetaplah beribadah, berbuat kebajikan, dan menyayangi sesama. Dan tulisan ini akan saya tutup dengan sebuah kutipan syair sufistik perempuan Rabiah Al Adawiyah tentang surga dan neraka:

“Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut neraka. Bukan pula karena mengharap masuk surga. Tetapi aku mengabdi karena cintaku pada-Nya. Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, tutuplah pinttu surga itu. Tetapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, jangan Engkau palingkan keindahan wajah-Mu yang abadi padaku.” []

Tags: Bidadari SurgaEskatologinerakaperspektif mubadalahQira'ah Mubadalahsurga
Rabiatul Adawiyah

Rabiatul Adawiyah

Penulis bernama Rabiatul Adawiyah. Mempunyai hobi membaca dan merawat tanaman. Dapat disapa melalui instagram: @cacty_green

Terkait Posts

Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID