• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Cinderella Syndrome; Jangan Latah untuk Nikah Muda

Nur Fitriani Nur Fitriani
17/03/2020
in Personal
0
Cinderella Syndrome

Cinderella Syndrome

43
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dongeng Cinderella bagi perempuan, meninggalkan khayalan masa anak-anak tentang seorang pangeran kaya raya, gagah, tampan, baik hati, bertanggung jawab dan pemberani yang akan menghampiri, lalu datang  untuk melamar,  kemudian menikah dan bahagia selamanya. Kisah itu akan terbawa sampai pada fase dewasa.

Apa keinginan seseorang ketika dewasa? Salah satunya menikah. Menikah memang menjadi keinginan sekaligus kebutuhan setiap orang, akhir-akhir ini makin gencar kampanye menikah usia muda. Selain itu muncul banyak sekali meme atau konten instagram yang menggambarkan jika perempuan lelah dengan kehidupan, tidak punya uang, maka solusinya adalah menikah.

Konten semacam ini jelas berpengaruh bagi perempuan, ketika memasuki fase dewasa yang mulai merasakan tekanan dan tuntutan dalam kehidupannya, tak terkecuali perempuan yang berada di lingkungan kampus.

Beberapa teman perempuan di kampus sangat ingin menikah saat usia semester mendekati 7 atau 8, alasan ingin sekali menikah karena lelah dengan tuntutan dan tekanan, kemudian menginginkan kehidupan ‘terlepas dari beban’ ketika menikah. Impian menikah dengan pesta mewah dilanjutkan dengan liburan dan menjadi ibu muda stylish. Apakah teman kamu ada yang seperti ini juga?

Lucunya hal tersebut tidak menjadi keinginan teman laki-laki, mereka berfikir tidak mungkin menikah dalam waktu dekat meskipun teman perempuannya meminta untuk dinikahi (pacar satu angkatan), mereka berfikir jika menikah dalam waktu dekat secara lahir dan mental belum ada kesiapan, istilahnya ‘mau dikasih makan apa anak orang?’

Baca Juga:

Tekanan dan tuntutan dalam hidup pasti akan selalu ada, baik saat belum menikah maupun sudah menikah. Memang menikah adalah hal baik tapi jika dilakuan tanpa persiapan kedua belah pihak, maka akan rawan terjadi perselisihan bahkan kekerasan dalam rumah tangga.

Manusia terlahir untuk berjuang, setiap manusia harus mandiri begitu pula dengan perempuan. sehingga ada anggapan jika menikah merupakan solusi dari semua masalah, karena menikah bukan untuk pelarian. Dalam pernikahan sendiri dibutuhkan kesiapan lahir dan batin, kesiapan mental dan materi, bukan hanya untuk kesenangan atau pelarian belaka.

Cinderella syndrome ditujukan untuk mereka yang ingin menikah tanpa tahu sebenarnya apa tujuan menikah. Ingin menikah hanya untuk melarikan diri dari kesulitan hidup, menikah hanya dijadikan sebagai pelarian dari tuntutan biaya hidup, hingga kemudian menyandarkan diri pada penghasilan suami.

atau dalam opsi lain, menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk bersenang-senang dengan lawan jenis dengan legal. Lalu apa yang akan dilakukan jika ternyata setelah menikah suami juga mengalami kesulitan dalam pekerjaan? Apakah mau berbagi peran untuk bekerja mencari uang? Suatu hal yang sulit untuk mereka jawab.

Cinderella syndrome begitulah saya menyebutnya, hal ini merugikan laki-laki dan perempuan. Laki-laki dipaksa oleh orang yang dicintainya, hal yang sangat sulit ditolak, laki-laki akan menerima beban jika menikah namun belum mempunyai kesiapan lahir dan batin.

Sementara dalam konstruk budaya kita, masih mendorong suami untuk menanggung semua biaya yang dibutuhkan dalam rumah tangga. Lalu istri di rumah menunggu suaminya datang, sesuatu hal yang sangat menyiksa laki-laki, coba fikirkan jika anda yang berada di posisi itu?

Bagi perempuan hal ini juga sangat merugikan, jika sudah menikah kesiapan lahir batin belum sempurna, ekspektasi ketika sebelum menikah adalah ketika menikah bersenang-senang dengan lawan jenis dan tidak perlu susah bekerja, hanya menunggu uang dari suami, apakah ini akan selalu menguntungkan? Tidak!

Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor pemicu kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian yang tinggi. budaya yang mengharuskan perempuan berada di ruang domestik, artinya di rumah saja, juga tidak menguntungkan bagi perempuan, dalam dunia kerja perempuan memperoleh upah yang berbeda dengan laki-laki dan masih banyak lagi ketimpangan gender lain. Hal ini akan semakin merumitkan kondisi rumah tangga pada tahun-tahun berikutnya.

Selanjutnya dampak pada anak, ketika mereka mempunyai anak tapi tidak mempunyai kesiapan mental dan tidak tahu mengapa mereka harus mempunyai anak, hanya karena menikah maka harus punya anak. Saat itulah pendidikan dan masa depan anak akan terbengkalai, kekerasan kepada anakpun rentan terjadi.

Anak akan merekam semua yang dilakukan orangtua padanya, dan hal ini akan berpengaruh pada psikologinya saat besar nanti, begitupun ketika dia akan membentuk keluarga baru. Hal ini akan menjadi pola yang terus menerus berdampak untuk masa depan.

Maka, mari kita perangi patriarki dengan mengubah pola pikir, bangunlah critical thinking dalam setiap diri kita untuk keseimbangan semesta, jangan latah nikah muda tanpa ada persiapan. []

Tags: Cinderella Syndrome
Nur Fitriani

Nur Fitriani

Nur Fitriani merupakan magister UIN Malang. Gadis asal Pasuruan ini memiliki mimpi yang sangat sederhana, ingin bermanfaat untuk orang banyak, dan ingin ikut andil dalam perubahan yang berkeadilan jangka panjang. Saat ini dirinya menjadi anggota komunitas menulis Puan Menulis.

Terkait Posts

Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version