• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Dapur, Kasur dan Sumur Juga Butuh Pengatahuan Keles. Fiks, No Debat!

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
29/09/2020
in Keluarga, Pernak-pernik
0
Mu’asyarah bi al-Ma’ruf

Mu’asyarah bi al-Ma’ruf

460
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Malam ini merupakan malam terakhir bagi kita talkshow Muharram  For Peace: Berhijrah ke Kehidupan yang Bermartabat, Damai, Adil dan Maslahat. Kegiatan kece ini merupakan bentuk kolaborasi Media Mubadalah dengan berbagai pihak seperti Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), AMAN Indonesia, NU Chanel, Pusat Studi Islam, Perempuan dan Pembangunan (PSIPP) Institute Teknologi Ahmad Dahlan dan Cak Masykur.

Talkshow tersebut merupakan Talkshow online yang disiarkan sebanyak 12 kali, yang terhitung mulai dari 21 Agustus sampai pada tanggal 22 September 2020. Tema talkshow Muharram For Peace malam pamungkas ini mengambil tema yang sangat menarik, terutama bagi anak-anak muda yang masih betah menjomblo seperti aku. Tema talkshow tersebut adalah “Usia anak-anak kok menikah, berkarya lebih keren”.

Selain temanya yang gemes banget, narasumbernya juga keren-keren yaitu Ibu Umdah  el-Baroroh (Pengasuh PP Mansajul Ulum) dan Neng Rahma Arifa yang merupakan Founder Manggarkelape/Mahasiswi LSE. Serta didukung oleh host mubadalah yang fenomenal, yaitu mas Dul.

Setelah menyimak materi yang beliau-beliau sampaikan, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa, alasan anak-anak memilih untuk menikah itu adalah kurangnya pengetahuan. Faktor penyebabnya tentu berbeda-beda, bisa jadi anak tersebut dipaksa untuk menikah oleh orang tuanya, dan tidak bisa melakukan negosiasi.

Ada juga yang memang memilih menikah karena ketidaktahuannya  harus melakukan apa selain menikah. Atau ada juga yang menikah karena ia merasa sudah tidak punya teman, dan merasa terancam dengan mitos yang menyebutkan bahwa semakin tua, maka semakin sulit untuk mendapatkan jodoh.

Baca Juga:

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

Menikah sebagai Kontrak Kesepakatan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Isu Perceraian Veve Zulfikar: Seberapa Besar Dampak Memiliki Pasangan NPD?

Alasan receh seperti itu memang terus berkembang dalam kehidupan yang keras ini man-teman. Ditambah juga dengan banyaknya konten-konten di media sosial yang meromantisasi nikah muda dengan segala keunyuannya. Jadilah anak-anak yang seharusnya berpikir bagaimana caranya mempunyai masa depan cerah, terbentur dan berpikir pendek bahwa tujuan hidup paling utama itu adalah menikah.

Padahal jika mengutip pernyataan Mbak Nur Azka Inayatussahara, menikah itu tidak sesederhana pertanyaan kapan menikah. Ikatan tersebut membutuhkan kesiapan mental, fisik, ekonomi dan yang lainnya. Karena pernikahan adalah proses belajar sepanjang hidup, tidak bisa dilakukan dengan main-main dan coba-coba. Jika menikah itu ibadah,  kok ibadah coba-coba sih, harus serius dong.

Oleh sebab itu pengetahuan, pendidikan dan pengalaman menjadi sangat penting. Baik bagi laki-laki dan perempuan. Soal pepatah lama yang menyebutkan bahwa perempuan itu tidak perlu berpendidikan tinggi, karena pada akhirnya ia akan kembali ke dapur, kasur dan sumur, menurutku itu merupakan kata-kata yang bulshit man-teman. Semuanya harus dilakukan dengan ilmu. Itu mengapa Allah mewajibkan umatnya untuk terus belajar, mulai keluar dari rahim ibu sampai pada masuk ke dalam liang kubur. Bahkan kalau perlu sampai ke negeri Cina.

Selain itu, menurut Ibu Umdah dalam talkshow Muharram For Peace tadi, urusan dapur, kasur dan sumur itu membutuhkan pengetahuan. Sebab ketika melakukan tiga hal tersebut, hasilnya akan berbeda antara orang yang mempunyai pengetahuan dengan yang tidak. Misalnya dalam soal kasur, jika suami dan istri paham bahwa urusan penikmatan seks dalam pernikahan adalah hak kedua-duanya, mungkin tidak akan ada kasus perkosaan dalam pernikahan.

Begitu juga dengan urusan sumur, jika suami dan istri belajar perspektif mubadalah, urusan cuci mencuci pakaian, piring dan memandikan anak pasti akan dilakukan secara bersama-sama, atau berbagi peran sesuai dengan kesiapan masing-masing. Tidak berbeda jauh juga dengan urusan dapur dan pengasuhan anak. Cita-cita melahirkan generasi sehat dan cerdas tidak bisa diwujudkan begitu saja, butuh pendampingan orang tua yang sehat dan cerdas pula.

Dengan demikian, wahai teman-teman jombloku yuk tetap semangat belajar, mencari pengalaman dan bangun relasi sebanyak-banyaknya. Terutama bagi anak-anak yang masih di bawah umur. Menikah memang pilihan, tapi menikah di waktu dan usia yang tepat pasti akan lebih indah.  Satu hal yang mungkin bisa memotivasi teman-teman, ayah saya sering bilang bahwa “Ilmu akan membuka banyak pintu, termasuk pintu untuk menemukan jodoh yang terbaik.” []

 

Tags: HijrahJomlomenikahMuharramNikah mudapendidikan anak
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version