• Login
  • Register
Jumat, 22 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Deradikalisasi ala Gus Dur; Memilih Jalan Damai tanpa Kekerasan

Dalam hal yang pertama Gus Dur akan mengajak para pemimpin agama untuk menegakkan masyarakat baru yang maju tanpa diwarnai penindasan, dan kekerasan

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
05/03/2022
in Hikmah
0
Deradikalisasi ala Gus Dur; Memilih Jalan Damai tanpa Kekerasan

Deradikalisasi ala Gus Dur; Memilih Jalan Damai tanpa Kekerasan

124
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Andaikata Gus Dur masih ada hari ini dan menyaksikan hiruk-pikuk radikalisme dan terorisme apakah yang akan dilakukan beliau? Ini pertanyaan yang diajukan seorang pemuda pada acara bedah buku “Gus Dur dalam Obrolon Gus Mus”, pada peresmian Pergerakan Griya Gus Dur, 24/01/16 lalu. Artikel ini akan menjawab pertanyaa tersebut, deradikalisasi ala Gus Dur; memilih jalan damai tanpa kekerasan.

Saya mengira-ngira, membaca dan mempelajari paradigma, world view dan karakter spiritualisme Gus Dur. Pertama-tama kita akan mengatakan bahwa Gus Dur tidak akan melakukan perlawanan terhadap para pelaku kekerasan dan kaum radikal melalui cara yang sama. Dengan kata lain Gus Dur tidak akan mengatasi kelompok garis keras, dan kaum radikal tersebut dengan jalan militeristik.

Kekerasan tidak akan dilawan dengan kekerasan yang sama. Beliau sebaliknya akan mengambil dua langkah perlawanan kultural sekaligus : memajukan perdamaian di satu sisi dan mengembangkan saling pengertian antar penganut agama dan keyakinan.

Dalam hal yang pertama Gus Dur akan mengajak para pemimpin agama untuk menegakkan masyarakat baru yang maju tanpa diwarnai penindasan, dan kekerasan. Ini dilakukan melalui penegakan struktur ekonomi yang berkeadilan seraya membebaskan diri dari struktur ekonomi eksploitatif.

Gus Dur mengatakan: “kalau pemerintah dan kekuasaan yang ada mengukuhkan struktur eksploitatif, kalangan agama harus memunculkan altenatif mereka di arus bawah : penguatan swadaya masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan, membebaskan diri dari kungkungan hukum yang tidak adil, dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia.”

Pemaknaan atas ini tentu tidaklah sederhana. Gus Dur dalam hal ini akan mengajak semua kekuatan rakyat : buruh, tani, generasi muda, kaum intelektual dan para pengambil keputusan kultural untuk bersama-sama mendesak pemerintah memenuhi hak-hak ekonomi dan politik mereka melalui perubahan atas undang-undang yang tidak adil dan eksploitatif tersebut, nir-kekerasan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa
  • Negeri Zamrud Khatulistiwa dan Tantangan Keberagaman Indonesia
  • Ethical Implications: Relasi Guru dan Murid dalam Membangun Kesalingan
  • Gus Dur dan Tonggak Kebijakan Kesetaraan Gender: Resensi Buku Gender Gus Dur
    • Deradikalisasi ala Gus Dur; Mengatasi dengan Cinta

Baca Juga:

Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa

Negeri Zamrud Khatulistiwa dan Tantangan Keberagaman Indonesia

Ethical Implications: Relasi Guru dan Murid dalam Membangun Kesalingan

Gus Dur dan Tonggak Kebijakan Kesetaraan Gender: Resensi Buku Gender Gus Dur

Tetapi boleh jadi jika diperlukan ia akan turun sendiri mengajak masyarakat untuk demonstrasi damai atau pemogokan kaum buruh dan petani. Gus Dur juga akan mengajak kaum intelektual untuk bergerak memelopori pembentukan jaringan pendidikan yang benar-benar relevan dengan kebutuhan golongan miskin : penyadaran akan keadaan mereka dan memampukan yang mereka miliki untuk mengubah nasib mereka sendiri.

Ini boleh jadi merupakan bentuk “deradikalisasi” ala Gus Dur. Gagasan ini mungkin melampaui konsep konvensional program deradikalisasi yang mengacu pada cara-cara menghindarkan, melerai, mengurangi, mencounter dan atau menyelesaikan konflik. Konsep konvensional ini dianggap tak menyentuh akar masalah.

Deradikalisasi ala Gus Dur; Mengatasi dengan Cinta

Ia seorang yang mengagumi cara gerakan Gandhi yang terkenal : Ahimsa. Konsep ini kemudian menginspirasi  Martin Luther King, Jr. Tokoh ini selalu mengajak masyarakat untuk melakukan transformasi politik dan kebudayaan tanpa kekerasan.

Kata-katanya yang sangat mengesankan antara lain :  “Darkness cannot drive out darkness: only light can do that. Hate cannot drive out hate: only love can do that”. (Kegelapan tidak dapat mengusir kegelapan: hanya cahaya yang dapat melakukan itu. Kebencian tidak dapat mengusir kebencian: hanya cinta yang dapat melakukan itu.

Dan “I have decided to stick to love… Hate is too great a burden to bear”. (Saya telah memutuskan untuk tetap mencintai. Kebencian merupakan beban yang terlalu besar untuk ditanggung). Ia menulis sebuah lagu terkenal : “We Shall Overcome”

We shall over come

We Shall over come

We shall over come some day

Oh, deep in my heart

I do believe

We shall over come some day

We walk hand in hand,

We walk hand in hand

We walk hand in hand today

Oh deep in my heart,

I do believe We walk hand in hand today

We are not afraid,

We are not afraid

We are not afraid today

Oh, deep in my heart,

I do believe

We are not afraid today

Meneguhkan Komitmen Kebangsaan

Lebih dari itu, Gus Dur berkali-kali, seperti tak pernah bosan menyampaikan pandangannya yang tegas dan tak pernah surut selangkahpun untuk mengukuhkan komitmen kebangsaan dengan menjadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara dan Konstitusi NKRI yang berlaku final.

Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah bangsa, bagi Gus Dur, merupakan fondasi sekaligus tiang-tiang dari sebuah bangunan yang kokoh. Dan, ketika fondasi itu dirobohkan, rumah itu juga pasti ikut roboh. Dengan tegas, lugas dan tak gentar, Gus Dur menyatakan : “Pancasila ini akan saya pertahankan dengan nyawa saya. Tidak peduli apakah ia akan dikebiri oleh angkatan bersenjata atau dimanipulasi oleh umat Islam, atau disalahgunakan keduanya.”

Maka Gus Dur akan berjuang mati-matian untuk mempertahankan prinsip ini semua yang sesungguhnya telah menjadi Common Platform seluruh bangsa.

Demikianlah beberapa hal saja yang mungkin akan ditempuh Gus Dur dalam mengatasi problema konflik sosial, politik dan keagamaan. Ia sekali lagi tidak akan melakukan perlawanan bersenjata dan kekerasan fisik dalam menyelesaikannya. Ia, sebaliknya, melakukan langkah-langkah aktif dan progresif bagi perubahan sosial-kemanusiaan yang lebih baik dan lebih maju melalui cara-cara damai dalam sebuah dialektika hidup yang penuh pertentangan. []

Tags: Deradikalisasigus durPancasilaPerdamaiantoleransi
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Hadis Jihad

Makna Mubadalah dalam Hadis Jihad Perempuan di Dalam Rumah Tangga 

21 September 2023
Jihad Rumah Tangga

Jihad Perempuan dalam Rumah Tangga

21 September 2023
Etika Sufi Ibn Arabi

Etika Sufi Ibn Arabi (2): Mendekati Tuhan dengan Merawat Alam

21 September 2023
Jihad Rumah Tangga

Jihad di Dalam Rumah Tangga Bersifat Resiprokal

21 September 2023
Jihad Perempuan

Pada Masa Nabi Muhammad Saw Banyak Perempuan yang Ikut Jihad Bela Negara

21 September 2023
Jihad Perempuan

Jihad Perempuan di Masa Nabi Muhammad Saw

20 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Penari Perempuan Sunda

    Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Mubadalah dalam Hadis Jihad Perempuan di Dalam Rumah Tangga 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Selamat Jalan Pejuang Nahdlatul Ulama Prof Dr Sri Mulyati MA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa
  • Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist