• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Diam sebagai Advokasi Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebuah kemafsadatan yang harusnya tidak hadir dalam keluarga

Firda Rodliyah Firda Rodliyah
14/08/2023
in Keluarga
0
Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tindakan yang dilakukan oleh Rara tidak lain merupakan sebuah bentuk advokasi untuk bangkit dari kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya. Ia mencoba berdiri dengan kaki dan tangannya sendiri dari keterpurukan yang dialami keluarganya.

Mubadalah.id – Barangkali dalam tulisan ini saya akan sedikit banyak bercerita, tentang kisah seorang perempuan yang telah sudi membagi kisah peliknya sebagai seorang istri, sebagai seorang ibu, dan sebagai manusia.

Berangkat dari lima tahun yang lalu, saat Rara (Nama Samaran) pertama kali mendapatkan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dari suaminya. Selama itu suaminya pernah menempeleng, memukul, atau melempari  benda-benda di sekitar kepadanya

Ketika merasakan hal tersebut, ia selalu mencoba melawan, berteriak dan membantah apapun yang dikatakan suaminya, meski tidak bisa membalas karena merasa lebih lemah secara biologis (red. Kekuatan fisik).

Selama lima tahun ia bertahan dengan keadaan tersebut. Tidak tahu ingin membaginya pada siapa, dan tidak punya tempat untuk menyandarkan keluhannya. Barangkali kamu berpikir, kenapa ia tidak memilih bercerai saja, dan meninggalkan suaminya sendirian.

Namun kembali kepada pertimbangan sebagai seorang perempuan dengan tiga buah hati yang masih kecil, pengalamannya sebagai korban broken home kedua orang tuanya sungguh merupakan pengalaman yang berat.

Baca Juga:

Refleksi Kisah Perempuan yang Mendapatkan Pesan dari Tuhan

Bentuk Advokasi Nabi Muhammad Saw kepada Masyarakat yang Tertindas

Advokasi Nabi Muhammad Saw Terhadap Hak Perempuan

Langkah Advokasi Menuju Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan

Orang tuanya bercerai ketika dia menginjak kelas empat. Salah satu dari mereka telah memilih untuk berselingkuh dan meninggalkan anak serta suami di rumah yang kosong. Sejak saat itulah Rara ketakutan. Takut orang akan meninggalkannya, dan takut akan memiliki pengalaman buruk berulang.

Tentu ini telah menjadi beban hidup yang cukup berat baginya

Sampai akhirnya ia memilih jalan lain. Yakni belajar untuk memahami diri sendiri. Memahami apa yang ia butuhkan selama ini. Dan mencoba untuk bangkit dari rasa sakit  – kebetulan dia sakit asam lambung, dan mengalami anxiety – yang telah datang selama enam tahun terakhir.

Rara banyak menghabiskan uang dan waktu untuk berobat. Namun selama itupun ia tidak banyak mendapatkan hasil. Akhirnya Rara mencoba jalan lain, yakni mengikuti berbagai grup Facebook dan WhatsApp orang-orang dengan sepengalaman dengannya.

Kebangkitan Rara

“Dulu aku selalu menjawab saat dia sedang emosi dan marah, akhirnya ia selalu melemparkan barang-barang apapun di sekitarnya kepadaku. Tapi mulai tahun lalu, aku mulai mencoba diam saat dia mulai terlihat sedang emosi. Dan akhirnya aku menemukan perubahan pada sikapnya.”

Belajar dari pengalaman orang-orang di grup yang diikutinya, Rara mulai mencoba untuk lebih memikirkan perasaan dan kewarasannya ketimbang menuruti temperamental suaminya. Ia mencoba untuk lebih menenangkan diri dengan diam. Rara berpikir, bahwa ia perlu mencoba cara ini dalam menghadapi temperamental dan kekerasan suaminya.

Ketika melihat suaminya marah, ia akan menjauhkan diri dan memilih kegiatan lain yang lebih berguna. Saat suaminya emosi, ia akan pergi ke tempat lain dan tidur pulas. Waktu suaminya berkata kasar, tanpa ba-bi-bu ia akan mendekati anak-anaknya, dan mengajak mereka bermain.

Cara ini tidaklah mudah, ia harus mencoba dengan keras untuk menurunkan ego dan mengalihkan perasaannya. Ia berpikir. Bahwa lebih penting ia menjaga perasaannya agar anxiety-nya yang dapat membaik. Dengan ini ia merasa lebih fokus pada pribadi, tanpa harus energi negatif menariknya saat suaminya sedang marah.

Selama setahun ia terus berusaha, dan selama itu pula perubahan demi perubahan datang padanya. Tidak lagi menjawab ketika marah, atau menanggapi ketika emosi, membuat suami Rara tidak lagi memukul atau melemparkan barang-barang padanya. Bahkan intensitas temperamental suaminya semakin berkurang seiring waktu.

Belajar dari Kisah Rara

Tindakan yang Rara lakukan tidak lain merupakan sebuah bentuk advokasi untuk bangkit dari KDRT suaminya. Ia mencoba berdiri dengan kaki dan tangannya dari keterpurukan yang keluarganya alami.

Selama bertahun-tahun ia bertahan dalam suasana keluarga yang begitu mencekam. Ia datang dalam sebuah rumah tangga dengan trauma masa lalu  selama belasan tahun. Kemudian bertahun-tahun ia harus menjadi korban kekerasan suaminya.

Ia takut akan traumanya sendiri, takut orang lain akan meninggalkannya (lagi), dan takut anaknya mengalami trauma seperti yang ia rasakan. Ini merupakan sebuah kemalangan yang Rara hadapi sebagai perempuan dan ibu dalam mempertahankan bangunan tetap berdiri meski rapuh.

Sedangkan upayanya untuk merubah konsep diri dan pikiran untuk lebih mencintai diri sendiri merupakan jalan yang ia pilih Meskipun ia harus melaluinya sambil tertatih-tatih. Ketika akhirnya usaha yang ia lalui membuahkan perubahan pada suasana rumahnya, keringatnya menjadi bukti kehebatan sosok Rara untuk kembali menambal lubang-lubang bangunan yang telah ia pertahankan.

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebuah kemafsadatan yang harusnya tidak hadir dalam keluarga. Semua orang yang mengalaminya bisa memilih untuk keluar, dan bebas dari belenggu kesedihan serta keterpurukan. Namun jika tidak menginginkannya karena pertimbangan-pertimbangan pribadi yang cukup berat ia ambil, maka ada jalan berat yang harus ia lewati setelahnya.

Lagi-lagi, tulisan ini tidak berusaha membenarkan KDRT, atau menyarankan anda untuk bertahan dalam kekerasan rumah tangga. Namun saya mencoba membagikan kisah singkat Rara, yang barangkali bisa menjadi salah satu opsi bagi siapapun yang sedang berhadapan dengan keadaan demikian, mempertimbangkan untuk tidak bercerai, dan ingin mempertahankan keutuhan keluarga inti. []

 

 

 

Tags: advokasibangkit dari kdrtkekerasan dalam rumah tanggakisah perempuan
Firda Rodliyah

Firda Rodliyah

Anggota Puan Menulis

Terkait Posts

Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Film Rahasia Rasa

    Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bekerja itu Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Malu Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID