• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Eratnya Hubungan Pancasila dan Kehidupan Gen z

Pancasila akan selalu sejalan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara entah bagai gen z, generasi sebelumnya maupun generasi selanjutnya

Salsabila Septi Salsabila Septi
02/10/2024
in Personal, Rekomendasi
0
Pancasila dan Gen Z

Pancasila dan Gen Z

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id- Gen z lagi, gen z lagi. Iya memang. Karna yang nulis juga gen z jadi harus bahas gen z. Heheh, (Red: ketawa jahat). Kali ini aku mau sedikit membahas sejarah, eits isinya bukan mengenai kapan dan runtutan peristiwa yang membingungkan ya. Sejarah kali ini bagaimana Pancasila, ideologi bangsa kita dapat punya kesaktiannya sendiri. Dan bagaimana makna persatuan dalam Pancasila berkaitan erar dengan konsep kesalingan. Mari kita bedah.

Pancasila itu sakti, titik!

Sedikit mengingat, Pancasila terbentuk karena dialog panjang tiga tokoh Indonesia. Muhammad Yamin, Soepomo dan Soekarno berdialog panjang untuk membahas kelima sila yang gak pernah absen dalam pelajaran segala jenjang ini. Ketiganya sama-sama mengusulkan 5 sila yang punya bunyi berbeda, tetapi punya makna yang sama.

Setelah berdialog panjang, akhirnya pancasila disahkan pada 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Selain itu, setiap tanggal 1 Juni terjadi peringatan hari lahir Pancasila. Dan kurang lebih dua dasawarsa kemudian, terjadi salah satu tragedi yang sangat kelam bagi bangsa ini. Tragedi yang buat September dapat julukan “September Hitam”.

Bagaimana saktinya Pancasila?

1 Oktober 1966, jadi tanggal di mana para jenderal hebat Indonesia ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan. Inti dari tragedi ini adalah keinginan sejumlah orang untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis. Walau sampai kini belum ada berita pasti mengenai kebenaran dari tragedi besar ini. Setelah kejadian tersebut, tanggal 1 Oktober pemerintah orde baru tetapkan sebagai hari kesaktian Pancasila.

Tidak berhenti sampai di sana, kajian terhadap Pancasila terus dilakukan dan juga diajarkan pada segala tingkatan pendidikan di Indonesia. Nilai-nilai yang para tokoh bangsa susun hampir 79 tahun yang lalu ini tetap sejalan dengan segala tantangan kehidupan. Pancasila jadi dasar negara, ideologi, hingga perjalanan hidup bangsa.

Baca Juga:

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Pancasila berisi mengenai aspek ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang akan selalu sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan jika pengamalan Pancasila sesuai dengan semestinya, maka hal ini jadi kekuatan tersendiri bangsa Indonesia.

Pancasila, Persatuan dan Gen z

Sila ketiga Pancasila jadi sila yang menurut saya paling singkat dan sarat makna. Persatuan Indonesia, begitulah bunyinya. Cuma punya dua suku kata tapi punya makna yang begitu mendalam. Tanpa persatuan, bangsa yang besar dan beragam ini akan sulit untuk bertahan. Hal ini juga berhubungan erat dengan antara pancasila dan gen z, yang selalu menemukan tantangan berbeda di setiap ruang dan waktu yang berbeda.

Kehidupan gen z yang berdampingan erat dengan teknologi, permasalahan sosial, hingga kondisi dunia yang tak menentu tampaknya tepat jika berdampingan dengan Pancasila. Sila ketiga yang bermakna persatuan, punya jawaban kongkrit tentang masalah para gen z. Persatuan kita perlukan bukan hanya dalam mempersatukan, tetapi dalam ranah menghormati, menghargai dan bersikap peduli dengan kondisi sekitar.

Kesalingan dan Persatuan

Persatuan artinya bukan satu. Tapi bersatu, yang mana perbedaan bergandengan tangan dalam satu kesatuan. Kedua atau lebihnya saling percaya, hormat dan selaras. Perbedaan bukanlah sebuah perpecahan, melainkan bermakna persatuan. Sama halnya dalam konsep kesalingan, yang mana perbedaan bukan jadi pembeda melainkan sebuah penguat antar sesama.

Pancasila akan selalu sejalan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara entah bagai gen z, generasi sebelumnya maupun generasi selanjutnya. Tugas kita kini adalah dengan paham dan berpikir benar mengenai pemahaman Pancasila. Pancasila harus jadi ideologi yang tetap berlaku sampai kapanpun. []

Tags: Gen ZIdeologi NegaraIndonesiaKesaktian pancasilaPancasilasejarah
Salsabila Septi

Salsabila Septi

Menulis untuk ketenangan, dan menjaga alam untuk kemaslahatan.

Terkait Posts

Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Perempuan Lebih Religius

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

9 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID