• Login
  • Register
Senin, 28 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Fenomena Rojali, Sebuah Privilege Kaum Bawah

Pilihan untuk tidak berbelanja di pusat perbelanjaan saat ini bisa saja efek dari pendapatan masyarakat yang rendah.

Ayu Bejoo Ayu Bejoo
28/07/2025
in Publik
0
Fenomena Rojali

Fenomena Rojali

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Lucu sih, jika suatu hari nanti setiap kamu masuk ke mall, kamu wajib beli sesuatu, alias kamu enggak akan bisa lagi cuci mata setiap akhir pekan tiba. Inilah yang menjadi permasalahan bagi pemerintah, mempermasalahkan fenomena Rojali yang sedang terjadi pada kehidupan masyarakat saat ini.

Fenomena Rojali ialah rombongan jarang beli, julukan ini tertuju pada aktivitas masyarakat saat ini yang senang menghabiskan waktu ke pusat perbelanjaan khususnya mall-mall besar, tetapi tidak berbelanja sama sekali. Jadi hanya datang, melihat-lihat, berkeliling, berfoto-foto, dan pulang setelahnya. Tanpa ada aktivitas transaksi pembelian.

Fenomena Rojali dan Rohana yang Mengusik Ekonomi

Bersamaan dengan fenomena Rojali, terdapat juga Rohana, alias rombongan hanya nanya. Tentu saja Rojali dan Rohana adalah sebuah akronim yang pemerintah nobatkan pada masyarakat saat ini. Perilaku seperti ini tentu saja memunculkan perspektif bahwa ekonomi masyarakat sedang tidak baik-baik saja.

Sebagaimana kita ketahui, jalan-jalan ke pusat perbelanjaan memang menjadi pilihan hiburan, baik bagi masyarakat kelas atas, menengah, hingga masyarakat ekonomi ke bawah.

Pilihan untuk tidak berbelanja di pusat perbelanjaan saat ini bisa saja efek dari pendapatan masyarakat yang rendah. Terlebih belanja online lebih menawarkan harga yang lebih murah dan terjangkau. Jadi maklum juga, sih. Jika masyarakat berubah jadi Rohana, alias ke mall cuma nanya-nanya. Belinya nanti saja di rumah. Ke mall tujuannya survei saja, kali ya.

Baca Juga:

Mengapa Istri Paling Rentan secara Ekonomi dalam Keluarga?

Nilai Ekonomi dan Sosial dalam Ibadah Kurban

Derita Korban PHK dan Makna Puasa Bagi Rakyat Jelata

Mengapa Keadilan Sosial di Indonesia Masih Jauh dari Harapan?

Masyarakat Lebih Melek Mengatur Keuangan

Fenomena Rojali ini juga terjadi karena masyarakat saat ini lebih awas tentang keuangan. Saat ini, masyarakat lebih mudah menerima edukasi tentang keuangan, sehingga pemasukan dan pengeluaran lebih teratur dan terstruktur. Masyarakat saat ini, lebih banyak yang membanding-bandingkan. Ah, daripada makan di mall, mending makannya nanti saja di rumah, atau makan mi ayam di pinggir jalan, bisa hemat lebih banyak.

Menurut ekonom dari Center of Economic and Law Studies, Nailul Huda berpendapat, “Hiburan paling murah saat ini ya jalan-jalan ke mall tanpa membeli. Kalau pun mau beli, biasanya mereka akan cari harga yang lebih murah lewat platform daring”.

Sementara menteri perdagangan, Budi Santoso mengatakan ialah sebuah kewajaran jika fenomena Rojali dan Rohana ini terjadi, bahkan ini merupakan sebuah kebiasaan lama, bukan hanya dampak ekonomi masyarakat saat ini. “Kan kita bebas, mau beli di online maupun offline, dari dulu sudah begitu, banyak konsumen yang datang ke mall buat ngecek kualitas barang sebelum membeli secara daring”.

Perilaku Ekonomi dalam Kaca Mata Islam

Sementara jika kita merujuk dalam agama Islam, tentu saja perilaku ekonomi seperti ini, sudah sesuai dengan nilai-nilai agama. Yaitu, bertanggung jawab secara sosial, konsumsi tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga harus mempertimbangkan dampak sosial, belanja juga harus dengan penuh pertimbangan, sesuaikan dengan ekonomi. Jika merasa tidak mampu, jangan sampai harus berutang kepada orang lain, hanya karena malu tidak mampu membeli.

Rojali, Sebuah Privilege Kaum Bawah

Jalan-jalan ke pusat perbelanjaan tanpa membeli juga menjadi sebuah privilege bagi masyarakat ekonomi ke bawah. Tidak semua orang bisa ke mall setiap hari atau setiap akhir pekan. Ada masyarakat yang hanya pernah mengunjungi mall cuma sekali atau tidak pernah sama sekali, karena keterbatasan ekonomi, juga jarak yang tidak memadai.

Sehingga, menjadi sebuah kewajaran. Jika dalam setahun sekali, mereka ingin cuci mata dengan liburan ke mall. Terlebih jika dapat membawa anak-anak bermain di pusat permainan.

Intinya, kita tidak boleh menilai perilaku orang lain secara berlebihan. Meski bagi kita hal biasa pergi dan makan di mall. Namun, ada sebagian dari kita yang melihat mall adalah sebuah tempat liburan yang telah lama menjadi impian. []

Tags: Belanja OnlineDaya BeliekonomiFenomena RojaliKonsumenPusat Perbelanjaan
Ayu Bejoo

Ayu Bejoo

Pegiat Literasi & Aktivis Gender

Terkait Posts

Sekolah Rakyat

Ketika Sekolah Rakyat Menggusur SLB: Potret Pendidikan Inklusi yang Semu

28 Juli 2025
Ruang Publik

Disabilitas Netra dan Ironi Aksesibilitas Ruang Publik

26 Juli 2025
Suluk Damai

Suluk Damai di Negeri Bhineka melalui Peran LKLB dalam Merawat Toleransi

24 Juli 2025
Perlindungan Anak

Mengapa Perlindungan Anak Harus Dimulai dari Kesadaran Gender?

23 Juli 2025
Pesantren Inklusif

Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik

22 Juli 2025
Perselingkuhan

Perselingkuhan, Nikah Siri dan Sexually Discipline

22 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tren S-Line

    Refleksi Tren S-Line: Bagaimana Jika Dosa Kita Terlihat Jelas Atas Kepala?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Rojali, Sebuah Privilege Kaum Bawah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beruntungnya Menjadi Anak Sulung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah Godaan Laki-laki Adalah Fitnah Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Reinterpretasi Hadis Fitnah Perempuan dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • A Letter for 23: Pengalaman Perempuan Menjadi Sehat, Cerdas, dan Berdaya
  • Pola Relasi Suami dan Istri
  • Ketika Sekolah Rakyat Menggusur SLB: Potret Pendidikan Inklusi yang Semu
  • Benarkah Godaan Laki-laki Adalah Fitnah Perempuan?
  • Fenomena Rojali, Sebuah Privilege Kaum Bawah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID