Mubadalah.id – Film Ipar Adalah Maut merupakan cerita drama yang mengadaptasi dari kisah nyata yang viral di TikTok. Cerita ini berfokus pada perselingkuhan suami dengan adik iparnya sendiri yang menyebabkan rumah tangga pasangan Aris dan Nisa rusak.
Hanung Bramantyo selaku sutradara film ini turut mengandeng artis tersohor tanah air, yakni Deva Mahendra, Michelle Ziudith, dan Davina Karamoy sebagai bintang film.
Film ini diproduksi MD Picture oleh Manoj Punjabi dan dijadwalkan tayang pada 13 Juni 2024 di bioskop terdekat
Sinopsis Film Ipar Adalah Maut
Mulanya Aris dan Nisa hidup sebagai keluarga muda yang telah memiliki seorang anak perempuan. Mereka memiliki kehidupan yang harmonis dan tidak ada problem. Namun semuanya berubah, ketika Rani (adik Nisa) ikut tinggal bersama mereka.
Rani yang saat itu tengah menempuh jenjang perkuliahan, mulai tertarik kepada sosok kakak iparnya, yaitu Aris. Ia juga berupaya menggoda dan memikatnya. Ia sering berpakaian provokatif, mendekati Aris dengan pembicaraan yang tidak pantas, dan hubungan keduanya semakin intim, bahkan ketika Nisa berada di sekitar mereka.
Media Menguak Kebenaran
Perselingkuhan yang terjalin antara Aris dan Rani tidak hanya terjadi sekali, tetapi berulang kali tanpa sepengetahuan Nisa. Melalui jejak digital di media sosial, Nisa akhirnya mengetahui perselingkuhan tersebut setelah mencurigai perubahan perilaku suaminya.
Awalnya dia masih berusaha untuk mempertahankan pemikiran yang positif. Namun, ketika kecurigaannya mencapai puncak, Nisa mulai memeriksa ponsel suaminya dan menemukan banyak video tidak senonoh yang menampilkan Aris dan Rani.
Rasulullah Saw. bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ . قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ
“Jangan kamu sekalian masuk ke dalam (ruang) wanita”. Mereka bertanya: “Bagaimana dengan saudara ipar?” Rosulullah Saw. menjawab:”Saudara ipar adalah kematian”. (HR. Al-Bukhori no. 5232 dan Muslim no. 2172)
Ipar yang dimaksud dalam hadis bukan hanya ipar saja namun setiap kerabat dekat istri yang bukan mahram. Yang masih mahram bagi suami dari keluarga istri adalah seperti ayah dan anaknya.
Al Laits berkata bahwa ipar yang dimaksudkan adalah ipar (saudara laki-laki dari suami) dan keluarga dekat suami, sehingga apa yang dikatakan oleh Al Laits menunjukkan bahwa ipar itu bukan mahram bagi istri.
Hadis lainnya:
“لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا”
“Janganlah salah seorang di antara kalian berdua-duaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah ketiganya.”
(HR. Ahmad 1: 18. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih, para perawinya tsiqah sesuai syarat Bukhari-Muslim).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa saudara ipar perempuan (saudara dari istri) adalah bukan mahram dan perlu menghindari situasi dan kondisi berdua-duaan dengan mereka.
Kedua hadis tersebut menyebut bahwa ipar adalah mereka yang termasuk keluarga dekat istri atau sebaliknya dan bukan mahram. Sebab bukan mahram inilah yang menyebabkan hadis-hadis tersebut memberikan penekanan untuk menjaga diri dari perilaku yang dapat menimbulkan fitnah dan menghindari berkhalwat.
Adab Terhadap Ipar Dalam Islam
Al-Qur’an tidak menyebut secara eksplisit tentang adab terhadap ipar. Akan tetapi, Al Qur’an memperkenalkan beberapa konsep terkait dengan hubungan antara suami, istri, dan kerabat yaitu khalwat dan mahram.
Dalam konsep mahram, ipar bukanlah bagian dari mahram kita. Oleh sebab itu, kita harus menutup aurat saat berada di depan ipar. Memang, hal ini tidak mudah terutama jika kita tinggal serumah dengan ipar. Namun, kita tetap harus menjaga adab ini.
Selain itu, jangan pernah berdua-duaan (berkhalwat) dengan ipar. Maksudnya adalah ipar yang lawan jenis. Adapun ipar yang sesama laki-laki atau sesama perempuan, maka tidak apa-apa. Jika terpaksa harus pergi dengan ipar, pastikan mengajak orang lain atau mahramnya.
Dengan menerapkan aturan adab ini, niscaya kerusakan dapat dicegah dan hubungan dengan ipar dapat terjalin harmonis dan sesuai dengan syariat Islam. Di samping itu, perlu adanya sikap saling mengerti dan menjaga diri sehingga tidak terjerumus pada hal yang dilarang oleh agama.
Kita harus tetap berlaku baik dan bersikap sopan terhadap siapapun, namun dengan tetap memperhatikan batasan-batasan dalam berinteraksi. Semoga kita dijauhkan dari kemudharatan. Aamiin. []