• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Hari Arafah, Menyimpan Kisah Lintas Zaman

Pada hari Arafah kita disunnahkan untuk memperbanyak doa, dan juga menjalankan puasa arafah bagi yang tidak sedang menjalankan ibadah haji

Belva Rosidea Belva Rosidea
27/06/2023
in Hikmah, Rekomendasi
0
Hari Arafah

Hari Arafah

930
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dzulhijjah menjadi bulan besar bagi umat Islam. Sebab di bulan inilah dilaksanakannya ibadah haji dan ibadah qurban di Hari Raya Idul Adha. Begitu banyak kemulian Dzulhijjah hingga umat islam berlomba-lomba untuk mencari sebanyak-banyaknya pahala.

Di bulan ini pula, kita akan sering mendengar kata “Arafah”, karena berbagai ibadah terkait dengan kata tersebut, misalnya: wukuf di Arafah, atau puasa Arafah. Lalu, apa sebenarnya Hari Arafah itu?

Berdasarkan Tarikh al-Hajj, Arafat merupakan sebuah daerah padang sahara (Shara’) yang terletak di timur Mekkah. Kira-kira berjarak 21 kilometer dari Mekkah dengan luas 8 kilometer persegi, terdapat di antara jalan Thaif dan Mekkah.

Sejarah penamaan “Arafah” ini berdasarkan pada beberapa pendapat, di antaranya dalam Tafsir Ibnu Katsir. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib ceritakan, bahwasanya Allah mengutus Malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim.

Kemudian Malaikat Jibril melakukan haji bersama Nabi Ibrahim, setelah sampai ke tempat tersebut (Arafah), Nabi Ibrahim berkata “Araftu” (Aku Tahu), karena sebelumnya Nabi Ibrahim sudah pernah mendatangi tempat tersebut. Di balik penamaan tersebut, nyatanya ada berbagi peristiwa lintas zaman yang terjadi di padang Arafah.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa di bumi

Setelah peristiwa memakan buah Khuldi, Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi dan terpisah jarak yang membutuhhkan waktu bertahun-tahun untuk akhirnya bertemu kembali. Menurut sejarah, Nabi Adam turun di India. Sedangkan Hawa diturunkan di Irak hingga keduanya bertemu lagi di Jabal Rahmah yang terletak di Arafah setelah melakukan pertaubatan.

Doa taubat Nabi Adam dan Siti Hawa ini diabadikan di dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 23, yang artinya: “Keduanya berkata, Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi” (QS Al A’raf : 23).

Petunjuk dari Mimpi Nabi Ibrahim

Seperti yang kita tahu bahwa Nabi Ibrahim begitu menyayangi putranya, yakni Nabi Ismail. Di mana ia telah menantikan kelahirannya selama bertahun-tahun. Allah ingin menguji keimanan Nabi Ibrahim dengan sesuatu yang begitu ia sayangi, semata-mata agar Nabi Ibrahim tidak lupa bahwa segala yang ada di dunia ini hanyalah titipanNya. Termasuk putranya, Ismail.

Dalam kitab ‘Umdah al-Qari’ Syarh Shahih al-Bukhari’, setelah peristiwa mimpi yang Nabi Ibrahim alami untuk menyembelih Ismail, beliau tetap masih ragu (tarwiyah) kemudian yakin setelah adanya wahyu pada malam arafah.

Tempat Wukuf Sebagai Inti dari Ibadah Haji

Wukuf berasal dari kata Waqafa-Yaqifu-wuqufan yang bermakna berhenti, diam tanpa bergerak. Wukuf saat haji dilaksanakan pada waktu di antara setelah matahari tergelincir ke barat pada 9 Dzulhijah sampai pada terbit fajar di malam 10 Dzulhijah. Berdiam diri saat wukuf tersebut menjadi momentum untuk muhasabah diri, merenung, berintrospeksi dan bertaubat kepada-Nya.

Wukuf mengisyaratkan pentingnya berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan duniawi. Berhenti dari kerutinan dan aktivitas, berhenti sejenak agar dapat berpikir, menimbang, dan merencanakan agenda kehidupan jangka panjang. Padang Arafah juga menggambarkan bagaimana umat manusia nanti di padang Mahsyar berkumpul dalam status yang sama sebagai hamba Allah.

Tak ada lagi kesombongan, tak ada lagi status sosial. Di Padang ‘Arafah itu, manusia insaf dan menyadari dengan sesungguhnya akan betapa kecilnya dia dan betapa agungnya Allah. “Haji itu adalah Wukuf di ‘Arafah, maka barangsiapa yang mengetahui (wukuf di ‘Arafah) pada malam ‘Arafah, hingga menjelang terbitnya Fajar dari malam berkumpulnya para jama’ah, maka sungguh hajinya telah sempurna” (HR. Abu Daud).

Khutbah terakhir Rasulullah saat haji Wada

Rasulullah menyampaikan khutbahnya saat haji wada’ pada tanggal 9 Dzulhijjah Tahun ke-10 Hijrah. Khutbah tersebut kita kenal sebagai “deklarasi Arafah” menjadi khutbah perpisahan sebelum beliau meninggal dunia.

Dalam khutbah tersebut, Rasulullah sangat menekankan nilai-nilai kemanusiaan yang selaras dengan nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) masa kini. Jadi jauh sebelum deklarasi HAM manapun ada, Islam sudah mengenal HAM sebagaimana tersurat dalam QS.Al-Maidah ayat 32.

Keistimewaan Hari Arafah

Hari Arafah yang jatuh tiap tanggal 9 Dzulhijjah memiliki begitu banyak keistimewaan sebagaimana penjelasan dalam banyak hadist. Aisyah RA berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Tiada hari yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka selain dari hari Arafah…. (HR Muslim dari ‘Aisyah RA).

Begitu pula dalam hadist lain, “Tidak ada hari di mana Allâh azza wajalla membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim no. 1348).

Pada hari Arafah kita disunnahkan untuk memperbanyak doa, dan juga menjalankan puasa arafah bagi yang tidak sedang menjalankan ibadah haji, sebagaimana hadis Rasulullah, “puasa di hari ‘arafah menghapuskan (dosa kecil) yang dilakukan tahun yang lalu dan tahun yang berjalan”. (HR.Muslim).

Imam Malik menganjurkan bagi yang melaksanakan ibadah haji untuk tidak berpuasa. Sedangkan Imam Syafi’i menyatakan bahwa beliau lebih senang bagi yang melaksanakan ibadah haji untuk tidak berpuasa. Anjuran ini agar yang menjalani ibadah haji dapat berkonsentrasi dalam berdoa. Karena wukuf di Arafah tentunya membutuhkan energi, kekuatan, dan ketekunan yang luar biasa. []

 

 

 

 

Tags: dzulhijjahHari ArafahHari Raya Iduladha 1444 HislamKurbansejarah
Belva Rosidea

Belva Rosidea

General Dentist

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version