• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Intoleransi Bukan Ajaran Agama

Mengapa mengenalkan nilai toleransi menjadi kian penting? Karena berdasarkan banyak penelitian angka intoleransi masyarakat Indonesia sudah semakin mengkhawatirkan. Sebut saja Wahid Institute yang menampilkan data 50 persen lebih mayoritas orang Islam tidak setuju pendirian rumah ibadah agama lain di sekitar lingkungannya.

Zahra Amin Zahra Amin
19/11/2018
in Aktual, Featured
0
Intoleransi Bukan Ajaran Agama

Ilustrasi: pixabay[dot]com

120
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id–  Intoleransi bukan ajaran agama. Hal itu tergambar dalam acara pada Sabtu-Minggu, tanggal 17 sampai 18 November 2018 saya berkesempatan mengikuti Festival Film Toleransi di Auditorium Institute Francais Indonesia (IFI) Jakarta. Kegiatan tersebut terselenggara atas insiatif pegiat toleransi Monique Rijkers.

Dalam informasi yang saya terima, Festival Film Toleransi diadakan selama empat hari, sejak Kamis 16 November 2018 bertepatan dengan peringatan Hari Toleransi Internasional yang dirayakan setiap tahun. Festival Film Toleransi ini sudah tahun ke-3 diadakan.

Mengapa mengenalkan nilai toleransi menjadi kian penting? Karena berdasarkan banyak penelitian angka intoleransi masyarakat Indonesia sudah semakin mengkhawatirkan. Sebut saja Wahid Institute yang menampilkan data 50 persen lebih mayoritas orang Islam tidak setuju pendirian rumah ibadah agama lain di sekitar lingkungannya.

Fakta ini menjadi benih intoleransi yang tumbuh subur di Indonesia. Dan tanpa sadar kita akan mewariskan kebencian pada generasi muda tentang segala hal yang berbeda dengan diri kita. Maka untuk mencegah agar sikap intoleransi tidak semakin meluas, sedini mungkin anak-anak diajarkan tentang makna perbedaan dan kesalingan.

Pada kesempatan itu ditayangkan 14 film toleransi yang bisa ditonton secara gratis selama empat hari. Lalu di hari terakhir ada diskusi dengan tema “Toleransi terhadap Intoleran”, dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya.

Baca Juga:

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

Jalan Mandiri Pernikahan

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

KB dalam Pandangan Islam

Sedikit catatan saya tentang diskusi tersebut, bahwa intoleransi hadir karena ada pendiaman. Menganggap jika hal itu sudah biasa terjadi, selama tidak menyangkut dirinya dan hanya tentang orang lain. Lalu setelah itu ada pembiaran hingga akhirnya menjadi wajah intoleransi yang melukai banyak orang.

Lalu bagaimana menempatkan perspektif agama dalam menyikapi intoleransi? Begitu pertanyaan yang disampaikan moderator Monique pada diskusi kemarin. Masing-masing narasumber menyampaikan jawabannya.

Alto Labetubun (praktisi  keamanan dan perdamaian) mengatakan agama seringkali dijadikan sebagai pembenaran, karena ayat-ayat dalam semua kitab suci berisi tentang kebenaran. Karena itu agama kerapkali dipakai untuk memanipulasi sesuai dengan kepentingan yang menguntungkan. Ini yang harus dihentikan, generasi milenial harus bersuara, bukan saatnya lagi untuk diam.

Sementara itu Satria Adhitama menyampaikan bahwa jika kita ingin fanatik boleh, tapi di dalam hati yang berkaitan dengan keimanan. Tetapi di luar harus menjalankan rasa simpati dan empati pada orang lain. Menunjukkan kepedulian meski pada orang yang berbeda dengan kita.

Kemudian Nasir Abas menambahkan, agama selama ini digunakan sebagai alat untuk pembenaran, sesuai dengan keinginan mereka. Maka kita harus menggunakan nalar untuk mengkritisi agar kita tidak ikut terpengaruh. Mempelajari agama dengan utuh, tidak sepotong-sepotong.

Pada kesempatan berbeda, saya teringat dengan pesan yang juga disampaikan KH Husein Muhammad dalam buku ‘Pendar-Pendar Kebijaksanaan’ yang memaknai toleransi. Dalam bahasa agama toleransi disebut al-samahah atau al-tasamuh. Secara literal istilah ini berarti memudahkan dan murah hati, tepo seliro, tenggang rasa, tidak menyulitkan atau tidak memberatkan dan memberi tempat kepada orang lain.

Menurut Buya Husein, Islam adalah agama toleran. Bila ada fakta tindakan yang membuat sulit orang, memberatkan atau menderitakan maka itu bukan ajaran agama Islam, karena itu merupakan tindakan intoleran.

Syekh Wahbah al-Zuhaili ahli Fiqih kontemporer terkemuka dari Suriah, dikutip dari buku yang sama, mengatakan bahwa toleransi dalam Islam meliputi lima nilai dasar. Ia adalah persaudaraan atas dasar kemanusiaan, pengakuan dan penghormatan terhadap yang lain, kesetaraan semua manusia, keadilan sosial dan hukum serta kebebasan yang diatur oleh undang-undang.

Maka jika melihat Indonesia sebagai rumah bersama, di mana antar satu sama lain mempraktekkan prinsip kesalingan, intoleransi perlahan akan digantikan dengan sikap toleransi. Meski dalam beberapa hal memang kita harus tegas ketika menemukan benih intoleransi. Segera berbagi kesadaran toleransi, atau tidak sama sekali. Sebab bila begitu kita hanya menunggu waktu, kehancuran rumah bersama tinggal menanti di depan pintu.

Demikian penjelasan terkait intoleransi bukan ajaran agama mana pun. Agama memiliki sikap cinta dan kasih sayang. Baik kepada manusia dan makhluk apa pun. [Baca juga: Apakah Intoleransi Itu?]

Tags: agamaBuya HuseinFilmIFIintoleranislamKesalingannilaipluralismeprinsiptoleransi
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version