• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Islamisasi bukan Arabisasi

Mubadalah Mubadalah
04/10/2022
in Kolom
0
Islamisasi bukan Arabisasi

Islamisasi bukan Arabisasi

36
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Islam menyebar secara luas sejak para sahabat Nabi SAW melakukan pembebasan pada negara-negara yang ada di sekitarnya. Namun Islam sampai ke Nusantara bukan dengan cara itu, melainkan melalui jalur pendagangan yang banyak dilakukan oleh para saudagar dari Timur Tengah. Berikut Islamisasi bukan Arabisasi.

Dengan arif dan bijaksana, para pembawa Islam ke Nusantara berbaur dengan lembut melalui kultur dan budayanya, bukan dengan cara kekerasan.

Hal ini dilatarbelakangi oleh masyarakat Nusantara yang ramah dan menerima kedatangan islam dengan tangan terbuka. Beginilah hakikatnya islam, menebarkan kasih sayang dan kemaslahatan, mencoba untuk membuktikan bahwa Islam benar-benar rahmat li al-‘alamin.

Islam datang ke Arab untuk mengoreksi budaya yang berlaku dan memperbaiki apa yang tidak sesuai dengan ajarannya. Islam datang untuk mempengaruhi budaya agar lebih manusiawi.

Masyarakat Arab pra Islam merupakan suatu struktur masyarakat yang terkontaminasi oleh ajaran Jahiliyah yang amat kental. Penyembahan terhadap berhala membuat mereka tidak menyadari esensi tauhid yang sesungguhnya. Ajaran Jahiliyah inilah yang menjadi faktor utama mengapa mereka hidup jauh dari kesadaran kemanusiawian.

Baca Juga:

Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Namun, budaya tak dapat sepenuhnya dihapuskan, karena budaya merupakan hasil fikiran manusia yang kemudian menjadi kebiasaan, maka sulit jika Islam harus secara bersih menghapus tradisi dan budaya masyarakat setempat yang sudah bertahun-tahun bahkan berabad-abad mengakar kuat.

Dari sini Islam berperan aktif sebagai pengoreksi, di mana budaya yang sudah berlaku pada suatu struktur masyarakat di dalamnya ditanami nilai-nilai keislaman, sehingga adat dan kebudayaan setempat menjadi lebih variatif dan bernilai tinggi.

Nusantara yang memiliki budaya kerukunan yang amat tinggi menerima kedatangan Islam dengan tangan terbuka karena Islam dipandang memberikan kedamaian, Islam dipandang sangat ramah dalam menyapa masyarakatnya karena sama sekali tidak melakukan kekerasan.

Hal ini sungguh amat jauh berbeda dengan pandangan dunia terhadap Islam saat ini yang terkesan sebagai agama perang. Padahal Islam mengambil jalan akhir dengan perang hanya dalam keadaan terancam dan sangat mendesak, itu pun setelah dilakukan negosiasi yang amat panjang dan dalam rangka pembelaan diri.

Islamisasi di Nusantara sangat berbeda dengan islamisasi yang terjadi di daerah lain. Di sini Islam benar-benar menunjukan prinsipnya sebagai rahmat. Dengan lembut Islam berbaur dengan adat budaya setempat tanpa menyalahkannya meskipun kurang sesuai dengan ajaran Islam.

Namun Islam meluruskannya dengan perlahan, mencoba menanamkan nilai-nilai Islam yang rasional, yang dapat dengan mudah difahami oleh masyarakatnya.

Sehingga di Nusantara, Islam menciptakan corak baru yang dikenal dengan Islam Nusantara, yaitu Islam yang tetap eksis dengan ajaran dan aturannya yang amat ketat namun berbaur dalam adat budaya Nusantara yang sangat berwarna. Karena islamisasi bukanlah arabisasi, Islam dirasa tidak perlu membawa-bawa budaya Arab ke lokasi manapun yang menjadi medan dakwahnya.

Islam diturunkan pertama kali di Arab adalah untuk mengoreksi dan memperbaiki budaya Arab yang lebih banyak menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan, bukan untuk mengakui bahwa Islam adalah Arab. Hal ini lebih selaras dengan prinsip rahmat li al-‘alamin Islam, di mana Islam memberikan kasih sayang kepada seluruh kehidupan tanpa harus meruabah adat budaya yang berlaku menjadi ke arab-araban.[]

Demikian penjelasan terkait Islamisasi bukan Arabisasi. Semoga penjelasan Islamisasi bukan Arabisasi bermanfaat. (Baca juga: Impak Islamisasi di Malaysia: Tudung sebagai Identiti Muslimah Sejati dan Isu Pengawalan Moraliti Perempuan

*Tulisan ini adalah refleksi penulis atas Kuliah Umum dari Hj. Dr. Nurrofi’ah, dosen pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) dan Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 7 November 2017 di Ma’had Aly Kebon Jambu. Penulis adalah mahasantri di kampus tersebut. Refleksi ini terdiri dari empat tulisan yakni: Tafsir Qur’an Persektif Kesetaraan, Poligami Terbatas Menuju ke Arah Monogami, Islamisasi bukan Arabisasi, dan Solusi Tafsir Al-Qur’an Kontemporer.

Tags: ArabisasiBudayahilyatul auliaIndonesiaislammasyarakatNusantaraPribumisasi
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam
  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID