Mubadalah.id – Al-Qur’an merupakan landasan normatif bagi umat Islam dalam menuju kehidupan yang sejahtera di dunia maupun akhirat. Al-Quran tidak hanya mengajarkan tentang ibadah seorang manusia dengan Tuhannya, tapi juga mengajarkan nilai-nilai kebenaran yang universal. Salah satunya yang berkaitan tentang makna al qist dalam Al Qur’an, yang merupakan pembagian dari makna adil. Pada kesempatan ini penulis akan mempersempit analisa kata adil dengan kajian semantik terhadap kata al-Qist
Makna Al Qist dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an kata al-Qist disebutkan sebanyak 25 kali baik dalam bentuk fi’il, mashdar, dan isim fa’il. Al-Qist adalah isim masdar dari kata kerja قسط – يقسط yang artinya lurus. Kata al-Qist dalam Mu’jam Ma’Qayis al-lugah berasal dari kata ق – س – ط rangkaian huruf-huruf ini memiliki dua makna yang bertolak belakang yaitu (al-Qist) yang memiliki makna takaran, timbangan, dan bagian (al-Qast) yang memiliki makna kecurangan .
Adapun makna dasar dari kata al-Qist adalah seimbang dan tepat. Sehingga dapat dipahami bahwa makna al-Qist dalam al-qur’an artinya seimbang, tidak condong, dan sesuai takaran. Untuk memahami makna Al Qist dalam Al-Qur’an secara hakikat, diperlukan makna relasional. Yaitu suatu makna yang konotatif yang diberikan terhadap makna yang sudah ada. Sehingga mampu memunculkan makna baru. Hal ini diperlukannya analisis sintagmantik dan paradigmatik.
Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik Makna Al Qist dalam Al-Qur’an
Sederhananya analisis sintagmatik ini digunakan untuk menentukan suatu kata dengan memperhatikan kata yang sesudah dan yang sebelumnya. Melalui analisa sintagmantik ini kata al-Qist terkait dengan beberapa kata yaitu al-mizan, yatim, dan qawwam.
Lalu jika dari analisa paradigmatik, komparasi suatu konsep lain baik dari sinonimnya atau antonimnya. Dari jangkauan sinonimnya, terdapat kata (al-mizan) dan (al-kayl), sementara dalam jangkauan antonimnya terdapat kata (janafa) dan (al-mayl).
Dari penjelasan makna al-Qist diatas dengan makna yang mengelilinginya, maka dapat disimpulkan, bahwa medan semantik yang terbentuk dari al-Qist ini menggunakan kata kunci al-mizan, al-kayl, al-mayl, janafa, yatim, dan qawwam.
Mengungkap suatu makna kata dalam kajian semantik, tentu saja tidak bisa meninggalkan salah satu aspek yaitu diakronik dan sinkronik. Kedua analisis ini berguna sebagai pemahaman suatu kata. Karena dalam suatu kosa kata terkandung pandangan dunia (world view). Prasangka suatu masyarakat yang menggunakannya dan tentu mampu menggambarkan suatu kultur pada saat tertentu.
Dalam kajian Al-Qur’an, analisa ini menggunakan 3 periodesasi, pra-Qur’an, saat Qur’an, dan pasca Qur’an. Dalam analisis kata al-Qist ditemukan syair karya Ibnu manzur dalam Lisan al-‘Arab,
يسفي لضغن قسوط القاسط
“Adil adalah ketika sembuh dari kecenderungan.”
Syair ini menyatakan sungguh Allah Swt adil, karena tidak ada keberpihakan dalam pembagian rezeki hambanya. Dari syair ini didapati kata al-Qist digunakan dalam ranah sempit sebatas kata at-Tawazun (tepat dan seimbang).
Analisis Masa Al-Qur’an
Pada masa Qur’an kata al-Qist tidak jauh berbeda penggunaannya, hanya sebatas makna aslinya, belum secara spesifik menggambarkan tentang bagaimana memperlakukan keadilan dalam lingkup luas. Pada masa Qur’an ini layaknya seperti masa periode kenabian, Makkah dan Madinah. Layaknya dakwah masa nabi yang dalam penyebaran Islam memiliki perbedaan antara periode Makkah dan Madinah.
Pada periode Makkah dakwah nabi tertuju kepada ketauhidan sehingga dalam hal ini kata adil mengalami perubahan makna dasar secara drastis, karena adanya qarinah yang menyertai kata al-Qist, seperti pada surat Qs. Al-Jinn: 14 dan 15.
Selanjutnya pada periode Madinah dakwah nabi semakin berkembang tidak lagi tertuju kepada ketauhidan, tapi sudah lebih kepada Ijtimaiyah (sosial kemasyarakatan). Dalam hal ini kata al-Qist mulai berkembang untuk penggunaan yang lebih luas, mencangkup kehidupan sehari-hari, adil dalam hukum utang-piutang, adil dalam hak (harta) anak yatim, dan adil dalam persaksian.
Analisis Pasca Al-Qur’an
Setelah Al-Qur’an turun, tentu istilah kata al-Qist ini yang dulunya hanya bermakna seimbang atau sesuai takaran mengalami pergesaran atau perubahan makna yang disebabkan oleh pengaruh kosa kata dalam Al-Qur’an. Contoh ungkapan al-Qist pada Al-Qur’an digunakan pembagian harta anak yatim yang harus adil sesuai takaran tidak menambah dan tidak mengurangi.
Dengan mengetahui pemaparan analisis semantik keadilan melalui makna al-qist dalam al-Qur’an, semoga kita bisa menambah wawasan tentang kosa kata dalam Al-Qur’an dan juga bisa memupuk kecintaan kita untuk terus belajar Al-Qur’an. Wallahu alam. []