• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Kenali Lima Stress Language dalam Menjalin Hubungan

Setelah mempelajari love language pasangan, kita akan mengusahakan agar pasangan kita merasa dicintai seutuhnya.

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
06/12/2024
in Keluarga
0
stress language

stress language

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Umum rasanya jika kita mendengar istilah love language. Lalu bagaimana dengan stress language? Ternyata tubuh kita tidak hanya membutuhkan unsur cinta dan kasih sayang. Ada sinyal lain yang harus kita pahami sebagai respon dari perasaan tidak nyaman atau tekanan lainnya.

Apa itu stress language?

Stress language merupakan cara seseorang dalam merespon stres melalui bahasa verbal, nada suara, pola perilaku, dan pola pikir. Pada dasarnya setiap manusia memiliki sisi emosional. Yaitu reaksi psikologis dan fisiologis terhadap suatu keadaan maupun kondisi yang melibatkan pengalaman, perilaku, dan perasaan.

Dengan memahami stress language, kita dapat mengontrol emosi negatif agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, kita dapat mengomunikasikannya kepada pasangan, kerabat, maupun teman secara bijak. Melansir dari website Hellosehat, ada lima jenis stress language yang dimiliki seseorang.

The Exploder

Sesuai dengan artinya yaitu bahan peledak. Seseorang dengan jenis ini cenderung reaktif dalam merespon tekanan atau masalah yang ada dalam dirinya. Emosi yang muncul seringkali berupa fight yaitu melawan. Misalnya ketika mereka terseret dalam situasi sulit atau tertekan, ia tidak segan untuk berteriak, marah-marah, atau juga bisa menangis.

The Imploder

Jika exploder adalah bahan peledaknya, maka imploder adalah si pembuat bahan peledak tersebut. Tipe imploder lebih suka memendam perasaan negatifnya. Ketika sedang banyak tekanan, mereka memilih untuk memendamnya. Sekilas lebih baik, namun dampak panjangnya lebih buruk dari exploder.

Baca Juga:

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

Sebut saja seperti bom waktu. Ia tidak meledak sekarang, namun berpotensi meledak di lain waktu dengan skala yang lebih besar tergantung berapa banyak tekanan yang terpendam selama ini. Maka tidak heran, menguraikan reaksi negatif secara bertahap sangat diperlukan dalam menjalin relasi dengan siapapun.

The Fixer

Hampir sama dengan exploder. Mereka cenderung reaktif dalam merespons suatu tekanan. Namun, fixer akan mengerahkan perhatiannya kepada solusi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Sedangkan exploder hanya fokus dalam menyalurkan emosinya.

Seseorang dengan jenis stress language ini cocok menjadi pemimpin. Karena mereka lebih fokus terhadap solusi bukan masalah. Sisi negatifnya, stress language ini dapat membuat seseorang untuk mencoba memperbaiki sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.

The Denier

Jenis Denier hampir sama dengan fawn (menghindar) dalam merespon tekanan. Bisa juga kita menyebutnya dengan istilah denial (menolak). Ketika masalah muncul, reaksi mereka adalah dengan mencari hal positif di dalamnya. Terdengar positif, namun kurang baik. Maka tidak heran banyak kalangan psikologis menyebutnya sebagai toxic positivity.

Cara ini bukan sepenuhnya salah, namun dapat mengantarkan seseorang pada situasi buruk yang berulang.

The Number

The Number secara sengaja membuat dirinya mati rasa terhadap perasaan stres. Mereka ingin terlihat baik-baik saja, meskpiun jiwanya penuh dengan tekanan. Alih-alih agar terlihat baik-baik saja, mereka mengalihkannya pada kegiatan yang justru merugikan.

Tak jarang, orang-orang dengan tipe ini memilih untuk menyalurkan stresnya dengan penyalahgunaan alkohol, konsumsi narkotika, kecanduan game dan gadget secara berlebihan.

Pentingnya mengetahui stress language dalam menjalin hubungan

Dalam romansa percintaan, akan rentan terjadi konflik jika tidak memiliki komunikasi yang sehat. Memahami stress language diri sendiri dan pasangan termasuk ke dalam komunikasi non verbal yang dapat meningkatkan sensitifitas (kepekaan) satu sama lain.

Setelah mempelajari love language pasangan, kita akan mengusahakan agar pasangan kita merasa dicintai seutuhnya. Pun sama dengan stress language, kita perlu mengetahui kondisi pasangan saat sedang berada di kondisi yang tertekan atau stres.

Pasangan adalah rumah, tempat kembali ketika seharian penuh beraktivitas di ruang publik. Melepas penat dan kembali mengisi energi dengan orang tercinta. Ketika pasangan kita sedang stres tapi kita tidak mengetahuinya, maka dapat menjadi magnet konflik. []

Tags: istrikeluargaKesehatan MentalRelasistress languagesuami
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID