• Login
  • Register
Sabtu, 4 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Kiai Helmi: Peserta DKUP Perlu Menempatkan Diri di Tiga Titik

Hal penting yang perlu diingat para peserta adalah pesan dari Kiai Helmi Ali, yang pada pertemuan pertama ini mengungkapkan persoalan, dan tantangan yang akan dihadapi para ulama perempuan di masa-masa yang akan datang

Sari Narulita Sari Narulita
04/03/2022
in Pernak-pernik
0
DKUP

DKUP

447
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ini adalah Dawrah Kader Ulama Perempuan (DKUP) yang diselenggarakan Fahmina dan diikuti 45 peserta dengan berbagai latar profil dan komunitas sosialnya. Kebanyakan para pemimpin pesantren, sisanya adalah akademisi, dan segelintir lagi, aktivis perempuan.

Oleh karena pandemi, metode kaderisasi dalam dawrah ini pun harus dilaksanakan secara online. Meski, beberapa waktu ke depan akan juga digelar secara offline. Memang di masa seperti ini, apalagi sebagai manusia yang kini dipaksa untuk akrab dengan dunia digital, sangat harus menyesuaikan diri dengan banyak platform digital.

Menurut Direktur Fahmina, Kang Rosidin, DKUP ini sejatinya adalah untuk peneguhan keulamaan perempuan itu sendiri, selain tentunya akan ada produk-produk  pengetahuan yang dihasilkan selama proses ini berlangsung.

Fahmina, sebagai salah satu Lembaga yang mengikhtiari KUPI I (begitupun untuk KUPI II nantinya, insya Allah), mengikhtiarkan proses pengkaderan keulamaan ini sudah sejak tahun 2004. Akronim yang dipakai kala itu tetap DKUP, namun ‘P’-nya adalah Pesantren.

Roziqoh menjelaskan dalam kapasitasnya sebagai fasilitator, bahwa tahun 2005-2017 namanya berubah nenjadi KIJ (Kursus Islam dan Jender). Baik DKUP versi 2004 maupun KIJ, pesertanya bisa laki-laki-laki, bisa juga perempuan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama
  • Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis
  • Mufassir Perempuan dalam Khazanah Keilmuan

Baca Juga:

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama

Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis

Mufassir Perempuan dalam Khazanah Keilmuan

Begitu masuk tahun 2018-sekarang, nama DKUP kembali dipilih, dengan mengubah huruf P menjadi Perempuan. Pengubahan huruf ini diilhami pasca Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang berlangsung di tahun 2017 lalu. Dan pada DKUP versi 2018 ini, para pesertanya khusus perempuan.

Seperti kata Ulama Perempuan dalam akronim DKUP, proses pengkaderan ini sendiri bertujuan menjadikan para peserta sebagai kader ulama perempuan yang paham ajaran Islam adil gender, menguasai metodologi KUPI, agar ke depan mampu menghasilkan fatwa-fatwa terkait isu yang berkembang  di masyarakat, yang harapan paling ujungnya adalah mampu melahirkan masyarakat adil gender.

Hal penting yang perlu diingat para peserta adalah pesan dari Kiai Helmi Ali, yang pada pertemuan pertama ini mengungkapkan persoalan, dan tantangan yang akan dihadapi para ulama perempuan di masa-masa yang akan datang.  Dalam era baru yang tidak terbayangkan sebelumnya oleh siapapun, kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dimana di dalamnya terdapat pergerakan media sosial yang masif, nyaris bisa merenggut kemanusiaan manusia.

Analisa Pak Kiai yang akrab disapa Abang ini mengingatkan kita bahwa jumlah penduduk dunia yang semakin banyak, evolusi media sosial yang membuat dunia seperti tanpa privacy, kemunculan metaverse yang akan mengaburkan dunia nyata dan dunia virtual, menjadi tantangan yang perlu dipikirkan secara serius.

Belum lagi kita mulai menghadapi kecerdasan buatan/Artificial Intelegence dimana robot sepenuhnya akan banyak mengambil alih. Yang paling terdampak dari ini adalah banyak orang kehilangan pekerjaan, terutama masyarakat yang tidak punya akses teknologi. Dan kemajuan teknologi canggih ini juga semakin membuat manusia ketergantungan terhadap penggunaan bahan-bahan kimia.

Selain itu, bencana ekologi yang saat ini makin memprihatinkan, juga perlu dipikirkan ke depannya. Misalnya, fakta bawah air laut semakin meningkat bahkan diproyeksikan ke depan bisa menenggelamkan pulau jawa, bukanlah hal yang mustahil terjadi. Sebab sistem produksi manusia saat ini sudah sangat berlebihan sehingga harus membabat habis hutan dan bahkan mengambil alih fungsinya.

Bagaimana imbasnya pada perempuan? Tak bisa dielakkan lagi, tentu saja kesenjangan dan ketidakesetaraan semakin parah. Di sinilah para peserta DKUP diharapkan agar tidak hanya terjebak dalam banyak wacana namun persoalan ekologi, kemiskinan, harus juga mulai menjamahnya.

Gerakan keulamaan perempuan perlu lebih kritis lagi melihat hal tersebut, sehingga kesadaran penuh terhadap hal di atas menjadi sangat penting. Singkatnya dalam proses pengkaderan ini, PERLU BERANGKAT DARI REALITAS alias tidak hanya berfokus pada WACANA. Alih-alih ini akan menjadi gerakan yang massif bagi masyarakat dan dinilai efektif.

Oleh karenanya menurut Bang Helmi, para peserta DKUP perlu menempatkan diri di tiga titik:

Pertama, berada di garis depan, yakni yang selalu menyuarakan persoalan perempuan yang dihadapi perempuan, termasuk kelangkaan SDM, kemiskinan, terutama hal-hal yang berujung melecehkan perempuan.

Kedua, ulama yang ada di tengah masyarakat, yang merespon kebutuhan masyarakat sehari-hari dan mengorganisirnya.

Ketiga, organisasi dan lembaga-lembaga pendukung yang perlu terus memberikan informasi kepada masyarakat.

Proses pengkaderan ini diproyeksikan tidak hanya berhenti pasca DKUP usai. Sebab ke depannya, tim panitia berkomitmen untuk melibatkan para peserta mendapatkan penguatan-penguatan perspektif, kursus kepenulisan, serta kegiatan-kegiatan halaqoh menuju KUPI II. Persis seperti harapan-harapan umum para peserta yang diutarakan di sesi-sesi akhir. []

 

Tags: DKUPJaringan KUPIPerempuan Ulamaulama perempuan
Sari Narulita

Sari Narulita

Staff Program Alimat Jakarta

Terkait Posts

Perempuan Masa Nabi Saw

Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

4 Februari 2023
Nabi Muhammad Saw

Kisah Saat Para Perempuan Menjadi Saksi Kelahiran Nabi Muhammad Saw

4 Februari 2023
Hijab

Makna Hijab Menurut Para Ahli

3 Februari 2023
Perempuan Berbicara dan Berpendapat

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

3 Februari 2023
Nabi Saw Menghormati Anak Perempuan

Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

3 Februari 2023
Nabi Khidr as

Kisah Saat Nabi Khidr As Menemui Pelayan Perempuan

3 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nabi Saw Menghormati Anak Perempuan

    Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik
  • Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker
  • Kisah Saat Para Perempuan Menjadi Saksi Kelahiran Nabi Muhammad Saw
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist