• Login
  • Register
Selasa, 6 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah Lintas Keberagaman: Pesan Utama Islam

Makan adalah salah satu indikator kesejahteraan dan perdamaian, dalam hadis lain banyak pula yang menggunakan redaksi afsyū as-salām “tebarkanlah perdamaian”. Maka memberi makan adalah salah satu cara untuk membantu sesama manusia menjadi sejahtera dan bahagia. Setelah menyebar perdamaian barulah Nabi menyebar ajaran Islam.

Nur Kholilah Mannan Nur Kholilah Mannan
06/12/2020
in Hikmah, Khazanah
0
Kisah Lintas Keberagaman

Kisah Lintas Keberagaman

145
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kisah lintas keberagaman dapat kita temukan pada sejarah Islam klasik. Suatu hari setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, Abu Bakar ra sebagai sahabat karib sekaligus khalifah setelah Nabi menanyakan perihal amal yang belum pernah ia lakukan kepada sayyidah Aisyah ra, putri sekaligus istri Nabi itu menjawab bahwa setiap hari Nabi tak pernah absen dari menyuapi seorang Yahudi buta di pasar tiga kali dalam seminggu.

Pengemis itu tak henti mengatakan “Jangan percaya Muhammad, dia pembohong, dia tukang sihir” sampai peluhnya bercucuran tampak letih. Alih-alih marah justru Nabi pulang mengambil makanan untuk diberikan kepada pengemis tadi.

Esoknya Abu Bakar menyuapinya, tak dinyana lelaki itu sadar bahwa dia bukanlah orang yang biasa datang, menyodorkan makanan dengan tangan lembut dan penuh kasih, ia mengatupkan mulutnya lalu Abu Bakar bertanya apa dia tahu siapa yang telah menyuapinya setiap hari, lelaki itu menggeleng dan Abu Bakar memberitahu bahwa dialah Muhammad yang setiap hari dihina dengan lisannya sendiri. Kemudian ia menangis dan bersyahadat masuk Islam.

Cuplikan cerita di atas sederhana namun sarat makna yang esensial dalam ajaran yang ia bawa, Islam. Memang bukan satu-satunya tapi salah satu hal yang menjadi asas dalam agama Islam adalah kemanusiaan. Mengasihi seluruh manusia dengan tanpa memandang status agama, ras, budaya, suku dan latar belakang yang lain.

Untuk menentukan baik dan buruk pada manusia tak perlu menunggu agama mengiyakan atau menolak, cukup hati nurani yang menentukan. Bahkan pengemis itu masuk Islam dengan kelembutan bukan dengan demo dan tindakan kasar apalagi amoral. Bapak bangsa kita juga sering mengingatkan, KH Abdurrahman Wahid dengan kalimatnya “Tidak penting apa agamamu dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua manusia maka orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu”.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Islam Adalah Agama Kemanusiaan
  • Membaca Muqaddimah Kitab Al Busyro; Sayyidah Khadijah adalah Teladan Perempuan Kita
  • Prinsip Kesetaraan Dalam Islam
  • Hari Lahir Pancasila: Upaya Mempererat Persaudaraan dan Menumbuhkan Sikap Toleransi

Baca Juga:

Islam Adalah Agama Kemanusiaan

Membaca Muqaddimah Kitab Al Busyro; Sayyidah Khadijah adalah Teladan Perempuan Kita

Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

Hari Lahir Pancasila: Upaya Mempererat Persaudaraan dan Menumbuhkan Sikap Toleransi

Mengasihi sesama sebagai bentuk kemanusiaan yang sesungguhnya melampaui agama, suku, usia, pun bentuk fisik, semuanya memiliki hak yang sama untuk mendapatkan sikap yang layak dari sesama manusia.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh ‘Ubādah, ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi tentang perbuatan yang paling utama, Nabi menjawab

إيمان بالله وجهاد في سبيله وحج مبرور، وأهون من ذلك: إطعام الطعام، ولين الكلام

“Iman kepada Allah, berjuang di jalan Allah dan haji mabrur. Ada Ada juga perbuatan yang lebih ringan dari itu semua; memberi makan dan berbicara lembut”

Tak ada yang lebih mendasar dari pada mengesakan Allah selanjutnya baru berjuang di jalan/agama Allah dan haji yang mabrur. Dua terakhir jika dijelaskan lebih panjang lagi akan menghabiskan halaman berlembar-lembar dan waktu yang tidak sedikit, Nabi paham itu sulit oleh karenanya ia menyebutkan perbuatan alternatif yang tak kalah utamanya; memberi makan dan berbicara lembut.

“Memberi makan” dalam tata bahasa termasuk kata kerja yang memiliki objek (muta’addī). Dugaan saya Nabi sengaja tidak menjelaskan siapa yang harus diberi makan. Kesengajaan ini justru yang melahirkan kasih tanpa batas, tanpa melihat latar belakang, artinya memberi makan siapapun, manusia-binatang, muslim-nonmuslim,  dan siapapun itu adalah perbuatan terpuji. Bukti yang paling relate adalah kisah Nabi di atas ketika Nabi memberi makan seorang Yahudi (bahkan ada yang mengatakan bahwa ia adalah seorang perempuan) yang menghina dirinya.

Makan adalah salah satu indikator kesejahteraan dan perdamaian, dalam hadis lain banyak pula yang menggunakan redaksi afsyū as-salām “tebarkanlah perdamaian”. Maka memberi makan adalah salah satu cara untuk membantu sesama manusia menjadi sejahtera dan bahagia. Setelah menyebar perdamaian barulah Nabi menyebar ajaran Islam.

Ini tahapan ideal dalam berdakwah. Bukan sebaliknya, menyebar ajaran dengan paksaan akan memperoleh umat yang damai, nyaris jauh dari kenyataan. Sebab hati manusia lebih tertarik pada perdamaian dan kasih sayang.

Berita masyarakat kita dalam minggu-minggu ini cukup miris, teror di Sigi Sulawesi Tengah yang belum terungkap motifnya, aksi pengepungan rumah ibunda  Mahfud Md di Pamekasan, pelecehan seksual pada perempuan dan masih banyak lagi masalah sosial yang pangkalnya berujung pada terkikisnya rasa cinta dan kasih sayang dalam hati manusia.

Semua ini bukan masalah ringan, merupakan tanggung jawab individual kita semua. Tentu dengan bidang yang digeluti, masing-masing bisa ikut berperan dalam mengubah sedikit demi sedikit masalah ini dan yang paling bisa kita lakukan adalah mengingatkan diri sendiri untuk mencintai dan mengasihi apapun dan siapapun. Gus Dur bilang “Tingkatkan iman! Gitu aja kok repot.” []

 

Tags: bulan gus durislamkeberagamanKH. Abdurrahman WahidKisah NabiPerdamaiantoleransi
Nur Kholilah Mannan

Nur Kholilah Mannan

Terkait Posts

Sa'i

Sa’i: Simbol Perjuangan untuk Meraih Kehidupan

6 Juni 2023
Tawaf

Rahasia Tawaf

6 Juni 2023
Hari Raya Idul Adha

Memaknai Hari Raya Idul Adha

6 Juni 2023
Bekerja

Allah Swt Memerintahkan Kepada Laki-laki dan Perempuan untuk Bekerja

4 Juni 2023
Agama Kemanusiaan

Islam Adalah Agama Kemanusiaan

4 Juni 2023
Keadilan Gender

Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

3 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ketimpangan Relasi Suami Istri

    Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Hari Raya Idul Adha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fatimah al-Banjari: Perempuan yang Mengisi Khazanah Kitab Kuning Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Sa’i: Simbol Perjuangan untuk Meraih Kehidupan
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi
  • Rahasia Tawaf
  • Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri
  • Fahmina Berikan Pendampingan Pengelolaan Sampah di 4 Pesantren

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist