• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Layla Majnun (4) ; Layla Tetap Perawan

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
05/03/2020
in Hikmah
0
295
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Qais berkawan Rusa

Tetapi Qais tak bisa menolak kehadiran cinta itu. Kerinduan dan Cinta itu telah merasuk diam-diam ke dalam hatinya dan kemudian menyatu ke dalam jantung jiwanya. Ia menjadi “gila” (majnun). Qais kemudian mengembara tanpa arah dan membiarkan tubuhnya tak terurus.

Rambutnya semrawut dan penuh debu. Ia mengarungi padang pasir yang luas dalam terik matahari yang membakar tubuhnya, seperti panas hatinya yang terbakar oleh cinta kepada Layla. Ia mendaki gunung gemunung dan memasuki hutan-hutan belukar, tanpa manusia. Ia menyendiri, merindu dan menangis. Ia kemudian bersahabat dengan para binatang.

Mereka menyayangi Qais, yang manusia itu, dan Qais juga menyayangi mereka. Mereka saling menyayangi. Hari-hari Qais di hutan dilalui bersama para binatang itu: ada rusa, domba, kelinci, singa dan lain-lain. Pada awalnya Qais dan para binatang itu tak saling memahami bahasa masing-masing. Tetapi hari demi hari dengan bahasa isyarat, akhirnya saling memahami. Mereka menjadi keluarga.

Sepanjang mereka saling berbuat baik, saling memberi dan saling menolong, mereka tak akan saling menyakiti atau mengancam. “Siapa menyayang akan disayang”. “Siapa yang merendahkan akan direndahkan”. “Apa yang kau berikan, itulah yang kau terima”. Begitu kata-kata bijak para Nabi dan para bijakbestari.
Sebuah hadits Nabi menyebutkan :

Baca Juga:

Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

الخلق كلهم عيال الله واحبهم اليه انفعهم لعياله
Semua ciptaan Tuhan adalah keluarga Tuhan. Yang paling dicintai-Nya adalah yang paling banyak memberikan manfaat”.

Layla Menikah tapi Tetap Perawan

Layla mendengar kabar kekasihnya di belantara hutan dan hari-harinya bersama para binatang itu. Dia menjerit keras lalu menangis. Air matanya terus mengalir, membasahi pipinya yang ranum itu. Bibirnya mendesahkan nama Qais. Dan sambil menangis dia kemudian menulis surat untuk Qais :

هَذِه الرِّسَالَةُ مِنِّى اَنَا رَهِينَةُ الدَّارِ وَقَعِيْدَةُ الْبَيْتِ … اِلَيْكَ يَامَنْ حَطَمَ اْلقَيْدَ وَصَارَ حُرّاً فِى السُّهُولِ وَالْجِبَالِ .
اَنْتَ شَبِيهُ عَيْنِ مَاءِ الْخِضِر تَأَلُّقاً.
وَلَا زِلْتَ مِثْلَ الْفِراشَةِ تُهِيمُ شَمْعَ الْوِصَالِ .
اِنِّى بِدُونِكَ عَلَى الْوَفَاءِ مُقِيمَةٌ .
وَهَذَا زَوْجِى . بَيْنَنَا لَا يُجْمِعُ رَأْسِى وَرَأْسَهُ فِرَاشُ . وَاِنِّى لَجَوْهَرَةٌ لَمْ تَقْرُبْهَا مَاسَّةٌ
وَكَنْزٌ مَخْتُومٌ لَمْ يُفْضَ.
وَ بَرْعَمَةُ بُسْتَانٍ لَمْ تَتَفَتَّحْ.
يَا مَنْ أَذْيَالُهُ فىِ الطُّهْرِ شَبِيهَةُ الْخِضِر.
تَعَالَ فَاسْقِنِى مَاءَ الْخُلُودِ كَالْخِضِرْ.
وَعَلىَ النَّأْيِ مِنْكَ لَنْ يَبْقَى طَوِيلًا هَذَا الْجِسْمُ.

“Surat ini dari aku, seorang perempuan yang terpenjara di rumahnya,
Ya, seorang perempuan yang sepanjang hari hanya duduk di rumah…
Untukmu duhai kekasihku.
Apa kabarmu, kekasih?
Bagaimana hari-harimu,
dengan siapakah engkau menjalani jam demi jam dalam hidupmu
di lembah-lembah
dan di gunung-gunung itu.
Aku kira engkau lebih bahagia daripada aku.
Engkau bisa bebas pergi ke mana saja, dengan siapa saja dan bisa makan apa saja, sedangkan aku?
Ketahuilah kekasihku,
Aku tak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya menunggu hari demi hari tanpa jiwa,
sambil terus mengingatmu dan merinduimu.
Duhai kekasih jiwaku, yang hatimu bagai mata air Hidhir, mata air keabadian.
Aku masih seperti dulu.
Meski aku telah menikah, namun aku bersumpah hatimu selalu ada di hatiku, Meski aku tidur satu rumah dengan suamiku,
tetapi kepalaku tak pernah menyentuh kepalanya di atas ranjang (La Yajma’u Ra’si wa Ra’sahu Firasy).
“Permata di tubuhku” yang dianugerahkan Tuhan masih tersimpan utuh, bersih dan tak pernah disentuh oleh jamahan tangan siapa pun.
“Harta karunku” yang paling berharga itu masih terkunci rapat dan tak pernah dibuka oleh tangan siapa pun.
Bungaku di taman masih tetap kuncup dan belum merekah, sebagaimana dulu. Duhai dikau yang jernihnya bagai air mata air Khidhir.
Kemarilah, tuangkan air keabadian Khidhir.
Jauhku darimu tak akan lama lagi.”

(Bersambung)

KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Setara

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

12 Juli 2025
Gender

Islam dan Persoalan Gender

11 Juli 2025
Tauhid

Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

11 Juli 2025
Tauhid dalam Islam

Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

11 Juli 2025
Membebaskan Manusia

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

11 Juli 2025
Berkeluarga

Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia

10 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Negara Inklusi

    Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara
  • Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah
  • Islam dan Persoalan Gender

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID