• Login
  • Register
Jumat, 1 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Layla Majnun (Habis) ; Pohon Pusara Berpelukan

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
08/03/2020
in Hikmah
0
243
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Berita kematian Qais itu menyebar ke seluruh penjuru desa itu dan menciptakan kesedihan publik luas. Mereka berduka cita mendalam, seraya mendoakan husnul khatimah dan bertemu kekasihnya: Layla.

Mereka lalu membawa tubuh Qais untuk dimandikan dan dishalati. Sesudah itu mereka berunding tentang di tanah mana Qais akan dikuburkan. Mereka sangat mengerti hubungan cinta Qais dan Layla. Lalu mereka sepakat bulat untuk menguburkan Qais di samping Layla, berdampingan tanpa jarak yang memisahkan. Di atas kuburan Laela dan Qais mereka menanam pohon wangi.

Acara penguburan Qais dihadiri oleh hampir seluruh penduduk desa. Selain mereka, hadir juga teman-teman Qais dari hutan. Wajah-wajah mereka sendu. Sebagian tersedu sedan. Suasana perkabungan berlangsung berhari-hari. Bunga warna warni yang wangi memenuhi kuburan dua manusia yang saling mencinta itu.

Waktu terus berjalan. Kisah cinta mereka dibicarakan di mana-mana selama berbulan-bulan. Beberapa waktu kemudian, di atas pusara itu tumbuh dua batang pohon wangi. Dan dalam beberapa waktu kemudian ranting dan daunnya pohon itu berpelukan dan menyatu. Di atas nisan kuburan itu tertulis : “Di sinilah berbaring dua jiwa yang sunyi, yang saling mencinta dan saling merindu dalam kesetiaan penuh dan tulus. Dua jiwa menyatu dalam cinta abadi. Mereka bertemu di surga keabadian”.

Cinta Platonis

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang
  • 7 Langkah agar Korban Kekerasan Seksual Segera Pulih
  • Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender
  • Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU

Baca Juga:

Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

7 Langkah agar Korban Kekerasan Seksual Segera Pulih

Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender

Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU

Kisah cinta romantis (al-Hubb al-Udzry) Layla dan Qais di atas kemudian menginspirasi para sufi falsafi. Layla dijadikan simbol Sang Kekasih dan Keindahan, sedangkan Majnun sebagai simbol para pencari atau para pengembara (al-salik) dan para pencinta (al-muhibb), si perindu (al-‘Asyiq).

Perjalanan menuju penyatuan antara Salik dan Sang Kekasih, ditempuh dan dilalui seperti perjalanan cinta Qais dan Layla. Cara pandang demikian inilah yang kemudian disebut sebagai “Cinta Platonis”, sebuah cinta kepada Tuhan dalam pandangan/filsafat Platon, filsuf terbesar dari Yunani, murid Socrates dan guru Aristo itu.

Para sufi besar, seperti Abu Yazid al-Bisthami, al-Hallaj, al-Ghazali, Ibn Arabi, Jalal al-Din Rumi, Samnun al-Muhibb, Zhunnun al-Mashri, Al-Sirr al-Saqathi, Farid al-Din al-‘Atthar, Ibn al-Faridh dan lain-lain menempuh dan mengarungi jalan itu.

Dengarlah kata-kata Ibnu Arabi, sufi pencetus gagasan Wahdah al-Wujud (Kesatuan Eksistensi ini:

انَّ الْحُبَّ الْحَقِيقِى بَيْنَ الْبَشَرِ هُوَ الْبِدَايَةُ لِلتَّعَرُّفِ اِلَى اللهِ وَالشُّعُورِ بِمَحَبَّتِهِ وَفَيْضِ عَطَآئِهِ وَكَرَمِهِ

“Sesungguhnya cinta tulus antarmanusia adalah awal perjalanan menuju pengenalan kepada Tuhan, memasuki pengalaman mencintai-Nya dan limpahan anugerah dan kemurahan-Nya.” Wallahu A’lam.

Para sufi Islam memperkenalkan cara pandang ini dalam karya-karya sastra filsafat mereka. Cinta Ketuhanan ini telah muncul sejak zaman Platon kemudian dikukuhkan kembali oleh mazhab Plotinus yang disebut Neoplatonisme. Itulah sebabnya mengapa kisah cinta Layla-Majnun yang pada awalnya dikenal sebagai cinta romantik, di tangan para sufi falsafi kemudian dikenal dengan sebutan Cinta Platonis. (Tamat) 

KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

pernikahan bukan solusi

Pernikahan Bukan Solusi untuk Meminimalisir Kekerasan Seksual

29 November 2023
Rahmah

Tadarus Subuh: Rasulullah SAW sebagai al Rahmah al Muhdah

28 November 2023
Asma al-Murabit

Asma Al-Murabit: Perempuan Ulama yang Menuntut Pembebasan Kaum Perempuan

27 November 2023
Insecure

Sering Insecure? Mari Memahami Makna QS At-Tin Ayat 4 Dengan Cermat!

27 November 2023
Asma al-Murabit

Kritik Asma Al-Murabit kepada Orang yang Melemahkan Perempuan

27 November 2023
Asma al-Murabit

Mengenal Lebih Dekat Asma al-Murabit

27 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anxiety

    Menyikapi Anxiety dengan Romanticizing Life ala Stoicisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni Hidup Berdampingan dengan Orang yang Menyebalkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang
  • 7 Langkah agar Korban Kekerasan Seksual Segera Pulih
  • Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender
  • Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU
  • Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist