• Login
  • Register
Minggu, 22 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Layla Majnun (Habis) ; Pohon Pusara Berpelukan

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
08/03/2020
in Hikmah
0
373
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Berita kematian Qais itu menyebar ke seluruh penjuru desa itu dan menciptakan kesedihan publik luas. Mereka berduka cita mendalam, seraya mendoakan husnul khatimah dan bertemu kekasihnya: Layla.

Mereka lalu membawa tubuh Qais untuk dimandikan dan dishalati. Sesudah itu mereka berunding tentang di tanah mana Qais akan dikuburkan. Mereka sangat mengerti hubungan cinta Qais dan Layla. Lalu mereka sepakat bulat untuk menguburkan Qais di samping Layla, berdampingan tanpa jarak yang memisahkan. Di atas kuburan Laela dan Qais mereka menanam pohon wangi.

Acara penguburan Qais dihadiri oleh hampir seluruh penduduk desa. Selain mereka, hadir juga teman-teman Qais dari hutan. Wajah-wajah mereka sendu. Sebagian tersedu sedan. Suasana perkabungan berlangsung berhari-hari. Bunga warna warni yang wangi memenuhi kuburan dua manusia yang saling mencinta itu.

Waktu terus berjalan. Kisah cinta mereka dibicarakan di mana-mana selama berbulan-bulan. Beberapa waktu kemudian, di atas pusara itu tumbuh dua batang pohon wangi. Dan dalam beberapa waktu kemudian ranting dan daunnya pohon itu berpelukan dan menyatu. Di atas nisan kuburan itu tertulis : “Di sinilah berbaring dua jiwa yang sunyi, yang saling mencinta dan saling merindu dalam kesetiaan penuh dan tulus. Dua jiwa menyatu dalam cinta abadi. Mereka bertemu di surga keabadian”.

Cinta Platonis

Baca Juga:

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

Relasi Hubungan Seksual yang Adil bagi Suami Istri

Kisah cinta romantis (al-Hubb al-Udzry) Layla dan Qais di atas kemudian menginspirasi para sufi falsafi. Layla dijadikan simbol Sang Kekasih dan Keindahan, sedangkan Majnun sebagai simbol para pencari atau para pengembara (al-salik) dan para pencinta (al-muhibb), si perindu (al-‘Asyiq).

Perjalanan menuju penyatuan antara Salik dan Sang Kekasih, ditempuh dan dilalui seperti perjalanan cinta Qais dan Layla. Cara pandang demikian inilah yang kemudian disebut sebagai “Cinta Platonis”, sebuah cinta kepada Tuhan dalam pandangan/filsafat Platon, filsuf terbesar dari Yunani, murid Socrates dan guru Aristo itu.

Para sufi besar, seperti Abu Yazid al-Bisthami, al-Hallaj, al-Ghazali, Ibn Arabi, Jalal al-Din Rumi, Samnun al-Muhibb, Zhunnun al-Mashri, Al-Sirr al-Saqathi, Farid al-Din al-‘Atthar, Ibn al-Faridh dan lain-lain menempuh dan mengarungi jalan itu.

Dengarlah kata-kata Ibnu Arabi, sufi pencetus gagasan Wahdah al-Wujud (Kesatuan Eksistensi ini:

انَّ الْحُبَّ الْحَقِيقِى بَيْنَ الْبَشَرِ هُوَ الْبِدَايَةُ لِلتَّعَرُّفِ اِلَى اللهِ وَالشُّعُورِ بِمَحَبَّتِهِ وَفَيْضِ عَطَآئِهِ وَكَرَمِهِ

“Sesungguhnya cinta tulus antarmanusia adalah awal perjalanan menuju pengenalan kepada Tuhan, memasuki pengalaman mencintai-Nya dan limpahan anugerah dan kemurahan-Nya.” Wallahu A’lam.

Para sufi Islam memperkenalkan cara pandang ini dalam karya-karya sastra filsafat mereka. Cinta Ketuhanan ini telah muncul sejak zaman Platon kemudian dikukuhkan kembali oleh mazhab Plotinus yang disebut Neoplatonisme. Itulah sebabnya mengapa kisah cinta Layla-Majnun yang pada awalnya dikenal sebagai cinta romantik, di tangan para sufi falsafi kemudian dikenal dengan sebutan Cinta Platonis. (Tamat) 

KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Stereotipe Perempuan

Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

20 Juni 2025
Rumah Tangga dengan

Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara

20 Juni 2025
Dipaksa Menikah

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

19 Juni 2025
Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Pasangan Hidupnya

Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

19 Juni 2025
Kekerasan dalam

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fiqh Al Usrah

    Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Timbal Balik dalam Hubungan Intim Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan
  • Relasi Hubungan Seksual yang Adil bagi Suami Istri
  • Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID