• Login
  • Register
Senin, 5 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Layla Majnun; Kisah Cinta Sejati

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
27/09/2018
in Hikmah
0
Layla

Ilustrasi: wikipedia[dot]com

202
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kisah cinta Layla Majnun (Qais dan Layla) sangat populer, seperti populernya kisah cinta Romeo and Juliet di Barat, atau Zainuddin dan Hayati dalam “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, karya Buya Hamka. Aku kira aku pernah membagi kisah ini di sini beberapa waktu lalu.

Aku menulisnya lagi di sini sekedar untuk menghibur hati.

—–

Layla dan Qais saling mencinta. Tetapi orang tua Layla tak merestui. Orang tua Layla tak ingin anaknya berhubungan dan menjalin cinta kasih dengan Qais yang miskin dan tak semartabat, tidak sekufu. Ia bukan keturunan bangsawan seperti dirinya.

Orang tua Layla memaksa Layla berpisah dan dilarang berhubungan. Layla bersedih hati. Qais juga. Tetapi ia tetap yakin Layla selalu ada di hatinya. Begitu juga Layla. Cinta mereka tak akan hilang. Syams Tabrizi mengatakan dengan indah:

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Ketika Pasangan Hidup Pergi
  • Ketika Berhadapan dengan Fase Takut Menikah
  • Kisah Perjalanan Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw
  • Meneladani Wali Songo: Berdakwah dengan Cinta

Baca Juga:

Ketika Pasangan Hidup Pergi

Ketika Berhadapan dengan Fase Takut Menikah

Kisah Perjalanan Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw

Meneladani Wali Songo: Berdakwah dengan Cinta

الوداع لا يقع الا لمن يعشق بعينيه اما الذي يحب بروحه وقلبه  فلا ثمة انفصال أبداً.

“Perpisahan, hanyalah bagi orang yang mencintai dengan kedua bola matanya. Bagi orang yang mencintai dengan ruh dan hatinya, tak akan pernah ada kata perpisahan”.

 

Hari-hari dilalui Qais dengan merindui Layla. Layla juga merindui Qais. Bila hati Qais bergetar, hatinya juga bergetar. Meski tubuh mereka berjauhan. Cinta fisik itu kandas. Tetapi tidak untuk cinta ruh. Cinta hanya pada keindahan tubuh bukanlah cinta sejati.

Tak lama kemudian Qais menjadi “majnun” (gila). Layla terkurung di dalam rumahnya. Qais pergi membawa hati Layla ke dalam hutan, berlindung di dalam goa yang ada di sana. Ia berteman akrab dengan penghuni hutan.

Cinta dan rindu dendamnya kepada Layla ia ceritakan kepada teman-temannya itu. Meski mereka tak paham bahasa manusia, tetapi hati mereka mengerti.

“Jika pandangan mata saja telah dipahami, untuk apa dikatakan.”

Betapa misterinya cinta. Sesuatu apakah yang menghubungkan antara dua hati itu, sehingga sanggup menembus dinding-dinding tubuh?

Perpisahan itu kini betul-betul membuat hati dua orang itu remuk redam, hancur luluh dan porak-poranda, bagai diguncang badai. Tubuh Qais al-Majnun makin kurus. Ia tak peduli lagi atas keadaan tubuhnya. Berhari-hari ia ak suka makan dan minum. Jikapun ia lapar, ia hanya mengambil dedaunan atau buah yang ada didepannya, sekedarnya. Meski ia tak makan sekian hari, tetapi ia tetap sehat.

Tubuh sepertinya tergantung pikiran. Hari-harinya diisi dengan bersenandung nama kekasihnya : Layla. “Layla oh Layla”. Bila ada orang yang lewat dari arah rumah Layla, Qais segera bangkit. Hatinya berdebar-debar: “Barangkali Layla bersamanya”, kata hatinya. “Kalian bersama Layla?”, tanyanya. Bila kemudian dijawab tidak, ia kembali ke tempatnya, dengan sangat kecewa.

Kepada rusa yang selalu datang dan menemaninya, ia mengatakan: “Layla, mengapa kau tak datang bersamanya?” sambil membelai-belai kepalanya.

Dalam gulita malam yang hening, Majnun mendengar Layla memanggil-manggil dirinya dengan suaranya yang memelas. “Qais, Qais. Oh Qais, di manakah kau. Kemarilah sayangku”.

Ia memendam rindu yang tak tertahankan. Majnun mencari-cari suara itu ke seluruh pelosok hutan. Dia berjalan tanpa lelah. Bila Layla tak dijumpai di sana, ia bergegas datang ke arah rumah Layla. Ia memberanikan diri dengan menerima seluruh risiko yang terjadi, termasuk kematian.

Ia juga tak lagi peduli dengan tubuhnya yang kotor dan berbau tak sedap, serta rambutnya yang telah menjadi gimbal, atau gembel dengan bau yang menyengat. Bila malam kemudian menjelang, ia segera menyalakan kayu. Dan dengan obor kayu di tangan. Ia berjalan terus menuju rumah Layla.

Layla yang di dalam rumah merasa kekasihnya akan datang. Ia memang terus menyebut nama Majnun dalam rintihan yang memelas. Ia mengintip ke luar. Dadanya bergemuruh keras, berdegup-degup kencang. Saat matanya melihat Majnun di depan halaman rumahnya sambil memegang obor kayu dengan api yang menyala-nyala, ia membuka pintu.

Ia juga tak takut lagi kepada ayahnya bila nantinya mengetahui pertemuan itu. Ia juga sudah siap menerima hukuman apapun. Dan mata Majnun tak berpaling dari mata Layla. Mata Layla juga terus menatap mata Qais. Api kayu bakar menjalari tangan Majnun. Tetapi majnun tak merasakannya. Dirinya telah hilang dalam Layla.

Masih dalam saling menatap, Lyla seperti tak percaya kekasihnya datang, lalu bertanya: “Qais?. Kamu Qais?”

Majnun berteriak keras. Suaranya mengguncang dedaunan pohon di sekitarnya: “Bukan. Aku Layla”.  “Aku bukan Qais. Aku Layla. Aku Layla!”

“Aku adalah Kau.”

Qais mengalami ekstasi : “Hulul”, “Ittihad” dan “Fana” (hilang bentuk, lebur). Hatinya larut menyatu di dalam hati Layla.

Qais al-Majnun itu jatuh, semaput. Tak sadarkan diri. Layla terguncang keras. Shok berat. Ia ak bisa berkata apa-apa. Bisu. Bahkan tak bisa lagi menangis. Air matanya telah terkuras sejak kemarin, dan tak lagi tersisa. Tubuhnya kaku. Ia pun terkulai dan jatuh. Ia tak lagi bisa menjerit. Suaranya telah lama habis.

Qais, si “gila” itu akhirnya tak lagi bernafas. Ia mati. Tubuhnya dingin. Esok hari yang sunyi-sepi Layla menyusul kekasihnya, pulang. Bibirnya mengembang senyum yang sangat indah. Ia tampak begitu cantik jelita. Wajahnya berbinar-binar. Bercahaya. Ia ditidurkan di samping Qais, seperti bisiknya kepada ibunya sebelum nafasnya berhenti.

“Tidurkan aku di samping Qais”.

Di atas lempung dua pusara bersahaja itu, tumbuh pohon yang dahan dan rantingnya saling melilit, lalu berbunga. Wanginya memenuhi ruang dan waktu. “Di sini kami tak lagi dapat dipisahkan. Cinta kami abadi”.[]

Tags: ceritaCintagilajullietkisahlaylamajnunqaisromeo
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Bekerja

Allah Swt Memerintahkan Kepada Laki-laki dan Perempuan untuk Bekerja

4 Juni 2023
Agama Kemanusiaan

Islam Adalah Agama Kemanusiaan

4 Juni 2023
Keadilan Gender

Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

3 Juni 2023
Laki-laki Unggul

Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?

3 Juni 2023
Kitab Al Busyro

Membaca Muqaddimah Kitab Al Busyro; Sayyidah Khadijah adalah Teladan Perempuan Kita

3 Juni 2023
Setara

Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

3 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji

    Taushiyah Mengantar Jamaah Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Pasangan Hidup Pergi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inara Rusli Lepas Cadar demi Pekerjaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein
  • Belajar Welas Asih Lewat Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist