• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Majelis Mubaadalah Ke-27 di Pesantren Anak Jalanan At-Taamur Bandung

Tia Isti'anah Tia Isti'anah
20/05/2019
in Aktual
0
majelis, mubadalah

DR. KH, Faqihuddin Abdul Kodir sedang memberikan materi kepada peserta. (TIA/Mubadalahnews)

22
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubaadalahnews.com,- KOPRI Komisariat UIN Sunan Gunung Djati Cabang Kabupaten Bandung bekerjasama dengan Yayasan Fahmina mengadakan Majelis Mubaadalah ke-27 di Pondok Pesantren Anak Jalanan At-Taamur Cibiru Hilir Bandung (17 Mei 2019).

Terdapat tiga pemateri dalam acara ini, yaitu Prof. Nina Nurmila, Ph.D, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Ir. Neni Utami, M.T. Pendiri RA Alif Cileunyi Bandung dan DR. KH. Faqihuddin Abdul Kodir penulis buku Qiraah Mubaadalah.

Prof. Nina menyatakan bahwa Buku Qiraah Mubadalah adalah sebuah cara untuk melawan paham-paham patriarkal. Beliau menyatakan bahwa jika kita meyakini Allah Maha Adil maka sudah seyogyanya kita meyakini bahwa ayat-ayat yang Allah turunkan mendukung pada keadilan.

Beliau menambahkan, dalam keluarga teori mubadalah juga bisa diciptakan, contohnya dalam membangun keluarga. Maka pernyataan yang hadir bukanlah “aku mencintaimu dan aku harus bahagia” akan tetapi “aku mencintaimu dan aku ingin kamu berbahagia denganku”.

Ir. Neni sebagai orang yang hadir langsung di lingkungan memberikan banyak contoh kasus yang ada di dalam lingkungan patriarki. Bukan hanya pada relasi antara pasangan akan tetapi juga hubungan orang tua dan anak, teman sebaya dan individu dengan lingkungannya.

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Menurutnya semua ketimpangan yang ada itu dikarenakan oleh konstruksi pikiran. Sehingga buku Qiraah Mubadalah menurut beliau sangat tepat hadir sebagai solusi itu semua. Dan menurut beliau relasi itu memang harus didasari “kesalingan”.

Pemateri terakhir, sebagai pemungkas diskusi di Pondok Pesantren Anak Jalanan At-Taamur, disampaikan oleh DR. KH. Faqihuddin Abdul Kodir selaku penulis Buku Qiraah Mubaadalah. Beliau menyatakan bahwa banyak dari kita menggunakan agama untuk mengatur orang lain. Padahal, dalam konteks berelasi agama harusnya hadir sebagai kehidupan.

Kehidupan yang dimaksud adalah apakah Agama itu membuat kita nyaman dan bahagia. Jika Agama dikarenakan dirinya atau kepentingannya maka harus dicurigai bahwa itu bukan untuk agama tapi untuk kepentingan dirinya sendiri.

Dan konsep Mubadalah hadir untuk kebaikan itu. Kebaikan itu harus digotong bersama, bukan hanya untuk satu golongan atau satu jenis kelamin saja. Contohnya jika belajar adalah baik maka keduanya wajib melakukannya bukan hanya laki-laki saja atau perempuan saja.

Sehingga jika suatu perkara adalah kebaikan maka harus dilakukan oleh keduanya, baik laki-laki atau perempuan. Dan jika sesuatu adalah buruk maka harus dijauhi oleh keduanya, bukan hanya salah satunya.

Beliau juga menyatakan bahwa Qiraah Mubadalah hadir untuk menegasikan teks-teks Islam yang berbahasa Arab dan memperhatikan gender agar menghasilkan teks yang berkesalingan. Karena selama ini teks yang tersebar di lingkungan kita itu masih hanya digunakan untuk keuntungan laki-laki.

Contohnya dalam memahami ayat shadaqoh, yang dalam bahasa Arab hanya ditunjukan untuk laki-laki juga dilakukan oleh perempuan. Namun, ayat shalat Jumat yang juga secara bahasa ditunjukan untuk laki-laki seperti hanya ditunjukan untuk laki-laki. Sehingga dengan Metodologi Mubadalah tafsir Al-Quran yang tadinya seperti hanya untuk laki-laki saja bisa juga digunakan untuk perempuan dengan tetap memperhatikan kebutuhan-kebutuhan khas perempuan.(TIA)

Tia Isti'anah

Tia Isti'anah

Tia Isti'anah, kadang membaca, menulis dan meneliti.  Saat ini menjadi asisten peneliti di DASPR dan membuat konten di Mubadalah. Tia juga mendirikan @umah_ayu, sebuah akun yang fokus pada isu gender, keberagaman dan psikologi.

Terkait Posts

Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Samia

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

6 Juli 2025
Ulama Perempuan

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID