• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Maqashid Al-Syariah dan Lockdown

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
31/03/2020
in Aktual
0
(sumber foto kompas.com)

(sumber foto kompas.com)

12
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Hampir sebagian besar status kawan-kawan di media sosial saya dan suami akhir-akhir ini bernadakan agar pemerintah segera mengambil kebijakan untuk lockdown. Tentunya status-status tersebut berkelanjutan setelah pemerintah benar-benar tidak menjadikan lockdown sebagai opsi kebijakan dalam menangani Covid-19 yang sedang menjadi pandemi global saat ini.

Keputusan yang diambil Pemerintah tersebut membuat sebagian masyarakat geram dan bertanya-tanya. Saya tidak geram, namun tetap bertanya-tanya, sampai pada akhirnya setelah menonton berita bersama, Ayah saya mengajukan pertanyaan pada saya, Apakah tepat apabila ahli kesehatan menyarankan untuk lockdown?

Apabila saya menggunakan kacamata seseorang yang ahli dalam bidang kesehatan, untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 ini, lockdown adalah pilihan yang tepat. Namun kemudian pertanyaan Ayah ini dilanjut sebagai diskusi kecil yang menghasilkan jawaban atas pertanyaan saya sebelumnya. Lantas, apakah tepat apabila Pemerintah memutuskan untuk lockdown?

Tentu kita tidak boleh menggunakan kacamata ahli kesehatan saja untuk menjawabnya, kita juga tidak boleh mengunakan kacamata ahli ekonomi saja, tidak boleh juga menggunakan kacamata politik saja, namun harus menggunakan semua kacamata secara komprehensif. Mengapa? Karena Pemerintah bertugas untuk mengatur semua faktor yang menjadi kewajibannya dengan tidak menyampingkan segala hal yang menjadi kebutuhan rakyatnya.

Tidak memutuskan untuk lockdown bukan berarti Pemerintah tidak perduli terhadap wabah Covid-19 ini. Pemerintah telah membuat kebijakan yang tepat agar masyarakat melakukan social distancing (menjaga jarak), mengisolasi diri di rumah, membatasi kegiatan di luar rumah, mengetahui etika ketika sakit dan menunjukkan gejala, tidak berpergian, menjaga kesehatan dan kebersihan diri serta lingkungan.

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Saya meyakini, hal-hal tersebut sudah mampu meng-cover semua hal yang harus dijaga sebagaimana dalam maqashid al-syariah, yakni hifd al-din, hifd al-nafs, hifd al-aql, hifd al-mal, hifd al-nasl. Tidak lain tujuannya adalah untuk tercapainya ke-maslahah­-an untuk semuanya.

Hifd al-Din

Dalam kondisi seperti saat ini, kita semua masih mampu melakukan ibadah untuk memelihara agama kita kok. Pemerintah tidak melarang kita shalat, tidak melarang kita berpuasa, tidak melarang kita berdoa. Pemerintah hanya meminta kita tidak melakukan semua hal tersebut dalam jumlah masa yang besar.

Tidak lain agar dapat memutus penyebaran Covid-19 ini. Toh kita tetap dapat berjamaah di rumah, dan misa pun tetap dapat dilakukan dengan daring. Mengapa dari kita justru menurunkan spanduk yang di pasang di masjid-masjid yang tidak dibuka untuk kegiatan ibadah? Mengapa dari kita membanding-bandingkan kegiatan ibadah berjamaah yang dilarang dengan kegiatan ekonomi yang tidak dilarang?

Hei, lagi-lagi pemerintah tidak melarang kita untuk melakukan perkara-perkara ushuliyah, yang diatur adalah perkara furu’iyah, jadi kita tetap bisa memelihara agama kita semua. Di satu sisi seolah-olah kita peduli dengan kesehatan seluruh warga dengan menyarankan lockdown, tapi di sisi lainnya kita justru menjadi provokator agar covid-19 ini cepat menyebar. Konsisten dong!

Hifd al-Nafs

Kita memiiki jiwa yang harus dipelihara dan dijaga. Tetap di rumah, perbanyak ibadah, menjaga jarak saat berada di luar rumah, tetap menjaga kesehatan dan kebersihan, Insya Allah kita semua akan diselamatkan dan diberikan kesabaran dari segala bentuk ujian yang sedang kita hadapi bersama.

Menunjukkan keperdulian terhadap bangsa cukup dimulai dari diri sendiri, semampu mungkin ikuti aturan dari Pemerintah, jika memang tetap harus bekerja di luar rumah, tetap jaga jarak, hindari kerumunan, tetap jaga kebersihan, dan setibanya di rumah segera mandi dan cuci pakaian yang digunakan.

Untuk menjaga jiwa semua orang kita harus menjaga diri kita sendiri terlebih dahulu, terlebih apabila sudah menunjukkan gejala-gejala infeksi Covid-19, hendaknya dapat bekerjasama dengan pihak terkait dan tidak secara sengaja menularkan kepada orang lainnya yang sehat. Akan menjadi syahid apabila dapat dengan sabar menerima cobaan, berbeda apabila telah mengetahui jika terinfeksi dan tetap ngeyel untuk berkumpul dengan yang lain, ini adalah pembunuhan.

Hifd al-Aql

Dalam wawancara di sebuah telivisi swasta, seorang dokter meminta masyarakat untuk tidak membeli chloroquine guna mencegah terinfeksi Covid-19. Obat yang dikenal untuk mengobati malaria ini juga digunakan sebagai second line untuk mengobati Covid-19. Penggunaannya pun harus atas resep dari dokter.

Obat ini tergolong obat keras, jangan sampai karena kebodohan kita, justru membahayakan akal dan jiwa. Walaupun tetap berada di rumah, untuk memberikan nutrisi kepada akal para pelajar, Pemerintah juga bekerjasama dengan beberapa provider, seperti Telkomsel dan Indosat, untuk mempermudah dalam mengakses pengetahuan layaknya ketika berada dalam pertemuan tatap-muka di sekolah.

Pembelajaran dengan sistem daring ini juga tidak boleh dianggap remeh, para pelajar diharapkan tetap aktif dalam belajar, membaca, dan menghormati para guru. Tindakan Pemerintah dalam menindak para penebar berita hoax juga merupakan salah satu langkah untuk memelihara akal, karena berita-berita bohong memberikan dampak yang buruk pada cara berfikir seseorang, dan tentunya memberikan pengaruh pada kesehatan psikis dan fisiknya.

Hifd al-Mal

Ketika ada netizen yang berkomentar seolah-olah pemerintah hanya mementingkan ekonomi dan tidak perduli dengan rakyatnya, sedikit geregetan juga. Hei, bagaimanapun keduanya itu bukan untuk dibandingkan, keduanya itu sama pentingnya dan saling berhubungan. Jangan mengukur kemampuan ekonomi diri dengan kemampuan ekonomi orang lain, tentu tidak sama, dan pemerintah tidak hanya memikirkan keadaan ekonomi satu kelompok tertentu saja, tapi semuanya.

Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika Pemerintahan memutuskan untuk lockdown? Hal tersebut tidak akan menjamin korban Covid-19 dapat ditekan, justru akan meningkat, tidak hanya korban Covid-19, tapi akan terjadi tindak kriminalitas dalam pemenuhan kebutuhan, seperti pencurian, penjarahan, dan lainnya. Mungkin bagi yang memiliki tabungan yang cukup, lockdown tidak masalah, tapi apakah kita memikirkan bagi sesama yang memiliki nasib berbeda?

Lagi-lagi jangan egois, menyuarakan kehendak diri seolah-olah kehendak semua. Kita yang berada di rumah pun masih bergantung pada mereka yang mau berkorban memenuhi kebutuhan kita dari luar rumah, apa jadinya jika tukang sampah tidak mengambil sampah di rumah kita tiap harinya? Apa jadinya jika pasar tradisonal tutup? Bukan meninggal karena wabah, tapi karena kelaparan, sungguh menyedihkan. Saatnya kita saling menyelamatkan sesama.

Hifd al-Nasl

Kondisi saat ini memberikan peluang bagi para orang tua untuk sepenuhnya memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Hal-hal yang selama ini dibebankan kepada pihak kedua sudah saatnya menjadi evaluasi diri bagi para orang tua untuk memelihara

keturunannya secara kualitas. Kesehatan psikis dan fisik mereka, pendidikan mereka, akhlak mereka, agama mereka, menjadikan stay home sebagai kebijakan yang tepat sasaran.

Presiden Jokowi pernah berkata, “Kita ini bangsa besar, bangsa petarung, dan bangsa pejuang. Kita pasti akan mampu melewati tantangan ini.” Maka, mari saling menguatkan dan bersatu. Semoga sebagai bangsa yang besar, kita mendapatkan rahmat dan keselamatan yang besar pula dari Yang Maha Besar. Amiiin.[]

Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Samia

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

6 Juli 2025
Ulama Perempuan

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID