• Login
  • Register
Selasa, 26 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Melihat Hubungan Muslim dan Non-Muslim dari Pengalaman Relasi Antarumat Beragama Bikhuni Julia Surya

Sebagai sesama pemeluk agama, sepantasnya kita selalu menebar kebaikan, bukan teror dan kekerasan. Sebab, pada dasarnya, agama-agama mengajarkan pemeluknya untuk menjalankan kebaikan dalam hidup

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
24/11/2022
in Personal
0
Julia Surya

Julia Surya

452
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Muslim di Indonesia tidak jahat,” demikian kata Julia Surya (Biksuni Thitacarini), dalam acara Launching dan Bedah Buku Yang Muda Merawat Bangsa karya Kontributor Khusus Mubadalah.id, dan buku Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama karya Dr. Faqihuddin Abdul Kodir, pada 21 November 2022, di UIN Wali Songo Semarang.

Julia Surya merupakan seorang biksuni yang saat ini mengajar di STIAB (Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha) Smaratungga. Dia merupakan Biksuni Theravada pertama bergelar doktor di Indonesia. Selain mengajar di kampus, Julia Surya sebagai biksuni menjalankan aktivitasnya di Vihara Mahabodhi Semarang.

Dalam kesempatan acara bedah buku itu, Julia Surya banyak cerita pengalamannya dalam berinteraksi dengan Muslim.

Daftar Isi

    • Muslim di Indonesia Tidak Jahat
  • Baca Juga:
  • Melihat Relasi Pertemanan dalam Lagu “Teman-temanku Udah Nikah Aku Masih Nonton SpongeBob”
  • Agama dan Budaya: Transformasi Sosial Ala Gus Dur
  • Keterlibatan Perempuan di Masjid Tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim
  • Tradisi Ngurisang dalam Perayaan Maulid Nabi
    • Pengalaman Berelasi
    • Islam dan Buddha, Keduanya Mengajarkan Kebaikan
    • Agama tidak Mengajarkan Konflik

Muslim di Indonesia Tidak Jahat

Julia Surya mengawali cerita dengan pengalamannya ketika studi di Sri Lanka, tepatnya di University of Kelaniya. Dia menceritakan, saat berada di Sri Lanka, banyak orang yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara mayoritas Muslim, dan Muslim merupakan manusia yang jahat.

“Kami (saya) agak bingung (mendengarnya). Mungkin, berita yang mereka dapatkan berbeda dengan yang kami (saya) rasakan. (Sebab, dari yang saya rasakan) Muslim di Indonesia tidak jahat,” jelas Julia Surya.

Kesimpulan Julia Surya yang memandang “Muslim di Indonesia tidak jahat”, bukan semata pembelaan tanpa dasar, namun itu berangkat dari pengalaman interaksi dengan Muslim yang dia rasakan sendiri. Bahkan, pasca-studinya di Sri Lanka, hingga saat ini, menurutnya dia masih menjalani relasi yang baik dengan Muslim.

Misalnya, ketika dia melanjutkan pendidikan magister (S-2) untuk yang kedua kali di kampus umum, saat itu, sekelas berisi 30 mahasiswa, dan dari semua mahasiswa hanya ada dua orang non-Muslim, yang mana satu di antaranya adalah dirinya.

Baca Juga:

Melihat Relasi Pertemanan dalam Lagu “Teman-temanku Udah Nikah Aku Masih Nonton SpongeBob”

Agama dan Budaya: Transformasi Sosial Ala Gus Dur

Keterlibatan Perempuan di Masjid Tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim

Tradisi Ngurisang dalam Perayaan Maulid Nabi

Pengalaman Berelasi

Meski begitu, Julia Surya amat bersyukur, karena walaupun minoritas di kelas dengan penampilan seorang biksuni yang beda sendiri, namun teman-teman Muslim tidak pernah membedakannya apalagi sampai mengucilkannya. Julia Surya ingat betul, kalau teman-teman sekelasnya tidak pernah segan makan semangkuk dengannya. Teman-teman Muslim tidak memiliki kecurigaan kepadanya. Muslim di kelasnya sangat menghormati dirinya.

Itu hanya satu dari sekian banyak pengalaman relasi baik dengan Muslim yang Julia Surya alami. Sebuah relasi sehat antarumat beragama yang membuatnya berkesimpulan kalau Muslim tidak jahat, melainkan merupakan manusia yang baik sekalipun dengan non-Muslim.

Ya, tentu, pengalaman Julia Surya tidak dapat dikatakan sebagai pengalaman kolektif seluruh non-Muslim di Indonesia. Sebab, di beberapa tempat, kasus persekusi karena perbedaan agama juga nyata terjadi. Namun, dari pengalaman relasi antarumat beragama yang Julia Surya alami, kita dapat belajar dan makin yakin, kalau mewujudkan hubungan baik antarumat beragama bukanlah delusi atau khayalan yang tidak berdasar.

“…alangkah baik dan damai untuk saling menerima perbedaan…. keaneka-ragaman membuat kita menjadi kaya dan indah,” demikian kata Julia Surya.

Islam dan Buddha, Keduanya Mengajarkan Kebaikan

Satu yang menarik ketika Julia Surya membedah buku Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama, karya Dr. Faqihuddin Abdul Kodir, adalah dia mencoba menghubungkan kebaikan ajaran Islam dengan Buddha.

Julia Surya menjelaskan, “ketika saya membaca buku ini (Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama), saya menemukan hal indah yang diajarkan Nabi Muhammad. Seandainya kita semua mengikuti ajarannya, maka tidak akan ada kekacauan-kekacauan…. (Misalnya), pada bagian awal (buku ini) diajarkan (oleh Nabi Muhammad) berkomunikasi yang baik, salah satunya ucapan bijak.

Ini sama dengan yang Buddha Gautama ajarkan, (yang mengajarkan) ketika berucap maka dengan baik dan sopan…. Buddha Gautama senantiasa mengajarkan kepada siswa-siswanya untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Hal juga yang Nabi Muhammad saw ajarkan kepada kita semua….”

Pada dasarnya, Julia Surya ingin menyampaikan kepada kita bahwa baik Islam maupun Buddha sama-sama mengajarkan kebaikan. Bahkan, tidak hanya Islam dan Buddha, namun juga agama lainnya–di Indonesia masih ada pemeluk Protestan, Katolik, Hindu, dan Konghuchu–sama-sama mengajarkan kebaikan.

Agama tidak Mengajarkan Konflik

Sejalan dengan pandangan Julia Surya, Azyumardi Azra tidak sepakat pada penggunaan narasi konflik antar-“agama”. Sebab “agama” tidak mengajarkan konflik. Sebagaimana Azyumardi Azra dalam Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut Kerukunan Antarumat menjelaskan, “…apa yang terjadi sebenarnya bukan konflik antaragama, karena agama… sama-sama mengajarkan ‘salam’ (kedamaian) dan ‘kasih’.

Sebaliknya, yang terjadi adalah konflik ‘antarumat’. Yakni manusia-manusia yang memeluk agama berbeda, yang karena bermacam-macam alasan, motif, atau faktor–politik, ekonomi, dan sebagainya–saling menghancurkan dengan menggunakan simbol-simbol agama dan legitimasi teologis agama masing-masing.”

Untuk itu sebagai sesama pemeluk agama, sepantasnya kita selalu menebar kebaikan, bukan teror dan kekerasan. Sebab, pada dasarnya, agama-agama mengajarkan pemeluknya untuk menjalankan kebaikan dalam hidup.

Sebagaimana penjelasan Julia Surya, “…kalau (umat beragama lain) kita ganggu, maka tidak bisa hidup dengan nyaman. Manusia mau beragama apa pun itu urusannya (pribadi). Namun yang menjadi masalah bersama adalah bagaimana kita yang manusia bisa memanusiakan (berbuat baik pada) sesama manusia.” []

Tags: IndonesiaJulia SuryaKebangsaanmuslimnon muslimRelasi
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

tabarruj

Misrepresentasi Tafsir Ayat Tabarruj di Media Sosial

26 September 2023
Lagu Teman temanku Udah Nikah Aku Masih Nonton SpongeBob

Melihat Relasi Pertemanan dalam Lagu “Teman-temanku Udah Nikah Aku Masih Nonton SpongeBob”

26 September 2023
Perempuan Haid

Benarkah Perempuan Haid itu Kotor dan Najis?

24 September 2023
Tradisi Batu Wangi

Tradisi Batu Wangi dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw

24 September 2023
Kelemahan Perempuan

Membongkar Mitos Kelemahan Perempuan

24 September 2023
Perayaan Maulid Nabi Saw

Keterlibatan Peran Perempuan dalam Perayaan Maulid Nabi Saw

23 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kasus Rempang

    Kasus Rempang, Investasi yang Kurang Humanis?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Relasi Pertemanan dalam Lagu “Teman-temanku Udah Nikah Aku Masih Nonton SpongeBob”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menekuk Konstruk “Semua Lelaki Sama Saja” dalam Sajian Film Redeeming Love

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Moralitas Rumah Tangga dalam Teladan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bekerja adalah Bagian dari Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kebangkrutan Nilai Ibadah
  • Misrepresentasi Tafsir Ayat Tabarruj di Media Sosial
  • Bekerja adalah Bagian dari Ibadah
  • Kawin Tangkap Adat Sumba dalam Lensa Keislaman
  • Melihat Relasi Pertemanan dalam Lagu “Teman-temanku Udah Nikah Aku Masih Nonton SpongeBob”

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist