• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Memaknai Tokoh Sejarah Ayah di dalam Al Qur’an

Baik ingin meneladani bapak dalam sejarah kita Nabi Adam hingga Nabi Ibrahim, ataupun bapak biologis yaitu ayah kandung, sebagai seorang mukmin sudah sepantasnya berdo’a setiap hari adalah cara yang dapat dilakukan dengan mudah. Hari ayah, maupun bukan hari ayah, orang tua haruslah menjadi sosok hero yang utama.

Hotimah Novitasari Hotimah Novitasari
12/11/2020
in Aktual, Featured
0
Sejarah Ayah di dalam Al Qur'an

Sejarah Ayah di dalam Al Qur'an

250
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ayah salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam peradaban terkecil, yaitu keluarga. Apakah dalam berteologi setiap agama memiliki tokoh ayah yang dijadikan hero? Tentu, uniknya dalam ajaran Yahudi, Nasrani, dan Islam memiliki satu tokoh ayah yang sama. Adakah sejarah ayah di dalam Al Quran?

Abraham atau yang sering kita sebut  Nabi Ibrahim di Agama Islam merupakan sosok penting yang sering disebut-sebut dalam Tanakh, Al Kitab, dan Al Qur’an. Ketiga kepercayaan itu menyebutkan memiliki keterkaitan dengan sosok Abraham (Ibrahim) sebagai bapak dari agama-agama dan turunannya, sehingga ketiga kepercayaan itu disebut agama Abrahamik atau Ibrani. (Qutub, 1981)

Nama Nabi Ibrahim disebut sebanyak 62 kali di 24 surat dalam Al Qur’an. Tidak hanya Ibrahim, adapun tokoh-tokoh ayah yang sering Al Qur’an sebutkan diantaranya peran Syaikh, Madyan sebagai ayah terdapat dalam surat Qashash ayat 26-27. Para mufassir menafsirkan tokoh laki-laki yang ada di dalam ayat tersebut adalah Nabi Syu’aib.

Selanjutnya, peran Nabi Ya’kub sebagai ayah diuraikan dalam surat Yusuf. Ya’kub merupakan sosok ayah yang sangat lengkap ceritanya dalam al-Qur’an. Satu surat dalam al-Qur’an, surat Yusuf, menguraikan interaksi Ya’kub dengan anak-anaknya. Nabi Nuh adalah contoh seorang ayah yang memiliki anak Rahmi / Kafa’ah yang tidak beriman kepada Allah sebagaimana yang terdapat dalam surat Hud ayat 42-43. Tokoh Luqman dia dalam Al Qur’an juga tak kalah terkenalnya, peran Luqman sebagai ayah juga diungkapkan dalam surat Luqman ayat 13-19. (Hamka, 1994)

Lantas, bagaimana sosok Nabi Muhamamd SAW yang lahir tanpa seorang Ayah biologis, dikarenakan Abdullah wafat dalam perjalanan ke Syam  sedangkan Aminah sedang hamil kala itu? Kisah ini hampir serupa dengan beberapa realita di sekitar kita, manakala pada setiap tanggal 12 November khususnya di Indonesia memeringati hari Ayah.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Namun, bagi mereka yang tak memiliki ayah tampaknya kebingungan dengan perayaan ini. Memberikan hadiah atau sebuah ucapan kepada ayah atas jasa-jasanya. Bagaimana bisa dilakukan jika ayah saja tidak ada sejak membuka mata pertama kali di dunia? Pertanyaan lain juga muncul dan seringkali menjadi perdebatan yang sama.

Apakah bapak Nabi Muhamamd SAW masuk Surga ataukah neraka? Apakah bisa orang tua yang sudah meninggal dalam keadaan tidak beriman masuk surga? Bagaimana dapat memberikan hadiah dan ucapan terimakasih kepada sosok ayah sedang ia sudah tiada?

Dalam Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim Ibnil menjalaskan perihal bapak Nabi Muhamamd yang sering kita baca dalam Hidist Riwayat Muslim maupun riwayat Abu Hurairah “Pengertian hadits ‘Seorang lelaki bertanya, ‘Wahai Rasulullah, di manakah kini ayahku?’ dan seterusnya, menunjukkan bahwa orang yang meninggal dalam keadaan kufur bertempat di neraka.

Kedekatan kerabat muslim tidak akan memberikan manfaat bagi mereka yang mati dalam keadaan kafir. Hadits ini juga menunjukkan bahwa mereka yang meninggal dunia di masa fatrah (masa kosong kehadiran rasul) dalam keadaan musyrik yakni menyembah berhala sebagaimana kondisi masyarakat Arab ketika itu, tergolong ahli neraka.

Kondisi fatrah ini bukan berarti dakwah belum sampai kepada mereka. Karena sungguh dakwah Nabi Ibrahim AS, dan para nabi lainnya telah sampai kepada mereka. Sedangkan ungkapan ‘Sungguh, ayahku dan ayahmu berada di dalam neraka’ merupakan ungkapan solidaritas dan empati Rasulullah SAW yang sama-sama terkena musibah seperti yang dialami sahabatnya perihal nasib orang tua keduanya. (Nawawi, 1972)

Sebagai seorang mukmin, Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ahmad menjelaskan :

“Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).

Baik ingin meneladani bapak dalam sejarah kita Nabi Adam hingga Nabi Ibrahim, ataupun bapak biologis yaitu ayah kandung, sebagai seorang mukmin sudah sepantasnya berdo’a setiap hari adalah cara yang dapat dilakukan dengan mudah. Hari ayah, maupun bukan hari ayah, orang tua haruslah menjadi sosok hero yang utama. []

Tags: Hadits NabiHari AyahislamSejarah Nabi
Hotimah Novitasari

Hotimah Novitasari

Hotimah Novitasari adalah mahasiswi aktif pascasarjana Studi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Strata satu prodi Sejarah Peradaban Islam di UINSA Surabaya. Aktivis dan penulis muda ini, lahir dan besar di Banyuwangi pada, 13 November 1997. Beberapa pengahargaan yang ia terima atas karya tulisnya adalah; penulis terbaik dalam ajang antology cerpen oleh penerbit anlitersi (2019), peserta terpilih dalam acara Women Writer’s Conference di Cirebon (2019), Penulis terbaik dalam lomba cerpen di Universitas Muhammadiyah Surabaya (2018), jurnal berbasis field research dengan perspektif gender di Fakultas Adab dan Humaniora UINSA dan pemenang cerita pendek perspektif mubadalah mendapat juara 2 nasional yang diadakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UINSA. Skripsi yang berjudul Kiprah Nyai Azizah Sriwedari Imam (1964-2015) dengan menggunakan konsep Mubadalah.

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version