Kamis, 28 Agustus 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

    Menilik Kembali Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Bukanlah Proyek

    Game Online

    Anak Masuk Pinjol lewat Game Online: Siapa yang Lalai, Siapa yang Dirugikan?

    Hamil Muda

    Tips Sehat bagi Ibu Hamil Muda

    Abdi Negara

    Semua Dimulai dari Definisi: Antara Penguasa dan Abdi Negara

    KB

    Keluarga Berencana (KB) dalam Pandangan Islam

    Pendukung Genosida

    Dear Universitas Indonesia, Mendatangkan Narasumber Zionis Pendukung Genosida itu Mencoreng Nilai Kemanusiaan

    Indonesia Merdeka

    Kemerdekaan dan Tanggung Jawab Sosial: Refleksi Setelah Delapan Puluh Tahun Indonesia Merdeka

    Makna Kemerdekaan

    Makna Kemerdekaan di Mata Rakyat: Antara Euforia Agustus dan Realitas Pahit

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Kekurangan Gizi

    6 Risiko Kekurangan Gizi Pada Masa Kehamilan

    Gizi bayi

    Ketika Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dapat Mengancam Kehidupan Ibu dan Bayi

    gizi

    Empat Sehat Lima Sempurna: Kunci Asupan Gizi Ibu Hamil

    Gizi

    Menjaga Kesehatan Ibu dan Janin melalui Asupan Gizi yang Tepat

    Istri Hamil

    Pentingnya Menjaga Kesehatan Istri Hamil

    Alat Kontrasepsi yang tepat

    Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat

    KB Bukan

    KB Bukan Soal Alat Kontrasepsi, Tapi Merencanakan Keluarga secara Matang

    Menjaga Jarak Kehamilan

    Perintah Menjaga Jarak Kehamilan dalam Al-Qur’an

    Bendera Bajak Laut

    Bendera Bajak Laut sebagai Kritik Simbolis: Relasi, Kontestasi, dan Inklusivitas

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

    Menilik Kembali Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Bukanlah Proyek

    Game Online

    Anak Masuk Pinjol lewat Game Online: Siapa yang Lalai, Siapa yang Dirugikan?

    Hamil Muda

    Tips Sehat bagi Ibu Hamil Muda

    Abdi Negara

    Semua Dimulai dari Definisi: Antara Penguasa dan Abdi Negara

    KB

    Keluarga Berencana (KB) dalam Pandangan Islam

    Pendukung Genosida

    Dear Universitas Indonesia, Mendatangkan Narasumber Zionis Pendukung Genosida itu Mencoreng Nilai Kemanusiaan

    Indonesia Merdeka

    Kemerdekaan dan Tanggung Jawab Sosial: Refleksi Setelah Delapan Puluh Tahun Indonesia Merdeka

    Makna Kemerdekaan

    Makna Kemerdekaan di Mata Rakyat: Antara Euforia Agustus dan Realitas Pahit

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Kekurangan Gizi

    6 Risiko Kekurangan Gizi Pada Masa Kehamilan

    Gizi bayi

    Ketika Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dapat Mengancam Kehidupan Ibu dan Bayi

    gizi

    Empat Sehat Lima Sempurna: Kunci Asupan Gizi Ibu Hamil

    Gizi

    Menjaga Kesehatan Ibu dan Janin melalui Asupan Gizi yang Tepat

    Istri Hamil

    Pentingnya Menjaga Kesehatan Istri Hamil

    Alat Kontrasepsi yang tepat

    Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat

    KB Bukan

    KB Bukan Soal Alat Kontrasepsi, Tapi Merencanakan Keluarga secara Matang

    Menjaga Jarak Kehamilan

    Perintah Menjaga Jarak Kehamilan dalam Al-Qur’an

    Bendera Bajak Laut

    Bendera Bajak Laut sebagai Kritik Simbolis: Relasi, Kontestasi, dan Inklusivitas

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Membaca Kembali Nilai Mubadalah Melalui Perspektif Filosofi Jawa Tepa Selira

Konsep mubadalah dan tepa selira memiliki kesamaan mendasar dalam menekankan pentingnya empati dan penghargaan terhadap orang lain

Muhammad Syihabuddin Muhammad Syihabuddin
4 Februari 2025
in Personal, Rekomendasi
0
Tepa Selira

Tepa Selira

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pentingnya kesetaraan gender dan pengakuan terhadap hak-hak perempuan dalam tradisi Islam mendapat perhatian lebih dalam konsep mubadalah, yang mengedepankan hubungan saling menghargai dan menghormati antara laki-laki dan perempuan.

Mubadalah menekankan bahwa keduanya memiliki posisi yang setara dalam berbagai aspek kehidupan, tanpa adanya diskriminasi. Dalam budaya Jawa, ada nilai kearifan lokal yang sejalan dengan konsep tersebut, yaitu tepa selira. Filosofi Jawa ini mengajarkan tentang empati, saling pengertian, dan menghormati perasaan orang lain dalam setiap interaksi.

Konsep Mubadalah dan Tepa Selira

Secara sederhana, mubadalah merujuk pada prinsip kesetaraan gender dalam pandangan Islam. Konsep ini meyakini bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam berinteraksi, bekerja, dan beribadah.

Hal ini berlandaskan pada prinsip bahwa manusia, baik laki-laki maupun perempuan, diciptakan dengan kesempurnaan yang setara oleh Tuhan. Dalam konteks ini, mubadalah tidak hanya terbatas pada kesetaraan dalam hal hak dan kewajiban, tetapi juga mencakup sikap saling menghargai dalam kehidupan sosial.

Sementara itu, tepa selira dalam bahasa Jawa adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan sikap empati dan pengertian terhadap perasaan orang lain. Tepa selira berasal dari dua kata, yaitu “tepa” yang berarti menepuk atau merasakan, dan “selira” yang berarti hati atau perasaan.

Secara filosofi, tepa selira adalah kemampuan untuk merasakan atau memahami perasaan orang lain dan menempatkan diri dalam posisi orang tersebut, sehingga dapat berinteraksi dengan penuh rasa hormat dan penuh pengertian. Nilai ini sangat dihargai dalam budaya Jawa, di mana hubungan sosial dan tata krama sangat kita junjung tinggi.

Konsep mubadalah dan tepa selira memiliki kesamaan mendasar dalam menekankan pentingnya empati dan penghargaan terhadap orang lain. Dalam konteks kesetaraan gender, kedua konsep ini mendorong untuk saling memahami dan menghormati peran serta hak setiap individu tanpa memandang jenis kelamin.

Mubadalah mengajarkan tentang keadilan dalam pembagian hak dan kewajiban. Sementara tepa selira mengajarkan cara berinteraksi dengan penuh rasa hormat dan memahami situasi orang lain. Keduanya saling melengkapi, memberikan landasan moral bagi hubungan yang harmonis.

Kesetaraan Gender dalam Perspektif Jawa

Budaya Jawa terkenal dengan ajaran moral yang kaya, yang berpusat pada penghormatan terhadap orang tua, kerukunan dalam keluarga, dan penghargaan terhadap sesama. Meski demikian, dalam beberapa aspek budaya Jawa, terdapat norma sosial yang masih memperlihatkan perbedaan antara peran laki-laki dan perempuan.

Dalam sistem sosial tradisional Jawa, perempuan seringkali kita tempatkan pada peran domestik. Sedangkan laki-laki menjadi pemimpin dalam urusan publik. Namun, dalam perkembangan zaman dan interaksi dengan ajaran agama, terutama Islam, mulai muncul kesadaran akan pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Mubadalah hadir sebagai konsep yang mendobrak batasan-batasan tradisional ini. Dalam tradisi Islam, perempuan memiliki hak yang setara dengan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari hak untuk bekerja, belajar, hingga hak dalam keluarga.

Penerapan nilai-nilai mubadalah tidak hanya menghapuskan perbedaan dalam peran sosial, tetapi juga mengubah cara pandang terhadap peran perempuan dalam masyarakat.

Dalam perspektif Jawa, kesetaraan gender dapat kita pandang melalui konsep tepa selira yang lebih menekankan pada sikap empati dan pengertian terhadap perasaan serta kebutuhan orang lain. Konsep ini mengajarkan untuk tidak hanya memahami posisi orang lain, tetapi juga untuk memberikan ruang bagi mereka untuk berperan aktif dalam berbagai bidang.

Dengan mengadopsi nilai tepa selira, masyarakat Jawa dapat menghargai peran perempuan dalam konteks sosial dan memberikan ruang bagi mereka untuk berkembang tanpa merasa terpinggirkan. Masyarakat yang menempatkan empati dan penghargaan terhadap perasaan orang lain akan lebih mudah menerima konsep kesetaraan gender yang diajarkan oleh mubadalah.

Relevansi Filosofi Tepa Selira dalam Penerapan Mubadalah

Tepa selira mengajarkan bahwa dalam hubungan apapun, baik itu dalam keluarga, masyarakat, atau tempat kerja, penting untuk saling memahami dan menempatkan diri dalam posisi orang lain. Sikap ini relevan sekali dalam penerapan mubadalah, yang menuntut adanya kesetaraan dan saling pengertian antara laki-laki dan perempuan. Tepa selira memfasilitasi terjadinya komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat, di mana setiap individu merasa dihargai dan tidak kita perlakukan secara diskriminatif.

Dalam penerapan mubadalah, tepa selira dapat menjadi landasan untuk membangun rasa saling menghormati dan kepercayaan antara laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh, dalam hubungan suami istri, tepa selira dapatkita iwujudkan dengan saling memahami peran dan kebutuhan masing-masing, serta memberikan dukungan satu sama lain. Suami yang memahami perasaan dan kebutuhan istrinya, serta istri yang memahami peran suami, akan menciptakan hubungan yang harmonis berdasarkan prinsip kesetaraan.

Selain itu, kita juga bisa menerapkannya dalam kehidupan sosial dan pekerjaan. Dalam dunia profesional, misalnya, konsep ini dapat memfasilitasi terciptanya lingkungan yang inklusif dan bebas dari diskriminasi gender. Dengan demikian, penerapan mubadalah melalui filosofi tepa selira dapat mendorong terciptanya kesetaraan dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat.

Nilai Mubadalah dan Tepa Selira

Menghubungkan nilai mubadalah dengan filosofi Jawa ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender dan empati terhadap sesama adalah dua nilai yang saling mendukung. Mubadalah mengajarkan tentang pentingnya pengakuan terhadap hak dan kewajiban yang setara antara laki-laki dan perempuan. Sementara tepa selira memberikan dasar moral untuk saling memahami dan menghormati perasaan orang lain.

Dengan mengadopsi keduanya, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil dan harmonis. Di mana setiap individu kita perlakukan dengan penuh penghargaan dan tanpa diskriminasi. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai ini, kita dapat menciptakan perubahan yang positif menuju kesetaraan yang lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari. []

Tags: EtikaKesalinganMubadalahNormaRelasiTepa Selira
Muhammad Syihabuddin

Muhammad Syihabuddin

Santri dan Pembelajar Instagram: @syihabzen

Terkait Posts

Game Online
Keluarga

Anak Masuk Pinjol lewat Game Online: Siapa yang Lalai, Siapa yang Dirugikan?

27 Agustus 2025
Aborsi dan Childfree
Buku

Mubadalah dan Dilema Aborsi Childfree

26 Agustus 2025
Kesenjangan Gaji
Publik

Kesenjangan Gaji antara DPR dan Rakyat, Amanah atau Kemewahan?

25 Agustus 2025
Laskar Pelangi
Publik

Kesalingan dalam Laskar Pelangi; Pendidikan Bukan Beban, Tapi Investasi Peradaban

25 Agustus 2025
Kesalingan Spiritual
Keluarga

Tirakat; Kesalingan Spiritual yang Menghidupkan Keluarga

23 Agustus 2025
Film Sore
Film

Perempuan dalam Duka: Membaca Film Sore dengan Empati Bukan Penghakiman

22 Agustus 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hamil Muda

    Tips Sehat bagi Ibu Hamil Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film The Substance: Saat Tubuh Perempuan Bukan Lagi Komoditas Visual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dapat Mengancam Kehidupan Ibu dan Bayi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Empat Sehat Lima Sempurna: Kunci Asupan Gizi Ibu Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendidikan Inklusi Bukanlah Proyek

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 6 Risiko Kekurangan Gizi Pada Masa Kehamilan
  • Menilik Kembali Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas
  • Ketika Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dapat Mengancam Kehidupan Ibu dan Bayi
  • Film The Substance: Saat Tubuh Perempuan Bukan Lagi Komoditas Visual
  • Empat Sehat Lima Sempurna: Kunci Asupan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID