• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Menepis Paham Ekstremisme Melalui Film Tanda Tanya

Film Tanda Tanya mengajarkan bahwa berbuat baik terhadap sesama akan menciptakan kerukunan, tidak menumbuhkan ketegangan, dan menjauhkan diri dari konflik keagamaan

Firda Rodliyah Firda Rodliyah
15/11/2022
in Film
0
Paham Ekstremisme

Paham Ekstremisme

432
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Perbedaan seringkali menjadi masalah besar

Sebuah perseteruan dan untuk saling membenarkan

Memerangi ideologi lain yang dianggap ancaman

Lantas mengapa tidak dengan menciptakan kerukunan?

Mubadalah.id – Paham ekstremisme lahir dari keinginan keegoisan kelompok individu untuk mendirikan sebuah negara Islam tanpa ampun. Mereka berpendapat bahwa agama Islamlah yang paling benar, dan kepercayaan lain adalah salah, sehingga perlu diperangi.

Padahal Islam sendiri selalu mengajarkan untuk berbuat baik dengan sesama. Sebagai role model, Nabi Muhammad SAW juga tidak pernah tiba-tiba memusuhi kaum non muslim. Sebaliknya, beliau selalu berbuat baik terhadap tiap-tiap orang.

Yakni dengan mengadakan konsolidasi berupa ketetapan seperti perjanjian hudaibiyah maupun piagam Madinah untuk memberikan ruang gerak bebas bagi seluruh masyarakat agar saling menjaga, tidak saling menindih, maupun memerangi satu sama lain.

Sayangnya, tidak semua orang bisa memahami poin tersebut. Membela agama tidaklah dengan mendiskriminasi kepercayaan lain. Seperti halnya yang dilakukan oleh paham ekstremisme, mereka dan kaumnya menggembor-gemborkan kepada banyak orang bahwa memusuhi non muslim adalah jalan utama menuju jihad. Tentu hal ini tidak bisa kita benarkan, karena berlawanan dan jauh dari ciri khas Indonesia, lebih dari itu adalah rasa kemanusiaan sendiri.

Film Tanda Tanya

Hadirnya film Tanda Tanya telah menjadi jawaban yang tidak pantas untuk kita lupakan. Walau film ini telah rilis lebih dari sepuluh tahun silam, namun esensi yang ada daalm film tersebut bisa bertahan hingga puluhan, bahkan ratusan tahun ke depan. Tulisan ini bukan bentuk promosi, namun menyatakan bahwa film ini memang begitu bagus dan sangat menjadi rekomendasi tontonan bagi segala kalangan.

Baca Juga:

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

Sebuah film berdurasi satu jam empat puluh satu menit ini mengisahkan tentang sebuah daerah yang dihuni oleh berbagai kepercayaan, dari Islam, Katholik, dan Budha. Walaupun hidup bersama, konflik yang terjadi antar agama begitu kuat terjadi satu sama lain.

Seperti sindiran yang pernah terjadi di restoran China milik Tan Kat Sun. Ketika ada seorang perempuan setengah baya dan mengenakan jilbab sampai dada masuk bersama anak laki-lakinya. Lalu ia menanyakan kepada seorang pegawai, “Babi semua ya?”

Dengan tetap tersenyum, pegawai tersebut menjawab, “Nggak kok, Bu. Ada ayam juga.”

“Tapi pancinya sama kan sama yang buat masak babi?” Tanya pengunjung tersebut dengan nada semakin tinggi. Pegawai perempuan berjilbab itupun masih dengan senyumnya dan nada rendah menjelaskan bahwa alat masak baik dari panci, pisau, talenan, semuanya mereka pisah.

Ibu itupun dengan tatapan mata tajam menjawab, “Nggak deh! di sini babi semua.” Ia pun menarik anak laki-lakinya keluar restoran.

Pandangan Merendahkan

Memandang sebelah mata merupakan hal yang biasa terjadi dalam lingkup masyarakat. Karena tiap-tiap yang terlihat di luar selalu menjadi kepercayaan, tanpa melihat bagaimana makna di dalamnya. Hal inilah yang ada pada Tan Kat Sun.

Sebagai pemilik restoran Cina, ia seringkali mendapat gunjingan dari warga. Namun ia pun memiliki prinsip untuk saling menjaga toleransi akan sesama, baik dengan menutup restoran dengan kain putih ketika Bulan Ramadan, mempersilahkan dan mengingatkan pegawai untuk salat, serta meliburkan pegawai untuk merayakan hari Idulfitri.

Selain Tak Kat Sun, Rika sebagai pemeran perempuan Katolik juga merasakan hal yang sama. Kecaman dari masyarakat, ketidakterimaan anak laki-lakinya yang muslim dan taat beragama, serta kedua orang tua yang mematikan telepon ketika ia mengabarkan selesai dibaptis di gereja telah ia lalui.

Walaupun demikian, ia tak pernah membalas dengan kecaman yang sama. Sebaliknya, sebagai manusia ia selalu berusaha yang terbaik untuk anak dan sahabat muslimnya.

Bertentangan dengan Ajaran Islam

Kelucuan dari film ini begitu terlihat ketika yang mengecam Tan Kat Sun sebagai pemeluk Budha dan Rika sebagai pemeluk Katolik adalah agama Islam itu sendiri. Padahal ajaran dan perintah dalam Islam agar kita berbuat baik terhadap sesama. Hal ini juga telah termaktub dalam Firman Allah SWT sebagai berikut:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ۝ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ ۝

“”Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah 7-8)

Perintah di atas sudah jelas, yakni “mengerjakan kebaikan” tanpa mengenal apa dan siapa. Karena hal ini merupakan sebuah kewajiban yang akan terbalas dengan kenikmatan oleh Allah. Begitupun terdapat dalam film Tanda Tanya, yang mengajarkan bahwa berbuat baik terhadap sesama akan menciptakan kerukunan, tidak menumbuhkan ketegangan, dan menjauhkan diri dari konflik yang berkenaan dengan internal keagamaan.

Dalam film ini juga, menjadi sebuah sentilan keras bagi umat Islam untuk tidak membenci perbedaan yang ada. Belajar dari bom bunuh diri 2022 yang terjadi tiga kali di Bali dan menewaskan lebih dari dua ratus orang, menciptakan pandangan masyarakat bahwa Islam merupakan agama yang kejam, tidak mengenal kemanusiaan, dan menakutkan.

Tentu saja persepsi tersebut sangat jauh dari inti sari Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Apalagi ketika bom bunuh diri semakin marak terjadi di berbagai daerah, seperti Surabaya, Solo, hingga Jakarta. Hal ini tidak bisa kita biarkan begitu saja.

Selain memperkuat keamanan negara melalui TNI, aparat kepolisian, maupun Banser, juga perlu tindak nyata dari masyarakat khususnya pemeluk agama Islam untuk saling menghargai dan berbuat baik satu sama lain. Tanpa harus membedakan etnis dan kepercayaan yang ada. “Kasihlah sesamamu, seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.” (Matius 22: 36-40). []

 

 

Tags: ekstremismeFilm Tanda TanyaPerdamaianReview Filmtoleransi
Firda Rodliyah

Firda Rodliyah

Anggota Puan Menulis

Terkait Posts

Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Film Bida'ah

Film Bida’ah: Ketika Perempuan Terjebak Dalam Dogmatisme Agama

14 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version