• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mengapa Istrimu Berjilbab?

Memaksa atau melarang orang untuk mengenakan jilbab sama saja dengan mengganggu privasi orang lain

Ahsan Jamet Hamidi Ahsan Jamet Hamidi
01/02/2025
in Personal
0
Berjilbab

Berjilbab

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya pernah bekerja di sebuah lembaga internasional yang tidak terafiliasi dengan agama tertentu. Suatu hari, supervisor saya yang kebetulan seorang perempuan expatriate bertanya dengan tulus. Dia ingin memahami budaya busana perempuan Indonesia. Dia bertanya:

“Kenapa istrimu memakai jilbab?”

“Saya menghormati pilihan pakaian istri saya. Selama dia merasa lebih aman dan nyaman mengenakan jilbab, ya silakan saja. Kebetulan, istri saya kuliah di kampus negeri yang tidak terafiliasi dengan agama tertentu. Jadi, keputusan untuk berjilbab adalah hal yang sangat personal baginya.”

Lalu dia bertanya lagi,

“Apakah ajaran agama Anda memang mewajibkan perempuan berjilbab?”

Baca Juga:

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

Bekerja itu Ibadah

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

Saya menjelaskan,

“Ada sebagian perempuan yang menganggap berjilbab itu wajib, tetapi ada juga yang tidak. Istri saya memandangnya sebagai kewajiban untuk dirinya sendiri, lebih karena faktor kenyamanan dan keamanan saja.”

Supervisor saya pun berkata,

“Oh, begitu ya… Jadi tergantung keyakinan masing-masing orang, ya?”

“Berjilbab merupakan salah satu ekspresi keagamaan yang didasari oleh keyakinan terhadap perintah agama. Menjalankan perintah itu adalah bagian dari ketundukan seorang hamba kepada Allah. Keyakinan adalah puncak dari kepercayaan individu kepada-Nya. Keyakinan tidak selalu harus didasarkan pada sikap rasional dan tidak memerlukan persetujuan orang lain terkait apakah itu dianggap pantas atau tidak.”

Ekspresi Keagamaan

Bagi yang meyakini, menjalankan keyakinan itu adalah hal yang baik, karena ketundukan kepada Allah adalah keniscayaan. Bagi mereka yang meyakini bahwa berjilbab itu wajib, maka tindakan itu akan terasa ringan.

Beragama itu sangat privat, karena pahala atau dosa atas amal perbuatan manusia akan kembali pada pertanggungjawaban masing-masing individu. Pertanggungjawaban itu akan terjadi nanti di akhirat, di mana Allah yang akan menjadi hakim tunggal. Jika ada pengampunan atau penghukuman, itu semua adalah hak prerogatif Allah. Tidak ada yang tahu, sebaik atau sealim apa pun seseorang.

Supervisor saya tampak semakin bingung dan tentu saja tidak sepenuhnya paham. Sambil tersenyum hormat, dia mengungkapkan kebingungannya. Saya melanjutkan penjelasan saya:

“Untuk urusan sosial kemasyarakatan, praktik beragama seseorang haruslah tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain atau mengganggu ketertiban sosial. Misalnya, sholat itu wajib bagi umat Muslim, tetapi jika dilakukan di tengah jalan raya, padahal tempat-tempat sholat sudah tersedia dengan nyaman, hal itu bisa mengganggu orang lain yang ingin melewati jalan tersebut. Meski menunaikan kewajiban, sholat di tengah jalan raya tetap melanggar prinsip ketertiban bersama dan dapat mencederai kemaslahatan hidup bersama.”

Kewajiban sebagai Hamba Allah

Bagi saya, salat adalah kewajiban pribadi bagi setiap hamba Allah. Begitu juga dengan berjilbab. Istri saya mengenakan jilbab karena keyakinannya. Tentu saja, hal itu ia lakukan tanpa mengganggu kenyamanan orang lain. Pilihan tersebut harus kita hormati. Begitu pula bagi perempuan lain yang berkeyakinan bahwa jilbab itu tidak wajib. Mereka juga harus dihormati.

Memaksa atau melarang orang untuk mengenakan jilbab sama saja dengan mengganggu privasi orang lain. Itu berarti melanggar prinsip dan hak dasar individu, yang ujung-ujungnya malah dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan jauh dari kemaslahatan. []

 

 

 

 

 

Tags: agamaBerjilbabibadahkeberagamanSyariat Islam
Ahsan Jamet Hamidi

Ahsan Jamet Hamidi

Ketua Ranting Muhammadiyah Legoso, Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Terkait Posts

Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID