• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Mengenal Lebih Dekat Kawan Afrika Kita

Dalam sesi dialog kelompok kemarin yang diikuti oleh empat negara: Etopia, Uganda, Kenya dan Indonesia ada banyak cerita yang menarik dari kawan Afrika, khususnya tentang upaya-upaya membangun kerukunan beragama

Neng Yanti Khozana Neng Yanti Khozana
08/09/2022
in Pernak-pernik
0
Kawan Afrika

Kawan Afrika

329
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tidak banyak dari kita yang memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup tentang negara-negara di Afrika. Karena image yang sering muncul saat mendengar Afrika adalah apa yang tergambarkan sebagai negara dengan peperangan, kelaparan dan kemiskinan. Melalui tulisan ini, mari kita mengenal lebih dekat kawan Afrika kita.

Tentu, sebagian ada benarnya, karena di Afrika mereka punya wilayah yang sangat kering, tak bisa kita tanami apapun hingga menyebabkan kelaparan. Bencana kelaparan pun pernah melanda. Tak jarang orang berperang untuk memperebutkan sumber makanan.

Tetapi, sebenarnya ada banyak sisi lain dari negara-negara kawan Afrika yang menarik untuk saya ceritakan.

Dalam sesi dialog kelompok kemarin yang diikuti oleh empat negara: Etopia, Uganda, Kenya dan Indonesia ada banyak cerita yang menarik dari kawan Afrika, khususnya tentang upaya-upaya membangun kerukunan beragama. Sesi diskusi grup ini bertujuan untuk berbagi pengalaman sekaligus pembelajaran yang bisa kita dapat dari program di negara lain tentang hubungan lintas iman.

Sejarah Islam dan Kristen

Di antaranya, cerita menarik dari kawan Afrika kami di Kenya. Kami mendapatkan insight menarik soal sejarah Islam dan Kristen yang kemudian membentuk relasi keagamaan di Kenya. Islam sebenarnya datang lebih awal di Kenya, tetapi tidak ada misi keagamaan khusus selain berdagang.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Sedangkan Kristen dibawa oleh kolonialis sebagai misi keagamaan (missionary), tersebar dan diajarkan secara resmi melalui sekolah-sekolah yang pemerintah kolonial bentuk. Singkatnya, jadilah Kristen sebagai mayoritas. Relasi mayoritas-minoritas hampir punya karakteristik yang mirip di banyak tempat, suara minoritas seringkali terbungkam dan kurang mendapatkan ruang, termasuk stigma terorisme yang juga identik dengan Islam.

Melalui program JISRA teman-teman di Kenya mencoba membangun ruang bersama, agar minoritas punya suara yang sama. Beberapa contoh aksi yang menarik adalah bagaimana kaum Kristen menyediakan dan mengundang teman-teman Muslim untuk berbuka puasa di rumah mereka, orang Kristen yang kaya membiayai/mensponsori teman-teman Muslim untuk pergi haji, pelaksanaan vaksin covid di mesjid untuk semua agama dan lain-lain.

Gerakan Perdamaian di Etopia

Catatan tentang Etopia juga sangat menarik, bagaimana teman-teman di sana membangun gerakan perdamaian lintas iman dalam situasi konflik etnis yang kompleks. Sebelumnya, pemimpin berbeda agama kadang saling membenci. Tapi kemudian melalui dialog-dialog yang teman-teman fasilitasi, mereka kini berangkulan, saling memahami. Sungguh mengharukan!

Cerita lain yang menarik tentang Etopia adalah sejarahnya. Seorang teman kami, Rashid dan Abdul Hakim berasal dari sebuah kota Suci Islam bernama Harar. Sebuah kota tua yang memiliki sejarah panjang, dan UNESCO mencatatnya sebagai world heritage site. Kota itu dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua dan rumah-rumah tradisional.

Di dalamnya terdapat 83 mesjid, yang 3 di antaranya berasal dari abad 10. Mereka percaya Harar sebagai kota tempat Islam bermula, hingga disebut sebagai kota suci keempat bagi umat Islam. Kota ini memiliki julukan madinatul auliya (kota para wali). Tertarik mengunjungi Harar?

Cerita tentang Etopia mengingatkan kita tentang bagaimana Nabi SAW meminta perlindungan Raja Habasyah yang beragama nasrani namun sangat baik, untuk para sahabatnya dari kekejaman kaum Quraisy di Mekah. Kepergian para sahabat ke Habasyah (sekarang Etopia) tercatat sebagai peristiwa hijrah pertama dalam Islam.

Di antara sahabat yang berhijrah itu adalah Usman bin Affan dan istrinya, yang juga putri Nabi. Singkatnya, Habasyah/Etopia mendapat julukan sebagai negara penyelamat para sahabat, karena perlindungan yang negara itu berikan.

Kisah masa awal-awal Islam itu membuat Etopia memiliki ikatan sejarah yang sangat kuat dengan Islam, dan tentunya sejarah toleransi beragama yang menarik. Sekian dulu. Nantikan kisah selanjutnya kalau sudah ada waktu buat menulis. []

Tags: afrikaEthiopiaislamKeberagamaanKristenPerdamaiantoleransi
Neng Yanti Khozana

Neng Yanti Khozana

Senior Lecturer Department of Cultural Anthropology Institute of Indonesian Arts and Culture (ISBI) Bandung Indonesia, dan Alumni Dawrah Kader Ulama Perempuan (DKUP) Fahmina Institute Tahun 2021)

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version