• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Mengenal Tradisi Maceti dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw

Melalui tradisi maceti menjadi ruang bagi kita semua untuk bisa saling berbagi antar sesama

Nani Munayah Nani Munayah
16/09/2024
in Publik
0
Maulid Nabi Muhammad Saw

Maulid Nabi Muhammad Saw

604
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hari ini, 12 Rabiul Awal 1446 H atau 16 September 2024 merupakan hari istimewa bagiku dan sebagian masyarakat di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Brebes. Di hari ini, kami sedang merayakan puncak Maulid sosok Nabi Agung, Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Masjid-masjid dan mushala di desa kami ramai dengan marhabanan (membaca Kitab Maulid Barzanji atau Diba’i). Pembacaan marhaban itu dilakukan tidak hanya dilakukan pada 12 Rabiul Awal. Melainkan sejak tanggal 1 Rabiul Awal sudah banyak mushala dan masjid yang menggema dengan pembacaan marhabanan. 

Anak-anak, remaja laki-laki dan perempuan, ibu-ibu serta bapak-bapak sebagian besar ikut terlibat dalam setiap ada marhabanan. Adapun waktu pembacaan marhabanan ini setiap selesai Shalat Maghrib maupun Shalat Isya.

Tradisi Maceti

Namun dalam setiap pembacaan marhabanan ini, ada tradisi unik yang biasa sebagian masyarakat di desaku lakukan. Tradisi tersebut adalah “Maceti”. Secara bahasa kata maceti berasal dari pacetan, atau dalam bahasa Ngapak, Jawa Tengah, artinya adalah suguhan.

Lalu kata paceti itu diubah dengan maceti yang berarti memberikan suguhan. Sehingga dalam tradisi maceti dengan sendirinya dan penuh kesadaran masyarakat akan memberikan suguhan kepada orang-orang yang akan melakukan marhabanan. Baik yang dilaksanakan di mushala maupun masjid.

Baca Juga:

Asma’ binti Abu Bakar Ra : Perempuan Tangguh di Balik Kesuksesan Hijrah Nabi Muhammad SAW

Saat Menyelesaikan Masalah dengan Sang Istri, Nabi Muhammad Saw Memilih Negosiasi

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Hari Raya Waisak: Mengenal 7 Tradisi dan Nilai-Nilai Kebaikan Umat Buddha

Namun sebelum adanya tradisi maceti ini, orang-orang yang hendak melakukan marhabanan biasanya akan membawa suguhan (makanan) masing-masing. Namun dengan seiring berjalanannya waktu, ada inisiatif dari tokoh agama setempat untuk membuka kepada masyarakat umum, bahwa siapa saja boleh memberikan suguhan tersebut. Sehingga dari sinilah mulai terciptanya tradisi maceti. 

Adapun cara yang dilakukan oleh tokoh agama atau imam muslaha/masjid tersebut biasanya akan memberikan informasi kepada para jamaah, bahwa setelah Shalat Isya akan diadakan marhabanan. Maka dengan sendirinya masyarakat sekitar akan berbondong-bondong memberikan suguhan makanan seperti gorengan, teh gelas, wafer, makaroni, dan jajanan lainnya.

Bahkan dari tradisi maceti menjadi wadah bagi masyarakat sekitar untuk saling berlomba-lomba untuk bersedakah sebanyak-banyak dalam rangka meramaikan tradisi maulid Nabi. Terlebih saat memasuki hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, 12 Rabiul Awal, setiap mushala akan membuat nasi tumpeng. Nasi ini sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran manusia yang paling mulia.

Kemudian, setelah pembacaan marhabanan, nasi tumpeng tersebut akan kami para masyarakat sekitar nikmati bersama. Kita makan bersama.

Sungguh momen maulid Nabi Muhammad Saw menjadi waktu bagi aku dan masyarakat bisa saling bersilahturahmi dan bersatu untuk memeriahkan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Bahkan melalui tradisi maceti menjadi ruang bagi kita semua untuk bisa saling berbagi antar sesama.

Marhabanan Bersama Hadrah Annashwa

Aku sebagai salah satu pendiri dari musik rabana Hadrah Annashwa selalu mendapatkan keberkahan dengan datangnya bulan maulid. Biasanya aku dan teman-teman tim hadrah selalu siap untuk mengiringi pembacaan Kitab Maulid Barzanji. 

Aku berharap dengan diiringi dengan tim hadrah, pembacaan marhabanan bisa semakin meriah dan penuh suka cita. Sehingga orang yang datang ke mushala kami ikut khusu’ dan menghayati setiap bait-bait, pujian-pujian dan shalawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Sehingga orang-orang yang hadir bisa bershalawat kepada manusia yang paling mulia. Sebagaimana perintah Allah Swt:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para Malaikat–Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman. Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (QS. al-Ahzab ayat 56)

Semoga dalam bulan penuh keberkahan ini, kita semua benar-benar diakui sebagai umatnya Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan mendapatkan syafaatnya di akhir hayat kelak… Amin. []

Tags: maulidmengenalNabi Muhammad SAWPerayaanTradisi Maceti
Nani Munayah

Nani Munayah

Saya adalah Mahasantriwa SUPI ISIF Cirebon dari Brebes yang suka Sholawatan dan Hobi Solo Riding, serta founder dari @hadrohannashwa.

Terkait Posts

Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Wahabi Lingkungan

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID